Tsai Ing-wen Mengklaim Bakal Terjadi Bencana di Asia jika Taiwan Jatuh ke China
Taiwan sudah gerah dengan sikap China yang sering mengirim pesawat militer memasuki wilayah zona pertahanan udaranya. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menegaskan, Taiwan tak akan diam saja ketika China mencoba bermain api.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
TAIPEI, SELASA — Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengirim peringatan kepada China agar tidak mengganggu kedaulatan Taiwan. Taiwan sudah gerah dengan sikap China yang sering mengirim pesawat militer memasuki wilayah zona pertahanan udara Taiwan sebagai wujud unjuk kekuatan serta mengancam Taiwan agar segera kembali bersatu dengan China.
”Perilaku China ini murni aksi perundungan dan Taiwan tidak akan tinggal diam,” kata Tsai dalam esai yang diterbikan jurnal Foreign Affairs, Selasa (5/10/2021).
Tsai mengatakan bahwa Taiwan menganut asas demokrasi dan cinta damai. Taiwan tidak memercayai tindakan yang agresif dan ekspansif. Akan tetapi, ini bukan berarti Taiwan akan diam saja ketika China mencoba bermain api. Taiwan tidak ragu untuk mengerahkan segala kemampuannya mempertahankan diri.
”Apabila Taiwan jatuh ke tangan China, akan menjadi bencana besar bagi kedamaian di Asia,” tulis Tsai.
Sejumlah pihak, antara lain Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi dan Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki, mengemukakan permintaan agar Taiwan dan China bisa mencari solusi damai dari permasalahan mereka. Jangan sampai terjadi gangguan keamanan di kawasan Asia Timur yang akan merambat ke Indo-Pasifik.
Dalam perayaan ulang tahun ke-100 Partai Komunis China pada Juli lalu, Presiden China Xi Jinping menekankan akan memenuhi mandat dari langit untuk mewujudkan Satu China. Hong Kong dan Makau sekarang sudah mulai dilesapkan ke dalam sistem pemerintahan sosialis China. Hal ini tampak dari semakin terkikisnya nilai-nilai demokrasi di Hong Kong dan penangkapan orang-orang yang memercayai nilai-nilai itu di wilayah tersebut.
Taiwan mendeklarasikan diri sebagai negara merdeka walaupun secara faktual hanya ada 15 negara yang mengakuinya. Hampir semua negara di dunia menganut prinsip Satu China. Oleh karena itu, tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan. Meskipun demikian, keakraban Taiwan dengan negara-negara di dunia tetap terjalin melalui kerja sama ekonomi, pendidikan, dan hubungan antarpersonal.
Setelah pidato Xi tersebut, China mulai sering mengirim pesawat tempur memasuki wilayah pertahanan udara Taiwan. Beberapa momen yang diduga menjadi pemicu bertandangnya pesawat militer China itu antara lain ketika Taiwan membeli persenjataan dari Amerika Serikat (AS) dan ketika Taiwan memberi suaka kepada pegiat pro-demokrasi dari Hong Kong.
Kementerian Pertahanan Taiwan mencatat, pada kurun 1-4 Oktober saja sudah 148 pesawat tempur China memasuki zona pertahanan udara Taiwan. Beberapa di antaranya pesawat pengangkut bom nuklir dan pesawat yang bisa mengincar kapal selam angkatan laut.
Pada 4 Oktober, ada 56 pesawat yang memasuki Taiwan. Sebanyak 52 unit pada pagi hari dan empat unit pada malam hari. Militer Taiwan segera bersiaga dan mengaktifkan persenjataan. Pesawat-pesawat China itu kemudian berlalu setelah beberapa menit.
Pamer kekuatan
Pengamat politik dari Universitas Nasional Sun Yat Sen (NSYU) Taiwan, Lin Ying-yu, mengatakan bahwa hal itu merupakan pamer kekuatan oleh China. ”Munculnya pakta pertahanan AUKUS yang melibatkan AS, Inggris, dan Australia semakin memanaskan situasi di Laut China Selatan dan Indo-Pasifik. Taiwan yang dekat dengan negara-negara tersebut dijadikan lokasi unjuk kekuatan oleh China,” ujarnya kepada kantor berita Central News Agency.
Masuknya 56 pesawat militer China itu bertepatan dengan tersiarnya kabar bahwa kapal militer Inggris, HMS Queen Elizabeth, telah melintasi Selat Luzon di Filipina. Kapal ini dalam perjalanan menuju Singapura untuk latihan bersama dua kapal militer AS dan Angkatan Laut Singapura.
Selepas kedatangan pesawat China, Taiwan balik melakukan unjuk kekuatan militer. Mereka menggelar latihan aksi pesawat dan helikopter tempur untuk perayaan hari jadi Taiwan pada tanggal 10 Oktober. (REUTERS)