AS Latih Pasukan Khusus Taiwan
Selain terungkap bahwa pasukan khusus AS memberikan pelatihan bagi tentara Taiwan, Badan Intelijen Pusat AS (CIA) juga mengumumkan pembentukan unit khusus untuk China.
WASHINGTON, JUMAT — Setelah menegaskan berpegang pada kebijakan Satu China, Amerika Serikat, diketahui secara diam-diam melatih tentara Taiwan. Pelatihan itu diberikan kala China tengah berusaha mengukur kekuatan Taiwan lewat pengerahan ratusan pesawat tempur.
Sejumlah sumber di Departemen Pertahanan AS menyebutkan, ada beberapa anggota pasukan khusus AS dikirim ke Taiwan. Mereka akan melatih anggota pasukan khusus Taiwan.
Departemen Pertahanan AS dan Kementerian Pertahanan Taiwan menolak berkomentar atas isu itu. ”Saya tidak bisa berkomentar pada operasi, latihan, atau hubungan tertentu. Saya ingin menekankan bahwa dukungan ke Taiwan selaras dengan ancaman dari China,” kata John Supple, juru bicara Pentagon, Kamis (7/10/2021) siang waktu Washington atau Jumat dini hari WIB.
Baca Juga: AS-China Setuju Cegah Konflik Terbuka
Informasi soal pelatihan militer oleh AS kepada tentara Taiwan itu terungkap sehari setelah Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan bertemu Kepala Kebijakan Luar Negeri pada Politbiro Partai Komunis China Yang Jiechi di Zurich, Swiss. Dalam pertemuan itu, Sullivan-Yang sepakat perlu menjaga saluran komunikasi untuk mencegah konflik AS-China.
Pertemuan di Zurich terjadi selepas Presiden AS Joe Biden menekankan bahwa Washington menghormati kebijakan Satu China. Di sisi lain, Biden juga menekankan bahwa AS berpegang pada Kesepakatan Taiwan. Ia tidak menjelaskan lebih lanjut soal kesepakatan itu.
Sejumlah pihak mengacu pada Undang-Undang Hubungan Taiwan yang disahkan pada 1979 dan UU Enam Jaminan yang disahkan pada 1982. Lewat dua UU itu, Washington menegaskan hanya akan mengakui dan menjalin hubungan diplomatik dengan China. Di sisi lain, Washington juga akan terus berhubungan dan membantu Taipei.
Biden telah menyatakan bahwa keberadaan AS di abad ke-21 akan ditentukan dari persaingan Beijing-Washington. Biden menetapkan China sebagai fokus pemerintahannya. Hal itu, antara lain, diperkuat dengan reorganisasi Badan Intelijen Pusat AS (CIA). Dalam pengumuman pada Kamis, CIA membentuk unit khusus untuk China.
”Misi ini akan semakin memperkuat kerja bersama pada ancaman geopolitik paling serius di abad ke-21,” kata Direktur CIA William Burns.
Pada saat yang sama, CIA menutup unit khusus Iran dan Korea Utara. Kini, kedua isu itu ditangani unit Timur Jauh. Mantan analis isu China pada CIA, Rodney Faraon, menyebut bahwa reorganisasi itu menunjukkan China menjadi semakin penting bagi CIA.
Ujian
Reorganisasi CIA dan informasi pelatihan pasukan khusus terjadi di tengah peningkatan kehadiran pesawat tempur China di zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan. Kementerian Pertahanan Taiwan mencatat, sejak Januari hingga pekan kedua Oktober tahun ini, 600 pesawat tempur China memasuki wilayah pertahanan udara Taiwan.
Peningkatan yang semakin intensif terjadi dalam beberapa hari terakhir. Selama 1-4 Oktober 2021 saja, China mengerahkan 148 pesawat. Sebagai perbandingan, China mengerahkan 380 pesawat tempur dalam latihan perang di dekat Taiwan sepanjang 2020.
Peneliti Keamanan Indo-Pasifik pada Center for a New American Security, Jacob Stokes, menyebutkan ada beberapa tujuan Beijing lewat operasi itu. ”Pertama, menunjukkan upaya intimidasi militer dan menegaskan klaim China pada Taiwan. Kedua, peningkatan kemampuan personel militer,” ujarnya.
Baca Juga: Ratusan Pesawat Tempur China Mengudara, Taiwan Cari Dukungan Internasional
Alasan ketiga adalah memaksa Taiwan mengerahkan jet tempurnya dan menunjukkan reaksi lainnya. Alasan ini paling mengkhawatirkan karena pesawat Taiwan lebih sedikit dan lebih tua dibandingkan pesawat-pesawat China. Semakin sering digunakan untuk mengejar pesawat China, berarti semakin pendek usia pakai pesawat tempur Taiwan.
”Sebagian besar pesawat Taiwan berusia hampir 30 tahun. Setiap pengejaran meningkatkan tekanan pada struktur pesawat. Seiring usia, ada keretakan di rangka pesawat. China mungkin berharap pengerahan pesawat membuat Taiwan memilih membatasi pengerahan atau menyingkirkan pesawat tempurnya,” kata Carl Schuster, mantan direktur operasi pada Pusat Intelijen Komando Pasifik AS Carl Schuster.
Beijing juga bisa mempelajari pola reaksi Taipei setiap kali ada pengerahan pesawat. China bisa mengukur berapa lama dan apa bentuk reaksi Taiwan setiap kali Beijing mengerahkan pesawat ke ADIZ Taipei. ”Tentara China menguji kemampuan Taiwan mendeteksi dan kemauan menanggapi ancaman serangan udara. Juga mencatat waktu tanggapan, taktik, serta prosedur pencegatan,” ujar Schuster.
Operasi di ADIZ Taiwan juga membantu China mengoordinasikan pengerahan pesawat dalam jumlah besar pada jarak jauh. Operasi itu lebih sulit dibandingkan pengerahan unit lebih kecil di dekat pangkalan. ”Kendali udara kurang akurat pada jarak 100 mil laut dibandingkan pada 10 mil laut,” tambahnya.
Schuster menduga, pengerahan besar-besaran akan terus dilakukan China. Sebab, hanya itu kesempatan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China berlatih operasi besar dengan melibatkan multi matra dan multi sektor. ”AL dan AU AS latihan bersama paling tidak setahun sekali. PLA tidak melakukan itu,” katanya.
Sementara pakar kajian AS pada Chinese Academy of Social Sciences Lü Xiang mengatakan, China menunjukkan peningkatan kemampuan di udara dan darat. Karena itu, Taiwan tidak bisa lagi dijadikan isu untuk menekan China.
”Jika AS tidak mau kedamaian dan kestabilan kawasan terganggu, jangan gunakan Taiwan untuk menekan China. Washington sudah menyadari kekuatan PLA dan mereka khawatir salah langkah,” ujarnya kepada media yang dekat dengan pemerintah China, Global Times.
Perkembangan PLA membuat AS dan sekutunya harus menimbang serius dampak jika berhadapan dengan China. ”Pertanyaannya sekarang, seberapa besar AS dan sekutunya siap membayar jika mau menguji kekuatan China?” kata Yuang Zheng, Wakil Direktur Kajian Amerika pada Chinese Academy of Social Sciences. (AFP/REUTERS)