Lewat pengerahan ratusan pesawat militer, Beijing memperingatkan AS untuk tidak menjadikan isu Taiwan sebagai alat menekan China di tengah persaingan kedua negara.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Ketegangan meningkat di Selat Taiwan. Taipei pun menggalang dukungan diplomatik setelah Beijing mengirim ratusan pesawat militer mendekati pulau tersebut.
Beijing selama ini menyatakan Taiwan bagian dari China, menyusul kemenangan Partai Komunis pada 1949 dan kubu nasionalis mundur ke Taiwan. Sebaliknya, Taiwan menyebut pemerintahannya sama sekali terpisah dari China.
Di tengah Perang Dingin Amerika Serikat-Uni Soviet pada 1979, Washington memutuskan untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Beijing dan mengakhiri relasi resmi dengan Taipei. Meski demikian, ada undang-undang di AS yang memerintahkan Washington untuk tetap mendukung pemerintahan Taiwan.
Pada masa lebih dari 20 tahun, situasi itu tak menimbulkan persoalan serius. Persaingan AS-China belum seperti sekarang. Sementara China menempuh pendekatan lunak atau upaya reunifikasi damai yang berlangsung perlahan. Langkah utamanya, saat itu, terus meningkatkan relasi China daratan dengan Taiwan di bidang ekonomi, budaya, serta sosial.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, situasi berubah. Persaingan AS-China berlangsung panas, yang ditandai perang dagang, pembatasan akses teknologi AS terhadap China, serta pengerahan militer di Laut China Selatan oleh kedua kubu.
Selain itu, sekarang juga ada faktor yang sangat krusial, yakni kekuatan militer China yang telah meningkat pesat. Pemerintah China di era Presiden Xi Jinping menempuh pula langkah ”keras” menghadapi Taiwan. Mereka menyatakan tak menutup kemungkinan menempuh jalur militer guna mengembalikan Taiwan.
Isu Taiwan menjadi kian kritis. Sejak Januari hingga pekan kedua Oktober tahun ini, 600 pesawat militer China memasuki wilayah identifikasi pertahanan udara Taiwan. Sebagai perbandingan, sepanjang 2020, China mengerahkan 380 pesawat tempur. Peningkatan intensitas pada 2021 terjadi pada awal bulan ini. Pada 1-4 Oktober, China mengerahkan 148 pesawat militer. Dalam situasi itu, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menggalang dukungan diplomatik. Ia menerima sejumlah kunjungan politisi negara-negara Barat. Bagaimanapun, kekuatan militer tetap menjadi penentu penting.
Karena itu, pengerahan pesawat militer besar-besaran bisa jadi mempertegas sikap China yang tak menutup kemungkinan pengerahan kekuatan bersenjata untuk mengembalikan Taiwan. Aksi tersebut juga dapat dilihat sebagai sinyal kepada Barat, khususnya AS, bahwa China dapat meladeni setiap serangan asing jika konflik bersenjata di Selat Taiwan pecah. Kapasitas militer China mumpuni untuk melakukannya.
Lewat pengerahan ratusan pesawat militer pula, Beijing memperingatkan AS untuk tidak menjadikan isu Taiwan sebagai alat menekan China di tengah persaingan kedua negara. Sinyal ini rasanya ditangkap jelas oleh Washington.
Dunia menanti bagaimana isu Taiwan terselesaikan. Konflik bersenjata jelas pilihan yang diambil paling akhir.