Ratusan Pesawat Tempur China Mengudara, Taiwan Cari Dukungan Internasional
Memasuki Oktober, kegiatan militer China di wilayah pertahanan udara Taiwan meningkat. Situasi ini rawan memicu ketegangan lebih lanjut di kawasan Indo-Pasifik.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
TAIPEI, KAMIS Taiwan mengerahkan kemampuan diplomasinya untuk mendekati berbagai politisi Barat guna memastikan perolehan dukungan terhadap kedaulatan mereka. Hal ini bertujuan untuk menghadapi ancaman militer China yang semakin agresif beberapa hari terakhir.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen bertemu dengan empat senator dari Perancis di Taipei, Kamis (7/10/2021). Salah seorang senator itu adalah Alain Richard yang pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan Perancis periode 1997-2002. Ia kini adalah Ketua Grup Sahabat Taiwan di Senat Perancis. Hadir pula Perdana Menteri Australia periode 2013-2015, Tony Abbott, yang datang sebagai kawan bagi Taiwan.
”Kami berterima kasih sekali kepada teman-teman yang selalu mendukung Taiwan. Ini adalah motivasi bagi Taiwan agar tidak pernah menyerah dan terus mempraktikkan demokrasi yang terbuka,” kata Tsai.
Richard yang sudah tiga kali berkunjung, dalam sambutannya menyebut Taiwan sebagai negara. Padahal, Perancis dan Taiwan tidak memiliki hubungan diplomatik karena Perancis mengakui prinsip Satu China. Dalam prinsip ini, Taiwan dianggap sebagai bagian dari China. Hubungan dengan Taiwan sebatas hubungan ekonomi atau kebudayaan, di luar politik dan keamanan.
Akibat pernyataan Richard ini, China mengajukan keberatan. Kedutaan Besar China di Paris mengeluarkan pernyataan resmi di laman mereka yang meminta Richard merevisi perkataannya. Jika tidak, kejadian itu bisa menurunkan kualitas hubungan bilateral China-Perancis.
Sementara Abbott menuturkan pentingnya agar Taiwan tidak dikucilkan dari dunia internasional. Selama ini, Taiwan sudah menunjukkan diri sebagai pemain yang cakap pada tataran global. Tidak ada yang bisa menyangkal kompetensi Taiwan di sektor perdagangan dan penanaman modal.
”Apabila Taiwan diterima di Kesepakatan Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP), akan baik sekali manfaatnya. Tidak hanya di sektor ekonomi, tetapi juga untuk persahabatan dengan negara-negara lain dan sebagai sumbangsih Taiwan bagi global,” ujarnya.
Kementerian Pertahanan Taiwan mencatat, sejak Januari hingga pekan kedua Oktober tahun ini, 600 pesawat tempur China memasuki wilayah pertahanan udara Taiwan. Peningkatan intensitasnya terjadi pada beberapa hari terakhir.
Selama 1-4 Oktober 2021 saja, China mengerahkan 148 pesawat. Sebagai perbandingan, China mengerahkan 380 pesawat tempur dalam latihan perang di dekat Taiwan sepanjang 2020.
Pada Senin (4/10/2021) misalnya, China mengerahkan 56 pesawat tempur di pantai sisi barat daya Taiwan. Semuanya di ruang udara internasional. Namun aktivitas itu memaksa pasukan pertahanan Taiwan untuk mengerahkan juga pesawat sebagai tanggapan. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran karena setiap kesalahan langkah dapat memicu eskalasi yang tidak diinginkan.
Sementara kapal perang China berpatroli 24 jam di perairan antara Yilan selama Agustus. Wilayah itu berada di antara Taiwan dan Pulau Yonaguni yang masuk wilayah Jepang.
Merespon situasi mutakhir itu, Menteri Pertahanan Taiwan Chin Kuo-cheng, Rabu (6/10/2021), meminta persetujuan parlemen menyetujui penambahan anggaran pertahanan senilai 8,6 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 122 triliun. Anggaran itu untuk pembelian kapal tempur dan persenjataan jarak jauh guna menghadapi risiko invasi China di 2025.
Pakar politik Universitas Tamkang, Alexander Huang kepada harian China Post menjelaskan, Taiwan harus terus bersiaga karena dengan manuver politik seperti ini, China akan semakin panas. Apalagi, Taiwan terang-terangan hendak menambah persenjataan dari negara-negara Barat.
Salah satu pemain kunci dalam perselisihan antara Taiwan dan China adalah Amerika Serikat (AS). Presiden AS, Joe Biden, mengungkapkan sudah menelepon Presiden China Xi Jinping dan mengatakan AS tetap mengakui Satu China. Meskipun demikian, AS tidak akan abai dari janji untuk membantu Taiwan apabila dilanda masalah keamanan.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sebelumnya sudah meminta agar China berhenti mengirim pesawat dan kapal militernya memasuki wilayah pertahanan Taiwan. Ini bisa mengusik kestabilan di wilayah Asia Timur dan berisiko merembet ke Indo-Pasifik.
Harian Taiwan News memberitakan, empat anggota Fraksi Republik di Kongres AS, Thomas Tiffany, Greg Steube, Scott DesJarlais, dan Scott Perry mengirim surat kepada Biden. Mereka meminta agar Biden mengambil langkah yang kongkret dalam menghadapi China. Mereka berpendapat, AS semestinya sudah bersikap jelas sejak masalah pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang dan Hong Kong. Kini China berupaya mencaplok Taiwan.
Kementerian Luar Negeri China dalam keterangannya menanggapi pernyataan AS beberapa hari lalu, menyatakan bahwa AS-lah yang provokatif dan merusak perdamaian kawasan dengan menjual senjatanya ke Taiwan. AS juga mengerahkan kapal perang yang berlayar secara teratur melalui Selat Taiwan.
"China dengan tegas menentang ini dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan," sebut Kementerian Luar Negeri China. (AFP/EUTERS/DNE)