Dunia hiburan China dulu bertaburan bintang. Kini, mereka perlahan mulai redup karena segala tindak-tanduk diawasi ketat oleh pemerintah.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·6 menit baca
Partai Komunis China terus memastikan pamor mereka bersinar. Tidak ada orang maupun lembaga yang kharismanya boleh melebihi pemimpin partai. Individu yang memiliki ketenaran di masyarakat, terlepas karena perbuatan positif maupun negatif, digasak oleh pemerintah. Polanya serupa, yaitu “dihilangkan” selama beberapa bulan, bahkan beberapa tahun hingga akhirnya muncul kembali dan menyatakan dukungan kepada partai.
Penghilangan terjadi kepada bintang tenis putri Peng Shuai (35) dan pelaku pelecehan terhadapnya, Zhang Gaoli (75) yang merupakan mantan Wakil Perdana Menteri China. Peng mengungkapkan bahwa Zhang selama sepuluh tahun melakukan pelecehan seksual terhadapnya. Setelah mengunggah cerita itu di media sosial, Peng menghilang selama dua pekan.
Peng kemudian muncul lagi di media-media arus utama China yang semuanya dikelola oleh pemerintah. Beberapa tayangan menunjukkan Peng sedang bersantap di restoran, menghadiri pertandingan tenis, dan berbicara kepada Presiden Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach. Adapun Zhang, hingga kini tidak pernah terlihat lagi penampakannya.
“Berhenti mempolitisasi kasus Peng Shuai. Ia sudah muncul kembali dan berbicara kepada IOC. Negara-negara Barat jangan membesar-besarkan kasus ini,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian, Kamis (23/11/2021).
Pernyataan Zhao ini menjadi masalah karena perkara pelecehan seksual tidak selesai hanya dengan Peng tampil kembali di hadapan publik. Sejauh ini, pemerintah maupun Partai Komunis China sama sekali tidak memberi tanggapan terkait proses hukum yang akan dilakukan terhadap Zhang.
Akibatnya, rakyat skeptis bahwa pemerintah memang serius hendak memastikan Zhang bertanggung jawab atas perbuatannya. Sejumlah pihak menduga bahwa pemerintah akan membombardir media dengan penampilan Peng di berbagai ajang, dengan demikian harapannya masyarakat perlahan melupakan kasus pelecahan tersebut. Telewicara antara Peng dengan Thomas Bach pun dinilai sekadar mengamankan posisi China sebagai lokasi Olimpiade Musim Dingin 2022.
“Bagaimanapun juga PKC tidak ingin kehilangan wibawa. Ini situasi yang membuat mereka mundur kena, maju kena,” kata dosen Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew, Singapura, Alfred Wu kepada media Channel News Asia.
Ia menerangkan, ini terkait budaya tidak ingin kehilangan muka. Partai tidak boleh kehilangan pamor apapun yang terjadi. Apabila PKC mengakui kesalahan Zhang dan meminta maaf kepada publik, ini dianggap akan melemahkan posisi mereka. Partai akan lebih memilih menindak Zhang secara internal tanpa mengungkapkan prosesnya, termasuk kepada media binaan mereka. Sikap ini, lanjut Wu, dianggap sebagai unjuk kekuatan bahwa partai tetap bisa tegas dan tidak terpengaruh opini publik.
Munculnya Peng kembali ke media China juga patut dipertanyakan. Apabila Asosiasi Tenis Wanita (WTA) dan sejumlah bintang tenis internasional, termasuk legenda hidup Martina Navratilova, tidak menggaungkan kasus pelecehan ini di internet, ada keraguan bahwa Peng akan kembali terlihat. Setidaknya untuk beberapa bulan.
Hal ini berisiko karena artinya ada kemungkinan karier Peng tamat, meskipun dalam kasus ini ia adalah korban dan kemudian menjadi penyintas. Peng telah membocorkan aib partai yang semestinya dilaporkan secara internal. Itu pun juga tidak menjamin akan ada penindakan dan proses hukum yang adil. Ketika Peng mengunggah pengalamannya di media sosial Weibo, dalam 30 menit, akunnya langsung hilang.
Bayangkan apabila bintang itu terbukti melakukan kesalahan. Mereka langsung lenyap dari dunia hiburan dan rekam jejak daring China. Contohnya ialah pemain film Fan Bingbing yang di periode 2010an merupakan aktris China paling laku di kancah internasional.
Pada tahun 2018 ia ketahuan berbohong soal pajak pendapatannya. Honor yang masuk ke rekening pribadi ia laporkan kepada pemerintah masuk ke rekening perusahaannya sehingga Fan tidak membayar pajak individualnya. Fan kemudian menghilang selama beberapa bulan, sampai akhirnya muncul lagi setelah mengumumkan ia membayar denda sebesar 883 juta yuan kepada pemerintah. Meskipun begitu, ia tidak muncul lagi di film maupun televisi hingga kini.
Ada pula kasus yang menimpa Zhao Wei atau yang dikenal juga dengan nama Vicky Zhao. Ia dulu bisa dikatakan sebagai aktris China yang paling terkenal. Akan tetapi, perbuatannya sering mengundang kritik dari pemerintah China seperti kerap berbicara ceplas-ceplos di media internasional dan pernah memakai gaun yang dijahit dari bendera perang Jepang untuk pemotretan mode di sebuah majalah.
Harian pemerintah Global Times bulan Agustus lalu mengatakan, skandal Zhao sudah menumpuk. Apalagi, ia dan suaminya, pengusaha Huang Youlong juga terlilit gugatan hukum dari 67 investor yang menanam modal di perusahaan mereka. Zhao dan Huang dituduh melakukan penipuan bisnis.
Tidak tanggung-tanggung, aktris berusia 45 tahun ini segera lenyap dari dunia maya China. Semua daftar film dan serial televisi yang pernah ia bintangi dihapus dari situs-situs penyedia pemutaran film. Nama Zhao juga tidak bisa dicari di situs-situs China. Sama seperti Fan, nama dia hanya bisa dicari dengan Google, Yahoo, dan Bing, itu pun jika memiliki jaringan virtual privat (VPN).
Apalagi, tanggal 23 November lalu Badan Pengelola Siber China mengeluarkan daftar 88 nama pesohor, mulai dari bintang film, penyanyi, model, sampai pesohor media sosial yang dilarang beredar oleh pemerintah. Mereka semua dinilai tidak memiliki moral yang sesuai dengan nilai-nilai sosialis PKC.
Beberapa nama di dalam daftar hitam ini memang terlibat perkara pidana, seperti penyanyi Kris Wu yang memerkosa sejumlah perempuan dan artis media sosial Lin Shanshan yang menggelapkan pajak. Sisanya tidak berbuat kejahatan, misalnya ada perempuan pelawak daring yang guyonannya dianggap kasar serta tidak sesuai dengan budaya China. Ada pula pesohor yang didaftarhitamkan karena dinilai suka memamerkan kekayaan.
Bagi mereka yang masuk daftar ini, kemungkinan besar kariernya sudah tamat. Bagi yang bersinggungan dengan kritik pemerintah, umumnya tergopoh-gopoh meminta maaf. Contohnya adalah kasus fotografer mode Chen Man. Ciri khas foto-foto yang karyanya ialah memadukan penampilan tradisional etnis minoritas China dengan mode dari Eropa.
Selama ini, karya Chen tidak pernah menuai kritik. Baru pekan lalu ketika foto yang ia buat dipakai sebagai iklan untuk jenama Perancis, Dior. Foto itu menampilkan perempuan bermata sipit dengan tata rambut tradisional China sedang memegang tas Dior.
Media pemerintah langsung mengeluarkan komentar bahwa wajah model itu tidak sesuai dengan standar kecantikan China, mata yang sipit itu tampak seperti memancarkan niat jahat, dan menuduh ini adalah pandangan Barat terhadap perempuan China. Perdebatan muncul di media sosial dengan publik, terutama kalangan pecinta seni memuji karya Chen dan sebuah pandangan subyektif atas suatu karya tidak bisa dipakai untuk menghakiminya.
Namun, Chen tidak mau mengambil risiko. Daripada kariernya usai, ia mengeluarkan pernyataan maaf resmi kepada pemerintah. Seperti dikutip oleh BBC, Chen berjanji akan mengikuti standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Bahkan, rumah mode Dior pun menurunkan iklan tersebut karena tidak mau kehilangan pasar China.
Dunia hiburan China yang awalnya bertaburan bintang kini ibaratnya lebih mirip deretan kompor yang menyala. Apinya bisa sewaktu-waktu dipadamkan oleh pemerintah.