Kabut Pekat Selimuti Raibnya Bintang Tenis Putri China
Ketua WTA Steve Simon menyebut petenis China, Peng Shuai, menunjukkan keberanian luar biasa karena berani mengungkapkan kekerasan seksual terhadapnya. Peng adalah korban dan perlu mendapatkan perlindungan, bukan hukuman.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
Surat elekronik yang diklaim dikirim Peng Shuai, bintang tenis putri China, dicuitkan akun televisi CGTN di Twitter, @CGTNOfficial, Kamis (18/11/2021). CGTN adalah stasiun televisi yang terafiliasi dengan Pemerintah China. Isi surel itu membantah berita yang dimuat pada laman Asosiasi Tenis Putri Dunia (WTA) yang menyebutkan bahwa mantan Wakil Perdana Menteri China Zhang Gaoli telah melakukan kekerasan seksual terhadap Peng.
Dalam surat itu, Peng (35) juga disebut menyatakan, kabar tentang kekerasan seksual yang dilakukan Zhang (75) dirilis tanpa persetujuan dirinya. Dia berharap, jika WTA mengeluarkan publikasi yang terkait dirinya, hal itu harus diketahuinya dan mendapatkan persetujuannya.
Disebutkan pula, Peng menyatakan, dia tidak menghilang atau dalam kondisi terancam. ”Aku beristirahat di rumah dan semua dalam kondisi baik-baik saja,” demikian isi tulisan itu, yang menurut akun CGTNOfficial, dibuat Peng.
Ini merupakan lanjutan drama teka-teki menghilangnya Peng sejak awal November ini. Skandal bermula pada 2 November ketika Peng, petenis putri yang pernah menjuarai Wimbledon 2013 dan Perancis Terbuka 2014 untuk kategori ganda putri, memasang unggahan di media sosial Weibo. Ia memiliki 500.000 pengikut.
Dalam pesan yang diunggahnya, Peng mengatakan bahwa Zhang, yang menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri China periode 2012-2017 atau di masa jabatan pertama Presiden Xi Jinping, memerkosa dia pertama kali sepuluh tahun lalu. Setelah itu, Zhang beberapa kali memojokkan Peng dalam situasi ia dipaksa melayaninya. Terakhir kali pelecehan terjadi tiga tahun lalu.
Namun, 30 menit setelah diunggah, pesan itu dihapus tanpa alasan jelas. Akun Weibo Peng juga diblokir. Peng menghilang.
Pada Senin (15/11/2021), Ketua WTA Steve Simon mendesak Pemerintah China agar menyelidiki kasus menghilangnya Peng. Namun, belum sempat desakan WTA dipenuhi, muncul narasi versi baru yang digulirkan CGTN.
Mana yang benar? Banyak yang tidak memercayai cerita versi CGTN. ”Surat itu hanya menimbulkan kekhawatiran saya (akan kondisi dan keselamatan Peng),” kata Simon.
Sebagai organisasi yang menaungi para petenis putri, WTA memiliki kewajiban melindungi anggotanya. Simon menyatakan, dia telah berulang kali coba menghubungi Peng melalui berbagai saluran, tetapi belum berhasil.
Keberanian luar biasa
Dalam pandangan Simon, Peng telah menunjukkan keberanian luar biasa karena berani mengungkapkan kekerasan seksual terhadapnya. Apalagi, terduga pelaku adalah mantan Wakil PM China, seorang yang memiliki pengaruh luar biasa dalam kehidupan rakyat ”Negeri Tirai Bambu”.
Simon menyatakan, dunia membutuhkan bukti independen dan terverifikasi bahwa Peng, sebagai korban, dalam kondisi sehat dan aman serta mendapatkan perlindungan. Selain itu, sebagai korban, Peng harus diizinkan berbicara dengan bebas, tanpa paksaan atau intimidasi dari siapa pun.
”Tuduhan yang diungkapkannya harus dihormati, diselidiki dengan transparansi penuh dan tanpa sensor,” katanya.
William Nee, aktivis kelompok advokasi Pembela Hak Asasi Manusia China, mengatakan, kecurigaan banyak pihak bahwa surel yang konon ditulis Peng adalah rekayasa sangat beralasan. Pemerintah China, katanya, memiliki sejarah panjang menahan orang-orang yang terlibat kasus kontroversial secara sewenang-wenang.
”Pemerintah China punya sejarah panjang mengontrol rakyatnya untuk berbicara secara bebas dan bahkan membuat mereka terpaksa memberi keterangan,” kata Nee.
Di jagat media sosial global, Twitter, #WhereIsPengShuai mulai mendapatkan daya tarik. Sejumlah petenis dunia, baik yang masih aktif maupun sudah pensiun, menyuarakan keprihatinannya terhadap situasi yang dialami Peng. Juara Grand Slam empat kali berdarah Jepang, Naomi Osaka, menulis bahwa dia terkejut.
”Sejujurnya, ini mengejutkan bahwa dia hilang,” kata petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic.
Nee mengatakan, beban pembuktian bahwa Peng dalam kondisi aman dan mendapat perlindungan sebagai korban ada pada otoritas China. ”Pemerintah China harus membuktikan bahwa dia tidak ditahan,” katanya.
Pemerintah China memilih diam seribu bahasa soal kasus ini. Asosiasi Tenis China juga setali tiga uang, tidak mengeluarkan pernyataan apa pun soal ini. Li Na, mantan petenis nomor dua dunia asal China, juga tidak bersuara.
Simon mengingatkan, Peng adalah korban dan perlu mendapatkan perlindungan, bukan hukuman. ”Suara perempuan perlu didengar dan dihormati, bukan disensor atau didikte,” ujarnya. (AFP)