Hari Pertama KTT G-20, Presiden Jokowi Hadiri Sesi Ekonomi dan Kesehatan Global
Presiden Joko Widodo juga diagendakan melakukan pertemuan bilateral dengan paling tidak lima pemimpin negara lain plus Bank Dunia.
Oleh
Mawar Kusuma Wulan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Agenda padat telah menanti Presiden Joko Widodo dalam kunjungannya ke Roma, Italia. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G-20, Presiden antara lain akan menghadiri sesi mengenai ekonomi dan kesehatan global. Selain menghadiri KTT G-20 yang berlangsung pada 30-31 Oktober 2021, Presiden juga akan melakukan pertemuan bilateral paling tidak dengan lima pemimpin negara lain plus Bank Dunia.
”Presiden Republik Indonesia sudah akan melakukan kegiatan yang sangat padat, yaitu antara lain menghadiri sesi mengenai global economy and global health,” ujar Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi saat menyampaikan keterangannya di Hotel Splendide Royal, Roma, pada Jumat (29/10/2021), sekitar pukul 20.00 waktu setempat.
Presiden Jokowi juga dijadwalkan akan menghadiri acara sela KTT G-20 mengenai dukungan usaha kecil dan menengah dan bisnis milik perempuan dan secara khusus diminta untuk menjadi pembicara.
”Undangan ini menunjukkan pengakuan dunia terhadap kebijakan keberpihakan kita kepada UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) dan peran perempuan dalam bisnis UMKM,” ujar Presiden Jokowi sebelum bertolak ke Roma, Jumat.
Selanjutnya, Presiden Jokowi juga akan menghadiri acara budaya dan jamuan makan malam dengan tuan rumah Perdana Menteri Italia. Selain itu, Presiden Jokowi juga akan melakukan pertemuan bilateral dengan lima pemimpin negara, yaitu Australia, Perancis, India, Turki, Italia, plus pemimpin Bank Dunia.
Retno menjelaskan, agenda bilateral masih sangat dinamis dan bisa berubah menyesuaikan jadwal para pemimpin.
”Kemungkinan masih akan terjadi beberapa perubahan di pertemuan bilateral karena masih ada beberapa permintaan dan kita sekarang sedang terus mencoba untuk mencocokkan jadwal, baik jadwal Bapak Presiden maupun jadwal pemimpin lainnya,” kata Retno, menambahkan.
Dihubungi secara terpisah, Rektor Universitas Jenderal A Yani dan Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menyebut, kehadiran Presiden Jokowi secara fisik di KTT G-20 penting karena Presiden akan menerima presidensi G-20 dari Italia. Di KTT G-20, Presiden Jokowi sekaligus bisa mempromosikan tentang rangkaian kegiatan G-20 di bawah kepemimpinan Indonesia yang akan dimulai pada Desember 2021.
Menurut Hikmahanto, di sela-sela pertemuan multilateral di KTT G-20 ini, Presiden Jokowi bisa sekaligus menggelar pertemuan bilateral dengan para pemimpin negara yang sebelumnya sulit dilakukan secara fisik di masa pandemi. Presiden Jokowi akan memiliki kesempatan untuk memaparkan bagaimana Indonesia melakukan penanganan terhadap Covid-19 yang sebelumnya sudah banyak memperoleh apresiasi dari dunia internasional.
Kehadiran Presiden Jokowi sekaligus memberi pemahaman bagi negara lain bahwa kondisi pandemi di Indonesia sudah membaik. Apalagi ada beberapa negara yang masih melarang warganya untuk datang ke Indonesia.
”Presiden bisa menginfokan bahwa kita sudah bisa menangani lonjakan kasus dan terus mewaspadai agar tidak euforia,” ujarnya.
Dalam rangka menarik investasi asing, Presiden Jokowi bisa sekaligus menyampaikan bahwa Indonesia telah memiliki Undang-Undang Cipta Kerja yang idenya adalah mengharmoniskan berbagai peraturan perundang-undangan. Peraturan yang mungkin dulu dianggap saling bertentangan satu dan lain ini yang membuat keengganan investor datang ke Indonesia.
Tingkat menteri
Sementara itu, pada level menteri, Menlu Retno telah melakukan tiga pertemuan bilateral, yaitu dengan Menteri Luar Negeri Meksiko, Menteri Luar Negeri India, dan State Councellor Menteri Luar Negeri China. Dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Meksiko, Retno menyampaikan penjelasan mengenai agenda Indonesia saat menjabat presidensi G-20. Intinya, Indonesia akan memberikan perhatian besar terhadap kepentingan negara berkembang.
”Inclusiveness akan menjadi kata kunci dari keketuaan Indonesia di G-20, dan Meksiko mengatakan sangat tepat pendekatan yang diambil Indonesia,” kata Menlu Retno.
Indonesia dan Meksiko juga melakukan komparasi mengenai posisi tiap-tiap negara terhadap isu perubahan iklim dan transisi energi. ”Kita sepakat mengenai pentingnya komitmen yang telah dibuat untuk segera dipenuhi, termasuk mengenai penyediaan dana adaptasi yang dijanjikan oleh negara-negara maju,” kata Retno.
Dalam pertemuan dengan menteri luar negeri India, Menlu Retno membahas mengenai presidensi G-20 yang setelah Indonesia akan dilanjutkan oleh India pada 2023. Indonesia dan India juga sudah sepakat untuk memberikan perhatian terhadap kepentingan negara berkembang di dalam G-20.
Indonesia-India melakukan komparasi mengenai situasi Covid-19 di tiap-taip negara yang sudah mengalami kemajuan yang signifikan. Retno menjelaskan bahwa penanganan pandemi di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat baik dan positivity rate sudah selalu di bawah 1 persen, dan beberapa hari ini sudah mencapai 0,4 persen.
India menjadi salah satu dari 19 negara yang wisatawannya sudah bisa berkunjung ke Pulau Bali. Pembicaraan dengan India juga mengenai kemungkinan Indonesia menjajaki pembuatan vaksin. ”Saya mengharapkan di dalam pembicaraan tersebut agar pemesanan vaksin Indonesia di India tidak mengalami keterlambatan dalam delivery-nya,” ucap Retno.
Terkait dengan perubahan iklim, Indonesia sepakat pentingnya semua negara melakukan komitmen sesuai dengan kewajibannya. Khusus untuk negara maju, Indonesia sangat mengharapkan agar negara-negara maju dapat memenuhi komitmen dukungan pendanaan dan alih teknologi.