Skandalnya Diungkap Media AS, Pemred Harian Jerman ”Bild” Akhirnya Dicopot
Perusahaan media di Jerman, Axel Springer, memecat Pemimpin Redaksi Harian ”Bild”, Julian Reichelt. Ia jadi sorotan karena skandal perselingkuhan dengan bawahannya yang ditengarai terjadi karena penyalahgunaan jabatan.
Oleh
Luki Aulia
·5 menit baca
Perusahaan grup media di Jerman, Axel Springer, Senin (18/10/2021), memutuskan memecat Pemimpin Redaksi Harian Bild, Julian Reichelt, terkait kasus hubungan pribadi dengan sejumlah perempuan koleganya. Dalam pernyataan tertulis, Axel Springer menyatakan, ”(Reichelt) dengan jelas tidak memisahkan kehidupan pribadinya dan pekerjaan, serta tidak berkata jujur terhadap dewan (perusahaan) tentang hal itu.”
Skandal Reichelt di Bild sudah lama menjadi sorotan, terutama di kalangan media di Jerman. Tak hanya menyangkut isu gerakan global isu perempuan #MeToo, skandal tersebut juga mencuatkan isu kebebasan pers setelah sejumlah wartawan dari media pesaingnya sempat menyiapkan laporan investigasi tentang kasus Reichelt. Namun, menjelang penerbitan, laporan itu batal dipublikasikan.
Bild merupakan media unggulan dalam grup Axel Springer, raksasa media di negara itu setelah Perang Dunia II. Kelompok media Axel Springer menegaskan identitas sebagai pendukung anti-komunis dalam Perang Dingin. Berdiri tahun 1952, Bild menggabungkan laporan kisah-kisah human-interest, olahraga, dan selibritas. Dengan oplah cetak 2 juta per hari, koran itu memegang posisi sebagai koran bertiras terbesar di Jerman.
Kelompok Axel Springer saat ini tengah melebarkan sayap ke Amerika Serikat. Mathias Doepfner, CEO Axel Springer, kepada The New York Times menegaskan tekad Axel Springer ”untuk menjadi penerbit media digital di dunia demokratis”. Pada tahun 2015, grup media itu membeli Business Insider—sekarang bernama Insider—seharga 442 juta dollar AS. Pada musim panas ini, mereka membeli Politico seharga 1 miliar dollar AS.
Keputusan pemecatan itu diambil setelah, seperti disebutkan dalam pernyataan tertulis tersebut, Axel Springer memperoleh informasi baru tentang Reichelt dari ”hasil investigasi pers dalam hari-hari terakhir ini”. Keputusan tersebut diambil sehari setelah harian Amerika Serikat, The New York Times, memublikasikan laporan tentang kasus Reichelt dengan rinci.
”Pihak manajemen menyimpulkan Julian Reichelt mencampuradukkan antara persoalan pribadi dan pekerjaan bahkan setelah diminta untuk menghentikan itu sesuai rekomendasi investigasi kepatuhan. Reichelt (41) juga belum mengakui dengan jujur apa yang terjadi,” sebut pernyataan resmi Axel Springer.
Kasus Reichelt sebenarnya sudah menjadi penyelidikan internal Axel Springer selama beberapa bulan. Pada musim semi tahun lalu, penyelidikan internal dengan melibatkan firma hukum independen menyoroti tuduhan bahwa Reichelt telah mempromosikan beberapa perempuan karyawan magang yang terikat hubungan afair, lalu menyingkirkan atau memecat mereka. Ada tuduhan tentang penyalahgunaan jabatan dan kewenangan dalam kasus itu.
Di dalam laporan The New York Times disebutkan Reichelt mengangkat seorang perempuan wartawan muda dan memasukkannya ke dalam jajaran wartawan senior karena keduanya memiliki hubungan dekat. Pada tahun 2016, Reichelt pernah mengatakan ”seandainya mereka tahu saya berselingkuh dengan karyawan magang, saya bisa dipecat,” sebut harian itu mengutip pengakuan seorang perempuan yang dimintai keterangan oleh tim penyelidik internal.
Bebas di penyelidikan pertama
Selama penyelidikan berlangsung, Reichelt dibebastugaskan. Penyelidikan tersebut dilaporkan majalah Jerman, Der Spiegel. Namun, pada Maret lalu, Reichelt kembali diberi tugas, didampingi Alexandra Würzbach, editor Bild edisi Minggu. Dari hasil penyelidikan, Axel Spriner menganggap Reichelt tak bersalah.
”Julian Reichelt mengakui telah mencampuradukkan antara pekerjaan dan hubungan pribadi, tetapi membantah tuduhan-tuduhan yang diarahkan padanya dan mengatakan hal itu di bawah sumpah,” demikian keterangan Axel Springer kala itu.
Dalam pernyataan tertulisnya waktu itu, Axel Springer juga menegaskan, pada proses penyelidikan pertama terhadap Reichelt tidak disertakan tuduhan pelecehan seksual atau kekerasan seksual. Hanya disebutkan, Reichelt berhubungan intim secara konsensual dengan perempuan karyawan di Bild dan ada indikasi terkait dengan penyalahgunaan kekuasaan. Pada waktu itu, kata Axel Springer, keputusan terakhirnya adalah memberikan Reichelt kesempatan untuk memperbaiki diri.
Namun, tidak demikian halnya saat ini setelah menjadi sorotan luas media hingga AS. Dalam pernyataannya, Direktur Eksekutif Axel Springer SE, Mathias Doepfner, memuji pencapaian Reichelt di bidang jurnalisme. Tetapi, dengan skandal ini, kata Doeptner, perusahaan tidak mungkin bisa mempertahankan Reichelt lagi. Reichelt dinilai masih saja melakukan perundungan dan menyalahgunakan kekuasaannya sebagai pimpinan terhadap staf perempuan.
Axel Springer akan menunjuk Johannes Boie (37) sebagai pemimpin redaksi Bild yang baru. Di dalam Bild terdapat tiga pimpinan redaksi. Boie kini masih menjabat sebagai Pemred Welt Am Sonntag.
Dalam pernyataan terbarunya, Axel Springer menyatakan akan mengambil langkah hukum terhadap ”pihak ketiga” yang telah merilis informasi bisnis dan komunikasi pribadi rahasia dengan bertujuan mengancam perusahaan dan menendang Reichelt.
Isu kebebasan pers
Selama skandal Reichelt menjadi sorotan, kelompok grup media pesaing, Ippen, telah menerjunkan sejumlah wartawan investigasi untuk menyiapkan laporan investigasi atas dugaan penyalahgunaan jabatan Reichelt di Axel Springer. Empat wartawan senior telah menyelesaikan laporan investigasi hasil liputan berbulan-bulan itu, yang direncanakan akan dipublikasikan dalam edisi hari Minggu lalu.
Namun, kelompok penerbitan Ippen membatalkan rencana untuk memuat laporan tersebut. Dalam surat yang ditulis hari Jumat lalu, empat wartawan senior di Ippen menuding perusahaan media dan pemimpinnya, Dirk Ippen, telah ”menyalahi kepercayaan”. Menurut surat keempat wartawan Ippen yang dikutip pertama kali oleh The New York Times, perwakilan dari Axel Springer SE sudah sering berkomunikasi dengan Ippen.
Namun, Ippen menegaskan, tidak ada campur tangan atau tekanan dari Axel Springer ketika memutuskan untuk tidak memuat laporan investigasi itu. Mereka memutuskan tidak memublikasikan laporan tersebut ”untuk menghindari kesan bahwa kami ingin secara ekonomi merusak pesaing”.
Dalam sebuah konferensi pers di Berlin, Senin (18/10/2021), seorang wartawan mengangkat isu tersebut kepada juru bicara Kanselir Angela Merkel terkait ancaman bagi kebebasan pers di Jerman. Steffen Seibert, jubir Merkel, tidak mau memberikan komentar. (REUTERS/AFP/AP)