Etiopia merupakan salah satu bangsa tertua yang masih ada sampai sekarang. Sebagian harta mereka dijarah dan dipajang di museum-museum Eropa dan Amerika.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
Setelah berusaha bertahun-tahun, Etiopia memetik hasilnya. Aneka benda antik dan bersejarah yang dijarah penjajah Eropa lebih dari 100 tahun lalu mulai dikembalikan. Etiopia merasa jati dirinya kembali lengkap dengan pemulangan benda-bendar bersejarah itu.
Dalam laporan pada Minggu (21/11/2021), media-media Etiopia menampilkan foto dan video sejumlah benda bersejarah yang dipulangkan Inggris, Belanda, dan Belgia. Sebagian benda itu dijarah tentara Inggris dalam Perang Magdala 1868. Kala itu, tentara Inggris mengalahkan tentara Abyssina pada masa kepemimpinan Kaisar Tewodros II.
”Beragam artefak ini adalah warisan budaya dan nilai kami dijarah selama perang dan dibawa keluar secara ilegal. Banyak artefak kami ditemukan di berbagai museum, pusat penelitian, dan kolektor pribadi,” kata Menteri Pariwisata dan Kebudayaan Etiopia Nasise Challi.
Ia menyebutkan, Etiopia bisa punya banyak benda bersejarah berusia ribuan tahun karena bangsa itu sangat tua. ”Artefak ini adalah wakil peradaban panjang dan jejak kebijaksanaan asli serta kebudayaan kami,” katanya.
Etiopia merupakan salah satu bangsa tertua yang masih ada sampai sekarang. Sejarah Etiopia terentang lebih dari 2.000 tahun dan sebagian peninggalan sejarah itu masih ada sampai sekarang. Salah satunya adalah Masjid Najashi yang diyakini didirikan oleh para sahabat Nabi Muhammad hampir 15 abad lalu. Kala itu, sebagian Etiopia dikuasai Kerajaan Habasha dan sejumlah sahabat diperintahkan ke sana. Meski rusak sebagaian karena perang, masjid itu masih ada.
”Harta karun kami terancam oleh perang. Harta yang tidak tergantikan karena sangat tua. Tidak bisa ditemukan di mana pun,” kata kurator di Museum Nasional Etiopia, Birhan Yeshiwas.
Duta Besar Etiopia untuk Inggris Teferi Meles mengatakan, masih banyak benda bersejarah yang belum dikembalikan Eropa kepada Etiopia. ”Kami tidak memulangkan semuanya. Walakin, ini pertama kalinya dalam sejarah ada pemulangan harta jarahan sebanyak ini. Kami sudah berunding untuk memulangkan 12 tabut,” kata Meles.
Tabut itu adalah tiruan Tabut Perjanjian, benda yang sangat penting bagi Gereja Ortodoks Etiopia. Tabut Perjanjian dipercayai sebagai kotak penyimpanan 10 Perintah Allah yang pernah diterima Nabi Musa.
Masih banyak benda bersejarah yang belum dikembalikan Eropa kepada Etiopia.
Sebagian umat Kristen percaya, kotak itu dipindahkan dari Tepi Laut Merah ke Etiopia ribuan tahun lalu. Kini, kotak yang dipercaya sebagai Tabut Perjanjian itu disimpan di salah satu gereja di Axum, kota yang termasuk dalam wilayah Tigray.
Meles mengatakan, salah satu tabut tiruan dijarah selepas Perang Magdala. Sementara tabut lain dijarah dalam kesempatan lain. ”Kami yakin, pemulangan kali ini akan menjadi inspirasi sukses untuk pemulangan selanjutnya terhadap artefak lain di luar negeri,” katanya.
Museum-museum di Inggris dilaporkan sudah lama menolak upaya pemulangan benda bersejarah yang dijarah dari sejumlah negara Asia dan Eropa, termasuk Etiopia. Musem Inggris beralasan, peraturan melarang mereka mengurangi koleksi.
Setelah pembahasan soal barang jarahan terus memanas, akhirnya sejumlah museum Inggris setuju meminjamkan barang milik bangsa Etiopia kepada museum Etiopia. Peminjaman koleksi jarahan itu disepakati berlangsung sampai 2023. ”Sangat jelas, harta kami dihancurkan. Sangat jelas, harta kami dijarah dan diselundupkan ke luar negeri,” kata Meles.
Selain dari museum, koleksi yang dipulangkan ke Etiopia juga berasal dari pelelangan. Ada beberapa yang sedang dalam proses lelang, lalu dibeli yayasan yang membantu pemulangan benda bersejarah ke negara asalnya. Sebagian lagi sudah dikoleksi oleh kolektor pribadi. Di antaranya termasuk sejumlah naskah abad ke-18 yang sedang proses lelang di Belanda.
Komite Pemulangan Harta Nasional Etiopia menyebut, saat ini ada pertanyaan serius terhadap banyak museum. Itu karena museum-museum memamerkan benda-benda yang diketahui, bahkan terbukti hasil jarahan. (AFP/REUTERS)