Aktivis-aktivis lingkungan mulai berdatangan ke Glasgow, Skotlandia, untuk mendesak para pemimpin negara segera mengambil langkah konkret mengatasi perubahan iklim.
Oleh
Luki Aulia
·2 menit baca
Menjelang pertemuan iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia, ratusan aktivis mulai berunju krasa mendorong para pemimpin dunia untuk segera bertindak mengatasi perubahan iklim. Remaja aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg (18), ikut bergabung dalam unjuk rasa terbesar di Glasgow. ”Akhirnya ada di Glasgow untuk #COP26! Terima kasih untuk sambutannya yang hangat,” tulis Thunberg di Twitter setelah sebelumnya ia menghadiri unjuk rasa di London, Inggris.
Aktivis lingkungan dari seluruh dunia berdatangan ke Glasgow sejak Jumat lalu dan jumlahnya diperkirakan bisa mencapai 100.000 orang. Banyak aktivis dari negara-negara Eropa yang mengaku sengaja berjalan kaki dari negaranya menuju ke Glasgow untuk menyuarakan aspirasi dan frustrasi mereka terhadap isu lingkungan. ”Jangan Hanya Beri Janji Manis”, ”Stop Bahan Bakar Fosil” hanya sebagian tulisan dari spanduk dan poster yang dibawa saat unjuk rasa. Ratusan aktivis itu dikoordinasi oleh kelompok aksi Pemberontakan Kepunahan.
”Kami menantikan langkah-langkah yang lebih ambisius dan para pemimpin politik harus menyadari situasi yang penting dan genting ini. Kalau tak ditangani segera, anak dan cucu kita yang menjadi korban gangguan iklim yang parah,” kata Dirk van Esbroeck (68), seorang pensiunan asal Belgia.
Esbroeck bersama dengan 20 anggota kelompok ”kakek-nenek untuk iklim” beramai-ramai datang ke Glasgow menggunakan kereta dari Belgia ke Edinburg. Lalu dari Edinburg, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 75 kilometer ke Glasgow. ”Dari deklarasi ke aksi nyata itu masih jauh. Perjalanan penanganan iklim ini masih panjang,” kata kakek yang mempunyai 5 anak dan 12 cucu itu.
Lebih dari 100 pemimpin negara, termasuk Presiden Amerika Serikat Joe Biden, dijadwalkan akan hadir di pertemuan yang dinilai penting dalam upaya menangani perubahan iklim. ”Kami hanya menginginkan ada langkah-langkah konkret dan kami ingin ada dukungan untuk negara-negara berkembang dan miskin. Ini kesempatan terakhir,” kata Becky Stockes (31) yang berjalan kaki dari Spanyol ke Glasgow.
Maciej Walczuk (19) berharap kali ini para pemimpin negara di dunia bisa menghasilkan kesepakatan dan rencana aksi atau solusi konkret karena situasi iklim kian parah dan tak menentu.
Untuk mengantisipasi kericuhan, ada sedikitnya 10.000 aparat kepolisian yang dikerahkan untuk mengamankan unjuk rasa hingga 12 November mendatang. Ini jumlah personel terbanyak yang pernah dikerahkan polisi di Skotlandia. Selain isu Glasgow, unjuk rasa juga terjadi saat penyelenggaran Konferensi Tingkat Tinggi G-20 di Roma, Italia.
Para pengunjuk rasa mendesak negara-negara anggota G-20 untuk segera memenuhi komitmen mereka mengurangi emisi karbon. ”Kami mendesak G-20 untuk mengatasi masalah lingkungan dan sosial karena mereka juga yang bertanggung jawab membuat dunia rusak,” kata salah seorang pengunjuk rasa, Edoardo Mentrasti. (REUTERS/AFP)