Dulu kepunahan massal akibat kenaikan suhu permukaan dipicu aktivitas alami, sekarang manusia bisa menjadi penyebabnya. Untuk mencegah hal itu, puluhan ribu dan banyak kepala negara berkumpul di Glasgow, Skotlandia.
Oleh
A Tomy Trinugroho dari Edinburgh, Skotlandia
·3 menit baca
Princess Street di Edinburgh, Skotlandia, Sabtu (30/10/2021) sore, ramai. Orang hilir mudik sambil mengenakan jaket tebal karena udara dingin disertai embusan angin. Bus antre di tepi jalan, di dekat deretan pertokoan. Bangunan kastil tua berusia berabad-abad berdiri di kejauhan di atas bukit.
Berjarak lebih kurang satu jam perjalanan kendaraan darat dari Glasgow, kota Edinburgh dijadikan tempat menginap sebagian anggota delegasi Konferensi Para Pihak (COP 26) terkait perubahan iklim yang berlangsung di Glasgow. Hotel-hotel di Edinburgh juga penuh seperti di Glasgow.
Taman luas, pohon-pohon tinggi, dengan tumpukan guguran daun di trotoar ditemui di berbagai sudut di Edinburgh. Tumpukan daun itu tak memberi kesan kotor. Sebaliknya, justru menimbulkan kesan nyaman.
Kastil berusia ratusan tahun yang menjulang di atas bukit menjadi saksi perubahan di Skotlandia. Mulai dari era abad pertengahan, kemunculan industri berkat penemuan mesin uap, hingga abad modern saat orang lebih banyak menghabiskan waktu untuk melihat gawai.
Ada sejumlah teori bagaimana spesies Homo sapiens atau manusia modern mencapai Kepulauan Inggris, khususnya Skotlandia. Dibandingkan wilayah lain di dunia, kehadiran manusia modern belum terlalu lama di Skotlandia, sekitar 13.000 hingga 14.000 tahun silam. Periode itu lebih kurang berbarengan saat di belahan lain di dunia mulai terbentuk masyarakat pertanian: tanaman biji-bijian didomestifikasi, hewan mamalia besar dipelihara. Manusia pun tak perlu lagi menghabiskan waktu seharian untuk berburu. Mereka cukup bekerja sesuai keahlian masing-masing karena pasokan makanan terjamin lewat sistem pertanian.
Penemuan sistem pertanian mendorong tumbuhnya kota-kota dan pusat peradaban. Ada Babilonia, Mesir Kuno. Kekaisaran pun bermunculan. Ada imperium China dan Romawi.
Homo sapiens semakin inovatif. Ada penemuan pengolahan logam, kapal besar, hingga sistem akuntansi. Era penjelajahan dimulai. Rempah-rempah di Maluku dibawa dengan kapal besar untuk dijual di Eropa.
Mesin uap
Mesin uap ditemukan di Inggris. Orang Skotlandia bernama James Watt berhasil menyempurnakan desainnya sehingga mesin uap memiliki komponen rotasi yang lebih efisien. Pabrik pemintalan pun bermunculan di Manchester, Inggris, di tengah kebutuhan akan batubara yang terus meningkat. Manusia memasuki babak baru, yakni mengolah bahan bakar fosil untuk membuat hidup lebih nyaman: pakaian murah, bahan membuat seprai gampang didapat, dan harga sarung jauh lebih terjangkau.
Sayangnya, ada harga yang harus dibayar. Sejak itu, manusia menjadi penghasil karbon dioksida.
Emisi karbon dioksida semakin besar saat manusia semakin maju. Karbon dioksida bersama gas metana dan gas lainnya yang merupakan residu aktivitas manusia menahan panas matahari yang terpantul dari permukaan. Panas terperangkap, suhu permukaan bumi kian panas.
Jika manusia tidak mampu menahan pertambahan suhu permukaan 2 derajat celsius, bencana besar menghampiri. Bukan tidak mungkin kepunahan massal keenam terjadi. Dalam lima kepunahan massal sebelumnya, saat tiap kepunahan massal terjadi ratusan juta tahun lalu, lebih dari 80 persen spesies mati.
Dulu kepunahan massal akibat kenaikan suhu permukaan dipicu aktivitas alami, sekarang manusia bisa menjadi penyebabnya. Untuk mencegah hal itu, puluhan ribu peserta dan banyak kepala negara berkumpul di Glasgow. Manusia harus bertindak agar kepunahan keenam tidak terjadi. Bumi dan manusia saling membutuhkan.