Indonesia Jadi Negara Pertama yang Dapat Jatah Vaksin Novavax
Indonesia menjadi negara pertama yang memberikan izin penggunaan darurat bagi vaksin produksi Novavax. Vaksin ini dinilai cocok bagi negara berkembang dan miskin karena lebih mudah proses penyimpanan dan distribusinya.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia menjadi negara pertama yang memberikan izin penggunaan darurat pada vaksin baru Covid-19 buatan Novavax Inc, perusahaan dari Amerika Serikat. Ini berarti, Indonesia akan mendapatkan akses pertama pula pada vaksin itu. Indonesia pada tahap awal memperoleh alokasi sekitar 20 juta vaksin tersebut.
Vaksin yang akan dikirim ke Indonesia diproduksi oleh Institut Serum di India dengan merek Covovax. Vaksin Novavax ini menggunakan teknologi yang berbeda dari vaksin-vaksin Covid-19 lain yang sudah beredar selama ini di seluruh dunia.
Berbeda dengan produk mRNA dari BioNTech/Pfizer, Moderna, dan Curevac, vaksin dua dosis vaksin Novavax mengandalkan teknik yang lebih tradisional, yakni dengan menggunakan protein untuk membawa fragmen virus Covid-19 yang tidak berbahaya untuk menghasilkan reaksi kekebalan.
Keunggulan lain Novavax dibandingkan yang vaksin-vaksin lainnya terletak pada proses penyimpanannya. Vaksin Novavax bisa disimpan dalam kondisi suhu yang lebih tinggi ketimbang vaksin lain, yakni 2-8 derajat celsius, sehingga memudahkan proses penyimpanan dan distribusinya, terutama di negara-negara berkembang dan berkepulauan.
”Otorisasi pertama vaksin Covid-19 Novavax ini menunjukkan komitmen kami terhadap akses global yang adil dan akan memenuhi kebutuhan Indonesia yang terus berupaya menyediakan vaksin yang memadai bagi penduduknya. Vaksin akan segera dikirim,” kata Kepala Eksekutif Novavax Inc Stanley Erick.
Pada Juni lalu, Novavax Inc menyebutkan, hasil uji coba vaksin itu pada 30.000 warga AS dan Meksiko menunjukkan vaksin ini 90,4 persen efektif mencegah infeksi simtomatik dan 100 persen efektif terhadap penyakit sedang dan berat.
Novavax telah mengajukan permohonan persetujuan vaksin ke banyak negara dan Badan Obat-obatan Eropa serta mengupayakan izin penggunaan darurat ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Permohonan untuk Badan Pangan dan Obat-obatan AS akan diajukan pada akhir tahun ini.
Selain dari Indonesia, Novavax Inc juga sudah menerima pemesanan awal dari beberapa negara lainnya, tetapi masih menunggu persetujuan. Ada 200 juta pesanan vaksin dari Komisi Eropa dan 150 juta vaksin pesanan Jepang. Novavax Inc berharap India, Filipina, dan negara-negara lain di dunia juga akan segera memberikan keputusan dalam waktu dekat.
Jika sudah mendapatkan izin dari WHO, Novavax Inc akan segera mengirimkan vaksin buatannya ke program Covax yang menyediakan vaksin bagi negara-negara berkembang dan miskin. Novavax dan Institut Serum di India (SII) berkomitmen akan menyediakan lebih dari 1,1 miliar dosis kepada Covax yang juga ditangani oleh WHO.
”Kami berharap bisa mengirim vaksin ke Covax tahun ini. Tetapi saya kira Novavax baru bisa mengirim dalam jumlah besar pada kuartal pertama tahun 2022,” kata Erick.
Pada Oktober lalu, Novavax menghadapi persoalan produksi vaksin yang lamban karena kekurangan bahan mentah dan beberapa persoalan lain. Tetapi, kini tak ada lagi masalah. Perusahaan itu siap menangani pesanan hingga 150 juta dosis per bulan bekerja sama dengan SII, SK Bioscience di Korea Selatan, dan Takeda di Jepang.
5 juta korban Covid-19
Sementara itu, hampir dua tahun setelah kasus Covid-19 pertama kali muncul di kota Wuhan, China, saat tercatat lima juta orang di seluruh dunia tewas akibat Covid-19. Lima juta jiwa korban tewas ini merupakan perhitungan kantor berita AFP yang dikumpulkan dari berbagai sumber resmi.
Untuk pertama kalinya dalam satu tahun terakhir, jumlah kematian harian di seluruh dunia turun menjadi kurang dari 8.000 orang pada Oktober lalu. Menurunnya angka kematian akibat Covid-19 ini diduga berkat program vaksinasi yang gencar dilakukan berbagai negara.
Namun, kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, jumlah kasus dan kematian akibat Covid-19 meningkat untuk pertama kalinya dalam dua bulan. Ini karena munculnya epidemi di Eropa, terutama di wilayah utara seperti Rusia, Ukraina, dan Romania. Di Ukraina dan Romania, tingkat kematian termasuk yang tertinggi, yakni antara 546 dan 442 kasus kematian per hari.
Korban tewas terbanyak di dunia berada di Amerika Latin dan Karibia dengan 1.521.193 orang yang tewas sejak awal pandemi. Jumlah rata-rata kematian harian saat ini di kawasan itu berkisar 840 orang. Jumlah ini menurun terus sejak Mei lalu.
Adapun di AS, lebih dari 1.400 orang tewas setiap hari selama tujuh hari terakhir. Jumlah ini turun 15 persen dibandingkan pekan sebelumnya.
WHO memperkirakan jumlah korban tewas yang sebenarnya bisa 2-3 kali lipat lebih banyak ketimbang data resmi karena adanya kemungkinan tidak dicatat. Majalah The Economist menyimpulkan, terdapat sekitar 17 juta orang tewas akibat Covid-19. ”Angka ini lebih bisa dipercaya,” kata Guru Besar Epidemiologi di Institut Pasteur, Arnaud Fontanet.
Jumlah kematian akibat pandemi Covid-19 lebih rendah ketimbang pandemi lain yang pernah terjadi sebelumnya. Misalnya, jika dibandingkan dengan pandemi flu Spanyol yang menewaskan 50-100 juta jiwa pada 1918-1919.
Meski tidak separah flu Spanyol, ahli virologi di Institut Perancis, Jean-Claude Manuguerra, mengatakan, Covid-19 lebih berbahaya karena menyebabkan kematian dalam waktu singkat. ”Situasinya bisa lebih parah jika tidak dilakukan pembatasan pergerakan orang dan vaksinasi,” ujarnya. (REUTERS/AFP/AP)