Junta Layangkan Gugatan Kecurangan Pemilu kepada Ang San Suu Kyi
Aung San Suu Kyi, yang memenangi pemilihan umum Myanmar pada November 2020, digugat melakukan kecurangan oleh junta militer. Ia sedang menjalani tahanan rumah dan menghadapi 11 gugatan lain.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
AP PHOTO/PETER DEJONG
Pemimpin Myanmar yang digulingkan militer, Aung San Suu Kyi. Foto diambil pada 11 Desember 2019 ketika Suu Kyi menunggu di Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda.
NAYPYIDAW, SELASA — Junta militer Myanmar akhirnya menggugat pemimpin Partai Liga Nasional untuk Demokrasi atau NLD, Aung San Suu Kyi, bersama 15 politisi senior atas kecurangan dalam pemilihan umum bulan November 2020. Belum ada kepastian tanggal sidang gugatan ini. Junta telah menahan hampir 8.000 orang setelah mereka melakukan kudeta bulan Februari lalu.
”Keadaan Suu Kyi baik-baik saja. Ia ditahan di rumah bersama dengan orang-orang terdekatnya. Ia juga boleh makan apa pun yang ia mau,” kata juru bicara junta militer Myanmar, Mayor Jenderal Zaw Min Tun, kepada BBC, Selasa (16/11/2021).
Suu Kyi dan 15 politisi senior, termasuk mantan presiden Win Myin, dituduh melakukan kecurangan pada pemilu November 2020. Kala itu, NLD memenangi pemilu dengan selisih suara sangat banyak terhadap junta. Pada Februari 2021, junta kemudian melancarkan kudeta dan menahan Suu Kyi beserta pengikutnya.
Akibatnya, meletus protes besar-besaran yang oleh Asosiasi Bantuan Tahanan Politik dikabarkan telah menewaskan 1.200 warga dan memenjarakan 7.291 orang. Berbagai laporan lembaga hak asasi manusia mengatakan bahwa para tahanan diperlakukan dengan tidak manusiawi. Bahkan, ada yang disiksa hingga tewas. Junta mengatakan akan membebaskan 5.000 tahanan, tetapi belum menentukan waktunya.
Pada Juli, pemimpin junta, Jenderal Min Aung Hlaing, menyatakan bahwa pemilu November 2020 tidak diakui dan ada 11 juta suara yang tidak sah. Menurut dia, Myanmar akan mengadakan pemilu lagi pada Agustus 2023. Ia menganggap ini sudah sejalan dengan lima konsensus Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), walaupun banyak pihak memprotes junta mengambil waktu terlalu lama dengan alasan menanti Myanmar tenang dan stabil.
Suu Kyi dituduh melakukan korupsi dan menghasut warga untuk melakukan kerusuhan. Menurut gugatan junta, NLD mengadakan pemilu lebih awal untuk warga berusia di atas 60 tahun. Selain itu, NLD dituduh memaksa para pegawai negeri agar berkampanye untuk mengarahkan masyarakat mencoblos mereka saat pemilu.
Terdapat pula tuduhan bahwa Suu Kyi ketahuan menyimpan radio panggil (walkie talkie), padahal ia dilarang melakukan kontak dengan dunia luar. Saat ini, Suu Kyi sebenarnya sedang menghadapi 11 gugatan. Salah satunya ialah tuduhan melanggar protokol kesehatan pada masa pandemi Covid-19 ketika berkampanye pada tahun 2020.
Ketua Komisi Pemilu yang dibentuk oleh junta, Thein Soe, mengungkapkan bahwa lembaganya tengah menyelidiki dugaan kecurangan ini. ”Apabila terbukti, kami tidak akan segan membubarkan NLD,” katanya.
AFP/STR
Dalam foto yang diambil pada 17 Maret 2021 ini tampak para pengunjuk rasa membawa pria yang terluka akibat ditembak pasukan keamanan dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar.
Penasihat mengenai isu Myanmar untuk International Crisis Group, Richard Horsey, menjelaskan dibubarkan sekalipun, tidak akan menyurutkan dukungan massa terhadap NLD. Pasalnya, rakyat Myanmar tidak mau dipimpin oleh junta yang kejam. Oleh sebab itu, NLD sebagai entitas yang melawan kekuasaan militer akan terus memperoleh simpati masyarakat.
Pendiri Dewan Penasihat Khusus untuk Myanmar sekaligus mantan Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Myanmar, Yanghe Lee, menulis opini di harian The Independent. Menurut dia, guna melemahkan mental masyarakat, junta meneror mereka dengan cara membakar desa-desa. Ini adalah taktik yang kerap dilakukan militer, termasuk di wilayah hunian kelompok minoritas, seperti Myanmar, Kachin, dan Karen.
”Ini untuk menjatuhkan tidak hanya pendukung NLD, tetapi semua orang yang menentang junta. Apalagi, kini berbagai kelompok minoritas mempersenjatai diri guna melawan Tatmadaw (militer Myanmar),” ujarnya. Ia menekankan bahwa para petinggi Tatmadaw harus diseret ke pengadilan internasional karena sistem hukum di Myanmar saat ini cacat.
Pembebasan wartawan AS
Kompas
Dalam foto yang diambil pada 5 Juni 2021 tampak seseorang menggunakan kaus bergambar jurnalis asal AS, Danny Fenster.
Sementara itu, wartawan berkebangsaan Amerika Serikat, Danny Fenster, dibebaskan oleh junta setelah mendekam di penjara selama 176 hari. Ia dijemput oleh diplomat AS, Bill Richardson, dan langsung diboyong pulang ke tanah air. Ketika transit di bandara Doha, Qatar, Fenster mengaku diperlakukan dengan baik selama masa tahanan. Ia tidak kekurangan makan ataupun mengalami penganiayaan.
Fenster adalah redaktur majalah Frontier Myanmar. Semua media arus utama di Myanmar sebenarnya sudah diberedel oleh junta, kecuali media yang menjadi alat propaganda militer. Media yang diberedel ini kemudian mengunggah informasi, foto, dan video melalui media sosial, seperti Facebook, Instagram, dan Youtube.
Fenster ditangkap junta pada Mei lalu ketika ia hendak meninggalkan Myanmar guna menjenguk keluarga di AS. Lembaga pemantau jurnalisme Reporting ASEAN mengatakan, ada 100 wartawan dari berbagai media yang ditangkap oleh junta. Sebanyak 30 orang sampai sekarang masih berstatus tahanan. (AP/AFP/Reuters)