Kapal Perang AS Kembali Pancing Polemik dengan China di Selat Taiwan
Taiwan menjadi masalah paling sensitif dan penting dalam hubungan AS-China. Setiap kali ada pergerakan kapal perang Barat di Selat Taiwan, Beijing sontak bereaksi keras.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
TAIPEI, SELASA — Sebuah kapal perang Amerika Serikat yang berlayar melalui Selat Taiwan pada Selasa (23/11/2021) langsung memantik reaksi dari Beijing. Militer China mengatakan, keberadaan kapal perang AS itu menciptakan risiko keamanan dan merusak stabilitas regional. Beijing akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melawan ancaman dan provokasi serta menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial China.
Armada Ketujuh AS menyatakan, kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke, USS Milius, melakukan transit rutin di Selat Taiwan sebagai perairan internasional. Tindakan itu pun dinilai sesuai hukum internasional yang berlaku.
”Transit kapal melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen AS terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Militer AS terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun yang diizinkan oleh hukum internasional,” demikian pernyataan militer AS.
Melintasnya kapal perang AS dan reaksi Beijing adalah dinamika terbaru hubungan kedua negara adidaya itu seusai pertemuan virtual Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping, pertengahan November lalu. Biden dan Xi saling memberikan peringatan keras tentang masa depan Taiwan pada pertemuan puncak itu. Media China melaporkan, Xi memperingatkan Biden bahwa langkah untuk mendorong kemerdekaan Taiwan ibarat ”bermain dengan api”.
Pada bulan lalu, militer China mengecam AS dan Kanada yang juga mengirim kapal perangnya melalui Selat Taiwan. Militer China menyatakan, keberadaan kapal perang dua negara itu mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan. Sekutu-sekutu AS kadang-kadang juga mengirim kapal perangnya melalui selat tersebut, misalnya Inggris pada September lalu. Kapal perang Inggris, Kanada, Perancis, dan Australia semuanya telah melewati Selat Taiwan dalam beberapa tahun terakhir.
Setiap ada pergerakan kapal perang Barat di selat itu, reaksi keras pun sontak dikeluarkan Beijing.
Setiap ada pergerakan kapal perang Barat di selat itu, Beijing sontak bereaksi keras. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, mengecam transit kapal perang AS pekan ini sebagai upaya yang disengaja untuk mengganggu serta merusak perdamaian dan stabilitas regional. ”AS harus segera memperbaiki kesalahannya, berhenti menimbulkan masalah, melewati batas, dan bermain api,” kata Zhao.
China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Militer China dilaporkan kerap menggelar latihan militer dan sengaja mendekat hingga masuk zona identifikasi pertahanan udara Taiwan (ADIZ). Tindakan Beijing yang kerap dilakukan selama sekitar satu tahun terakhir itu pun memicu kemarahan Taipei.
Dari sisi Washington, AS tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, tetapi menjadi pendukung internasional dan pemasok senjata terpenting Taipei. Beijing menyebut Taiwan sebagai masalah paling sensitif dan penting dalam hubungan dengan Washington. Kapal-kapal Angkatan Laut AS transit di Selat Taiwan hampir setiap bulan.
Laut China Selatan
Persinggungan AS dan China secara tidak langsung juga terjadi di Laut China Selatan. Akhir pekan lalu AS menuduh China mengeskalasi ketegangan dengan Filipina dan memperingatkan bahwa serangan bersenjata akan mengundang respons AS. Pernyataan AS mengacu pada pengakuan militer Filipina yang melaporkan bahwa Penjaga Pantai China pada Selasa (16/11/2021) menembakkan meriam air ke kapal yang mengirimkan pasokan ke marinir Filipina. Tindakan China itu memaksa militer Filipina menghentikan misi mereka.
”AS berdiri bersama sekutu kami, Filipina, dalam menghadapi eskalasi yang secara langsung mengancam perdamaian dan stabilitas regional ini,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, di Abuja, di sela-sela kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken. Price menyatakan tindakan China itu meningkatkan ketegangan regional, melanggar kebebasan navigasi di Laut China Selatan sebagaimana dijamin hukum internasional, dan merusak tatanan internasional yang berbasis aturan.
Price memperingatkan, setiap serangan bersenjata terhadap kapal umum Filipina akan menjadi bagian dari tanggung jawab AS. AS mengacu pada perjanjian AS-Filipina 1951 di mana Washington berkewajiban untuk membela sekutunya. Filipina sebelumnya menyuarakan kemarahan, kecaman, dan protes atas insiden di Kepulauan Spratly, salah satu dari serangkaian daerah di Laut China Selatan yang diklaim beberapa negara, termasuk Filipina dan China.
Pada Selasa, Angkatan Laut Filipina berhasil mengangkut pasokan makanan bagi marinirnya yang menjaga daerah sengketa itu. Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan, dua perahu kayu yang membawa personel angkatan laut mencapai pasukan marinir yang ditempatkan di kapal militer di wilayah Second Thomas Shoal di Kepulauan Spratly tanpa insiden besar.
Namun, Lorenzana mengungkapkan, saat personel angkatan laut Filipina sedang menurunkan pasokan dari kapal, sebuah kapal penjaga pantai China mengerahkan kapal karet dengan tiga personel yang mengambil gambar dan video pasukan Filipina.
”Saya telah berkomunikasi dengan Duta Besar China bahwa kami menganggap tindakan ini sebagai bentuk intimidasi dan pelecehan,” kata Lorenzana. (AP/AFP/REUTERS)