Terima Menlu Selandia Baru, Jokowi Tegaskan Komitmen Hormati HAM
Indonesia dan Selandia Baru memiliki kemitraan komprehensif sejak 2018. Kemitraan ini menjadi fondasi kuat kedua negara untuk terus tingkatkan kerja sama, termasuk di masa sulit saat pandemi, dan upaya penghomatan HAM.
Oleh
Mawar Kusuma Wulan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kehormatan Menteri Luar Negeri Selandia Baru Nanaia Mahuta di Istana Merdeka. Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi, antara lain, menegaskan bahwa komitmen terhadap penghormatan hak asasi manusia atau HAM selalu menjadi perhatiannya, termasuk di Papua.
Presiden Jokowi menambahkan bahwa pembangunan Papua adalah prioritasnya. ”Saya memfokuskan, antara lain, pada pembangunan infrastruktur di Papua agar Papua terkoneksi dengan bagian lain Indonesia agar rakyat Papua juga menikmati kemakmuran,” ujar Presiden Jokowi, Senin (15/11/2021).
Dalam pertemuan, Presiden juga menyampaikan perkembangan pembangunan di Papua. Sebagai gambaran, sejumlah pembangunan infrastruktur secara masif yang telah dilakukan, antara lain, jalan Trans Papua sepanjang 3.422 kilometer, jalan perbatasan Papua sepanjang 1.098 kilometer, dan Jembatan Youtefa sepanjang 1,3 kilometer.
Pembangunan infrastruktur tersebut dimulai sejak pemerintahan pertama Presiden Jokowi tahun 2014. Presiden juga menyampaikan terima kasih atas dukungan Selandia Baru terhadap integritas teritorial Indonesia. ”Saya sangat berharap Selandia Baru dapat memahami perkembangan Papua secara komprehensif,” kata Presiden Jokowi.
Saya memfokuskan, antara lain, pada pembangunan infrastruktur di Papua agar Papua terkoneksi dengan bagian lain Indonesia, agar rakyat Papua juga menikmati kemakmuran.
Di akhir pertemuan, Presiden Jokowi juga menyampaikan cendera mata berupa tas noken yang baru saja dibeli Presiden dari kunjungan terakhir di Papua. Dalam kunjungan ke Papua pada Sabtu (13/11/2021), di luar agenda yang telah dijadwalkan, Presiden Jokowi dan rombongan singgah di Pasar Noken Taman Imbi, Kota Jayapura.
Di pasar tersebut, Presiden Jokowi membeli sejumlah noken dan beberapa kerajinan khas Papua. Kepada Menlu Nanaia Mahuta, Presiden Jokowi lantas menjelaskan mengenai proses pembuatan tas tradisional noken yang dibeli dari pasar di Pasar Noken Taman Imbi Jayapura itu.
Selain perbincangan tentang Papua, Presiden Jokowi dan Menlu Nanaia Mahuta juga berbincang tentang kerja sama antarnegara di Kawasan Pasifik. Presiden Jokowi menyebut bahwa Selandia Baru adalah mitra penting Indonesia di Pasifik. Karena itu, Presiden ingin agar kemitraan ini terus dapat diperkuat.
Presiden Jokowi juga menyatakan terima kasih atas dukungan Selandia Baru pada Pacific Exposition ke-2 yang dilakukan secara virtual pada 27-30 Oktober 2021. Pacific Exposition merupakan ajang pameran perdagangan, investasi, dan pariwisata di kawasan Pasifik. Kegiatan ini juga menjadi wadah untuk meningkatkan konektivitas kawasan timur Indonesia dengan kawasan Pasifik.
Kemitraan komprehensif
Dalam COP 26 minggu lalu Indonesia secara khusus juga membawakan suara negara-negara kepulauan kecil yang tergabung dalam AIS (Archipelagic and Islands State).
Lebih jauh Presiden Jokowi juga menegaskan bahwa Indonesia memberikan perhatian khusus kepada Pasifik selama presidensi Indonesia di G-20 pada tahun depan. Presiden Jokowi mengatakan bahwa perwakilan dari negara-negara Pasifik akan diundang dalam KTT G-20 pada Oktober tahun depan.
”Dalam COP 26 minggu lalu Indonesia secara khusus juga membawakan suara negara-negara kepulauan kecil yang tergabung dalam AIS (Archipelagic and Islands State),” kata Presiden Jokowi.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dalam keterangannya mengatakan bahwa kunjungan ini merupakan kunjungan pertama Menlu Mahuta ke luar negeri sebagai Menteri Luar Negeri Selandia Baru.
Menurut Menlu Retno, Indonesia dan Selandia Baru telah memiliki kemitraan komprehensif sejak 2018. Kemitraan ini telah menjadi fondasi kuat dalam upaya kedua negara untuk terus meningkatkan kerja sama, termasuk di masa sulit di tengah pandemi Covid-19.
”Tentunya kemitraan ini didasarkan pada asas saling menguntungkan, saling menghormati, dan menghormati kedaulatan serta integritas wilayah,” ujar Menlu Retno.