Parlemen Eropa ”Berdiri” di Sisi Taiwan di Tengah Ketegangan dengan China
Rombongan Parlemen Eropa rencananya berada di Taipei selama tiga hari. Agenda kunjungan itu bakal mencakup pertukaran informasi dengan pejabat Taiwan tentang ancaman-ancaman yang dihadapi Taipei.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
TAIPEI, KAMIS — Delegasi resmi Parlemen Eropa berkunjung ke Taipei, Taiwan, Kamis (4/11/2021). Mereka menyatakan Taiwan tidak sendirian di tengah tekanan yang meningkat dari Beijing terhadap Taiwan. Parlemen Eropa juga menyerukan tindakan yang lebih berani untuk memperkuat hubungan Uni Eropa-Taiwan.
Kunjungan dilakukan pada saat China meningkatkan tekanan militer atas Taiwan, termasuk misi berulang oleh pesawat tempurnya di dekat Taiwan. Beijing mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan tidak mengesampingkan cara penyatuan lewat paksaan. Taiwan hingga kini tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara Eropa mana pun kecuali Vatikan. Taipei mengungkapkan ingin memperdalam hubungan dengan anggota Uni Eropa.
”Kami datang ke sini dengan pesan yang sangat sederhana dan sangat jelas: Anda tidak sendirian. Eropa mendukung Anda,” kata Raphael Glucksmann, anggota Parlemen Eropa asal Perancis, kepada Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dalam pertemuan yang disiarkan langsung di media sosial Facebook. Glucksmann, pemimpin delegasi, merupakan kritikus keras China. ”Kunjungan kami harus dianggap sebagai langkah pertama yang penting. Selanjutnya kita membutuhkan agenda pertemuan tingkat tinggi yang konkret dan langkah-langkah konkret untuk membangun kemitraan UE-Taiwan yang jauh lebih kuat.”
Rombongan Parlemen Eropa rencananya berada di Taipei selama tiga hari. Kunjungan itu diselenggarakan oleh komite Parlemen Eropa tentang campur tangan asing dalam proses demokrasi. Agenda kunjungan itu bakal mencakup pertukaran informasi dengan pejabat Taiwan tentang ancaman seperti disinformasi dan serangan dunia maya.
Presiden Tsai telah memperingatkan adanya upaya-upaya Beijing untuk menyusup ke Taipei. Tujuannya meningkatkan pengaruh China di Taiwan. Tsai pun meminta badan keamanan nasional untuk melawan upaya infiltrasi itu. ”Kami berharap dapat membentuk aliansi demokratis melawan tindakan disinformatif,” kata Tsai kepada delegasi Perlemen Eropa di Kantor Kepresidenan Taiwan. ”Kami percaya Taiwan dan UE pasti dapat terus memperkuat kemitraan di semua tingkatan.”
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu melakukan kunjungan langka ke Eropa bulan lalu. Perjalanan itu sontak membuat marah Beijing. Beijing pun memperingatkan negara-negara di Eropa yang dikunjungi Joseph untuk tidak merusak hubungan mereka dengan China. Hal itu direspons sejumlah negara di Eropa.
Karena khawatir akan pembalasan Beijing, sebagian besar negara tidak mau menerima menteri senior Taiwan itu atau tidak mengirim pejabat tingkat tinggi ke Taiwan. Namun, Parlemen Eropa pada Oktober mengadopsi resolusi yang tidak mengikat untuk memperdalam hubungan Uni Eropa dengan Taiwan. Penguatan atau pendalaman kesepakatan-kesepakatan investasi masuk dalam resolusi itu.
Kemampuan AS
Dari Washington dilaporkan, Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat Mark Milley menyatakan, AS memiliki kemampuan untuk mempertahankan Taiwan dari kemungkinan serangan China jika diminta. Namun, jenderal tertinggi Pentagon itu juga memperingatkan bahwa militer China telah membuat kemajuan teknologi yang menakjubkan dalam waktu singkat. Ini antara lain ditandai dengan uji coba rudal hipersonik. Aneka uji coba persenjataan yang dilakukan sejumlah negara dinilainya membuat dunia harus siap memasuki era peningkatan ketidakstabilan di bidang strategis.
Dalam Forum Keamanan Aspen, Milley mengatakan tidak mengharapkan China akan mengambil tindakan militer terhadap Taiwan dalam 24 bulan ke depan. ”Meskipun demikian, China dengan jelas dan tegas membangun kemampuan untuk memberikan opsi-opsi itu, jika mereka memilih melakukan (tindakan militer) di masa mendatang,” katanya.
Ketika ditanya apakah Pentagon akan mampu mempertahankan Taiwan, dia menjawab dengan tegas, tidak ada keraguan soal kemampuan AS. ”Kami benar-benar memiliki kemampuan untuk melakukan segala macam hal di seluruh dunia, termasuk jika diperlukan,” kata Milley. ”Kami benar-benar memiliki kemampuan. Tidak ada yang meragukan hal itu.”
Milley mengatakan, AS dengan tepat mempertahankan kebijakan ”ambiguitas strategis” terhadap Taiwan dan apa yang akan dilakukan jika militer China berusaha menguasai Taiwan. Namun, dia menambahkan, AS yakin perbedaan antara China dan Taiwan harus diselesaikan secara damai berdasarkan kehendak rakyat di kedua belah pihak. ”Kami hanya tertarik pada hasil yang damai,” katanya. (AFP/REUTERS)