Thailand Buka Jalur Hijau Wisatawan Manca dari 63 Negara
Thailand dan sejumlah negara mulai membuka sektor pariwisatanya seiring dengan meningkatknya tingkat vaksinasi. Thailand bahkan menawarkan fasilitas bebas karantina untuk 63 negara dengan risiko rendah.
Oleh
Luki Aulia
·5 menit baca
BANGKOK, SENIN — Pemerintah Thailand menambah 17 negara ke dalam daftar negara yang mendapat fasilitas jalur hijau atau masuk tanpa karantina untuk kegiatan pariwisatanya. Dengan demikian, sektor pariwisata Thailand kini telah menyediakan fasilitas itu untuk 63 negara berisiko rendah Covid-19. Ini hanya berlaku untuk wisatawan mancanegara yang sudah tervaksinasi dan datang melalui jalur udara.
Mengutip Bangkok Post, 17 negara yang dimaksud meliputi Indonesia, India, Taiwan, Laos, Myanmar, Filipina, Kroasia, Kuwait, Maladewa, Mongolia, Nepal, Oman, Romania, Slovakia, Sri Lanka, Vietnam, dan Luksemburg. Pembukaan ini berlaku efektif per 1 November 2021. Sebelumnya Thailand telah menyediakan jalur hijau untuk 46 negara. Sebelum menyediakan fasilitas jalur hijau, Thailand mensyaratkan karantina di hotel khusus untuk setiap wisatawan mancanegara yang masuk ke negara itu.
Dengan ketentuan baru ini, puluhan ribu pelancong diharapkan akan masuk ke Bangkok, Pulau Phuket, dan obyek wisata lainnya di Thailand sehingga memulihkan sektor pariwisata. Selama pandemi, pariwisata Thailand ambruk, sama seperti kondisi saat krisis ekonomi Asia di 1997. Jumlah pengunjung yang masuk Thailand anjlok hingga 80 persen.
Bandara Internasional Suvarnabhumi dan Phuket akan menjadi bandara pertama yang menerima pengunjung. Daerah lain disebutkan akan segera menyusul. Mayoritas pengunjung kemungkinan berasal dari negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan China yang hendak berliburan di musim dingin pada bulan Desember. ”Hal terpenting bagi saya dan pemerintah saat ini adalah memulihkan kondisi kehidupan rakyat seperti dulu,” kata Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-ocha, Jumat lalu.
Sektor pariwisata menjadi tulang punggung bagi perekonomian Thailand. Akibat pandemi Covid-19, segala macam usaha terkait pariwisata lumpuh, seperti restoran dan transportasi. Pemerintah berharap tahun depan akan bisa mendatangkan 10-15 juta pengunjung yang mendatangkan pendapatan hingga mencapai 30 miliar dollar Amerika Serikat (AS).
”Kami percaya pendapatan pada 2023 akan bisa mendekati pendapatan pada tahun 2019,” kata Menteri Pariwisata Thailand Pipat Ratchakitprakarn.
Namun, para pelaku industri pariwisata masih pesimistis hal itu akan bisa mendongkrak pengunjung, terutama dari negara-negara besar, seperti China, yang tetap mengharuskan setiap warga yang baru kembali dari luar negeri untuk menjalani karantina ketat. Persyaratan karantina di negara asal itulah yang membuat orang masih enggan bepergian. Untuk kasus Covid-19, di Thailand masih tercatat ada 10.000 kasus setiap harinya dan sampai sekarang baru 40 persen warganya yang sudah divaksin.
Sebelum pandemi Covid-19, Thailand menerima sedikitnya 40 juta orang wistawan mancanegara setiap tahun. Sebelum kebijakan baru ini dilaksanakan, Thailand sudah melakukan uji coba pada Juli lalu khusus untuk tujuan Phuket saja. Pengunjung yang sudah vaksin boleh masuk Phuket selama dua pekan sebelum mulai jalan-jalan. Meski pintunya sudah dibuka, baru sekitar 58.685 pengunjung yang masuk selama empat bulan terakhir.
Dit (18) yang bekerja di warung jus milik pamannya di Pantai Kamala mengaku pendapatan setiap harinya bisa sampai 150 dollar AS sebelum pandemi Covid-19. Namun, menyusul pandemi, usahanya terpaksa tutup selama beberapa bulan karena sepi pembeli. Baru dibuka kembali tiga pekan lalu dan setiap harinya bisa mendapat 30 dollar AS per hari. ”Kami sampai harus makan dari tabungan, menanam sayur-sayuran, dan menangkap ikan supaya tetap bisa makan,” ujarnya.
Bagi penari penghibur di sebuah hotel dan rumah makan di pantai Phuket, situasi pandemi juga membuat mereka menderita. Karena tidak ada pekerjaa, maka tidak ada uang. Hal yang sama dirasakan usaha wisata di Pulau Koh Phi Phi. ”Sebelum pandemi, ini tujuan wisata termurah di dunia karena di sini bebas seks, narkoba, dan alkohol. Sekarang, semua sepi,” kata Roger Andreu yang bekerja di toko alat selam.
Lamban
Upaya Thailand membuka pintu perbatasannya untuk warga asing ini termasuk yang pertama di Asia. Tidak seperti negara-negara di Eropa, Asia lebih lamban membuka diri. Semula, Thailand membatasi hanya menerima pelancong atau pengunjung dari 46 negara.
Seperti halnya Thailand, Singapura juga sudah memberlakukan kebijakan bebas karantina bagi pengunjung yang sudah vaksin dari 10 negara, termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Sementara Indonesia juga kembali membuka Pulau Bali pada bulan ini untuk 19 negara. Karantina selama lima hari masih disyaratkan. Adapun Vietnam baru berencana menerima pengunjung asing ke Pulau Phu Quoc mulai bulan depan. Demikian pula Malaysia dengan Pulau Langkawi. Adapun Kamboja baru akan membuka pantai Sihanoukville, Koh Rong, dan Dara Sakor mulai 30 November 2021.
Berbeda dengan negara-negara tetangganya, Filipina dan Myanmar masih tetap menutup diri dari wisatawan mancanegara. China dan Jepang juga masih menutup diri. Beda lagi Korea Selatan yang sudah mulai menerima pengunjung dari 49 negara dan tetap memberlakukan tes Covid-19, termasuk wajib karantina selama 14 hari.
Negara dengan kebijakan Covid-19 paling berat adalah Hong Kong. Siapa pun yang datang dari luar negeri harus menjalani karantina selama 21 hari. Kebijakan ini dinilai efektif menjaga kasus Covid-19 tetap rendah, tetapi melumpuhkan industi pariwisata.
India juga perlahan mulai membuka diri pada wisatawan mancanegara pada bulan ini. Para pengunjung yang sudah vaksin tak perlu lagi menjalani karantina. Nepal pun demikian karena hendak mendorong para pengunjung kembali datang menikmati kawasan pegunungannya dan melakukan pendakian ke Himalaya. Pada 2019, lebih dari satu juta wisatawan masuk ke Nepal. Tahun lalu, saat pandemi menghantam, jumlahnya anjlok 80 persen.
Maladewa menjadi negara pertama di dunia yang membuka diri untuk pengunjung asing, sejak Juli tahun lalu. Jumlah pengunjungnya tahun lalu mencapai 500.000 orang. Tahun ini, harapannya jumlahnya bisa meningkat mencapai 1,5 juta orang. Sri Lanka per 7 Oktober juga sudah membuka diri untuk pengunjung tanpa perlu karantina lagi. Sementara Pakistan agak lebih longgar karena cukup menunjukkan bukti vaksinasi dan tes negatif Covid-19.
Australia termasuk negara yang menerapkan kebijakan pembatasan perbatasan terketat di dunia. Warganya dilarang bepergian ke luar tanpa izin. Direncanakan, kebijakan ini dicabut dalam waktu dekat. Meski ditutup untuk pengunjung asing, Australia tetap memperbolehkan pekerja berketerampilan dan mahasiswa asing untuk masuk pada akhir tahun ini. Sementara Selandia Baru yang selama ini dinilai paling berhasil menekan penyebaran Covid-19 belum mau menerima pengunjung asing. (AFP/LUK)