Presiden Taiwan Akui Militer AS Latih Pasukannya, China Meradang
Presiden Tsai Ing-wen mengungkapkan, kerja sama militer Taiwan dengan AS telah berlangsung puluhan tahun. Selama ini, mereka kerap melakukan pertukaran personel untuk menjalani latihan di AS, Taiwan, ataupun negara lain.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
AFP/SAM YEH
Personel pasukan khusus Taiwan berjalan di belakang kendaraan angkut lapis baja dalam latihan militer tahunan di Taichung, Taiwan tengah, 17 Januari 2017.
TAIPEI, KAMIS — Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengakui bahwa di wilayah yang dipimpinnya sedang ada sejumlah anggota militer Amerika Serikat. Keberadaan mereka di sana ialah membantu latihan angkatan bersenjata Taiwan. Fakta ini memancing kemarahan China. Beijing menuduh Amerika Serikat melanggar prinsip Satu China dan ikut campur di dalam urusan dalam negeri mereka.
Tsai mengungkapkan hal itu dalam wawancara bersama stasiun televisi CNN, Kamis (28/10/2021). Meskipun demikian, ia tidak memerinci jumlah personel militer AS yang saat ini ada di Taiwan dan spesifikasi jenis latihan yang mereka lakukan. Tsai menekankan bahwa kerja sama militer Taiwan dengan AS telah berlangsung selama puluhan tahun. Selama ini, lanjut Tsai, mereka kerap melakukan pertukaran personel untuk menjalani latihan di AS, Taiwan, ataupun negara-negara sahabat.
”Saya percaya bahwa ini juga wujud bahwa AS akan selalu menjadi teman Taiwan dan membela kami di kala kesusahan, termasuk dari ancaman keamanan,” kata Tsai.
Ia merujuk pada semakin memanasnya hubungan Taiwan dengan China. Hal ini karena China terang-terangan akan mengupayakan segala cara walaupun Presiden China Xi Jinping menekankan tetap di dalam koridor damai untuk menjadikan Taiwan sebagai bagian resmi negara tersebut. Sebaliknya, Taiwan bersikeras mereka merupakan entitas yang merdeka dan salah satu suar demokrasi di Asia Timur.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen (kiri) meninggalkan lokasi latihan militer tahunan Han Kuang di Taichung, Taiwan, 16 Juli 2020.
Wawancara Tsai ini segera mendapat tanggapan dari Beijing. Melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin, China melempar protes keras. ”Ini pelanggaran kedaulatan. AS sudah ikut campur ke dalam urusan dalam negeri China. Kami menolak segala jenis kontak dan kerja sama militer antara AS dan Taiwan,” katanya.
Konflik antara AS dan China juga semakin meruncing. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur pada Rabu (27/10/2021) yang dilakukan secara virtual, Presiden AS Joe Biden menyindir China dan mengatakan bahwa negara itu terus memanas-manasi suasana melalui tindakan koersif terhadap Taiwan ataupun di Laut China Selatan. Gedung Putih sejauh ini belum mengeluarkan keterangan resmi mengenai komentar Biden.
AS juga melarang perusahaan komunikasi China Telecom beroperasi di dalam negara itu. Beijing kemudian melontarkan tuduhan bahwa AS bertindak curang dan kejam tanpa alasan. Rilis dari Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa AS murni bertindak atas kecurigaan yang tidak mendasar. Ini bisa diartikan AS berlaku diskriminatif terhadap China.
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu dengan delegasi yang beranggotakan 66 orang tengah melakukan lawatan ke sejumlah negara di Eropa. Ia sudah berkunjung ke Ceko, Slowakia, dan Lituania. Pekan depan ia dijadwalkan akan menyambangi Italia dan kabarnya juga ke Belgia.
Wu telah menandatangani 18 nota kesepahaman dengan Lituania, Slowakia, dan Ceko. Hal itu menuai kritik keras dari Beijing. Lituania merupakan negara Eropa yang secara resmi membuka hubungan diplomatik dengan Taiwan. Mereka juga memiliki kedutaan besar di Taipei walaupun diprotes China.
AFP/MICHAL CIZEK
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu berpidato setelah menerima Medali Bintang Kehormatan Perak Senat Parlemen Ceko dari Presiden Senat Ceko Milos Vystrcil (tidak terlihat) di Praha, Ceko, 27 Oktober 2021.
Pakar politik dari Universitas Vilnius, Lituania, Konstantinas Andrijauskas, menjelaskan bahwa sejatinya negara-negara mantan blok Soviet telah menjalin komunikasi dengan Taiwan sejak awal 1990-an. Hubungan ini semakin erat di bidang perdagangan. Apalagi, Taiwan terus membuktikan mereka merupakan mitra dagang yang dapat diandalkan.
”Secara angka, investasi dari China ke Lituania memang jauh lebih besar dibandingkan dengan modal dari Taiwan. Akan tetapi, China cenderung berinvestasi di sektor-sektor yang dinilai terlalu sensitif oleh NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara), sementara perilaku bisnis Taiwan sangat terbuka dan bebas dari kepentingan politik,” paparnya.
Pendapat serupa turut dikemukakan oleh pengurus Konfederasi Industri Ceko, Lukas Martin. Di Ceko, China lebih senang memilih menanam modal di sektor properti, telekomunikasi, dan klub sepak bola. Ini bukan sektor yang membuka lapangan pekerjaan. Sebaliknya, Taiwan berinvestasi di sektor padat karya. Bahkan, perusahaan telekomunikasi Taiwan, Foxconn, membuka pabrik di Ceko.
Secara keuangan investasi dari China memang lebih besar jumlahnya, tetapi investasi dari Taiwan membuka lapangan kerja delapan kali lipat,” kata Martin. (AFP)