Israel Ingin Mengulang Kesuksesan Gempuran Osirak di Iran
Israel memprediksi Iran akan memiliki senjata nuklir dalam kurun waktu lima tahun mendatang, baik ada ataupun tidak ada kesepakatan nuklir. Iran dengan kekuatan nuklir dikhawatirkan memicu perlombaan senjata di kawasan.
Oleh
Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir
·4 menit baca
Israel kini melihat Iran sebagai ancaman utama terhadap eksistensinya. Jika perundingan nuklir di Vienna, Austria, masih gagal, Israel siap menjalankan Rencana B terhadap Iran.
Perundingan nuklir Iran dimulai lagi Senin (29/11/2021), setelah terhenti sejak Juni akibat perbedaan pendapat antara Iran dan AS. Harian Israel, The Jerusalem Post edisi Minggu (28/11), menurunkan laporan khusus dengan judul ”Israel siap melaksanakan Rencana B sebagai opsi militer terhadap Iran, jika perundingan Vienna gagal”.
The Jerusalem Post mengutip pejabat tinggi militer Israel yang menyatakan Israel ingin kesuksesan menggempur instalasi nuklir Irak di Osirak tahun 1981 bisa terulang lagi di Iran saat ini. Menteri Keuangan Israel Avigdor Lieberman memprediksi Iran akan memiliki senjata nuklir dalam kurun waktu lima tahun mendatang, baik ada ataupun tidak ada kesepakatan nuklir.
Harian berbahasa Inggris itu menyebut, latihan militer Israel bersama negara-negara sekutunya akhir-akhir ini merupakan simulasi perang melawan Iran sebagai opsi Rencana B jika harus dilaksanakan kelak. Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin, dalam forum Dialog Manama tentang keamanan regional, Jumat (19/11), menyampaikan, perundingan nuklir Iran di Vienna bisa jadi tidak membawa hasil yang diharapkan. ”Kita harus menyiapkan semua kemungkinan, termasuk opsi militer,” katanya.
Seperti diketahui, Israel terlibat dalam latihan perang maritim bersama AS, Bahrain, dan Uni Emirat Arab di Laut Merah pada awal November lalu. Sejumlah pesawat tempur Israel juga ikut mengawal pesawat pengebom supersonik AS, B-1B Lancer, ketika melintasi wilayah udara Israel, akhir Oktober lalu. Pesawat pengebom B-1B Lancer itu terbang menyisir langit Teluk Persia, Selat Hormuz, Selat Bab al-Mandeb, Terusan Suez, dan Teluk Oman. Israel kemudian menggelar latihan militer bersama AS di wilayah Israel pada 2 November.
Selanjutnya pada pertengahan November, Israel kembali menggelar latihan militer dengan melibatkan 3.000 personel satuan elite Golani. Satuan elite tersebut diterjunkan dalam simulasi di area perbukitan, mirip area perbukitan di Iran yang dikenal sebagai pusat-pusat instalasi nuklir Iran.
Sasaran strategis
Perdana Menteri Israel Naftali Bennet dan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz ikut mengawasi secara langsung latihan satuan elite Golani. Gantz, seperti dikutip harian Asharq Al Awsat, telah menginstruksikan kepada satuan tersebut untuk menarget sasaran strategis, seperti Pelabuhan Chabahar dan Pulau Qeshm di Iran yang dikenal sebagai basis pesawat nirawak (drone) Iran.
Pesawat nirawak milik Iran yang lepas landas dari Pelabuhan Chabahar dan Pulau Qesm selama ini sering mengganggu kapal-kapal tanker di Teluk Persia, khususnya yang melintasi Selat Hormuz.
Kepala Staf Angkatan Udara Israel Amikam Norkin mengungkapkan, Israel akan bekerja sama dengan UEA dan Bahrain untuk meredam bahaya ancaman pesawat nirawak Iran saat ini.
Norkin bahkan meminta kedua negara tersebut agar mengizinkan pangkalan udaranya dijadikan tempat transit pesawat tempur Israel yang akan menggempur basis pesawat nirawak Iran.
Terkait perundingan nuklir, Israel mendesak pemimpin dunia untuk tetap menekan Iran dan tidak mencabut sanksi. Israel telah memperingatkan bahwa Iran akan berupaya mengamankan keringanan sanksi dalam perundingan itu.
Berbicara di London, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid bersama mitranya Menlu Inggris Liz Truss mengatakan, Iran mau menghadiri perundingan hanya demi akses pada uang. ”Ini yang mereka lakukan di masa lalu. Ini juga yang ingin mereka lakukan saat ini. Buktinya jelas, tidak ada keraguan,” kata Lapid.
Ia menambahkan, Iran dengan kekuatan nuklir akan menjerumuskan seluruh Timur Tengah dalam perlombaan senjata nuklir. ”Kita akan berada di Perang Dingin baru. Dunia harus mencegah ini dengan sanksi lebih ketat, pengawasan lebih ketat,” ujarnya.
Mulai lagi
Di Vienna, delegasi para pihak yang berunding memulai pertemuan guna menghidupkan kembali kesepakatan nuklir antara Iran dan negara-negara terkuat dunia. Negara penanda tangan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), yakni Iran, Rusia, China, Perancis, Jerman, dan Inggris, bertemu di Palais Coburg, tempat kesepakatan dicapai enam tahun lalu.
AS tidak ikut serta karena telah mundur dari perundingan semasa pemerintahan mantan Presiden Donald Trump.Presiden Joe Biden mengindikasikan AS akan bergabung kembali dalam kesepakatan tersebut. Delegasi AS yang dipimpin Utusan Khusus AS untuk Iran Robert Malley berpartisipasi secara tidak langsung dalam pembicaraan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, mengatakan, AS bisa kembali ke meja perundingan jika setuju mencabut sanksi atas Iran. Ia juga mengkritik menlu Inggris dan Israel yang berjanji untuk mencegah Iran menjadi kekuatan nuklir.
Sejumlah diplomat mengkhawatirkan perundingan nuklir Iran kali ini juga akan mengalami kebuntuan. AS dan Iran sama-sama berkeras pada posisi masing-masing. Jalan tengahnya adalah kesepakatan sementara, alih-alih kesepakatan permanen. (AP/AFP/REUTERS)