Uni Eropa sedang bergulat dengan dua masalah strategis, yakni dampak kejatuhan Afghanistan ke tangan Taliban dan bantuan kapal selam bertenaga nuklir bagi Australia. Blok 27 negara ini perlu mengonsolidasikan diri.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
LJUBLJANA, RABU — Para pemimpin Uni Eropa membahas posisi Eropa di dunia pada pertemuan puncak di Kastil Brdo, Kranj, barat laut Ljubljana, ibu kota Slovenia, Selasa (5/9/2021) waktu setempat. Mereka berupaya merajut persatuan tentang cara menghadapi pengaruh Amerika Serikat dan China.
Konferensi tingkat tinggi (KTT) ini pertama kali digelar Uni Eropa (UE) sejak Juni lalu. Blok 27 negara Eropa itu sedang bergulat dengan dua masalah strategis, yakni dampak kejatuhan Afghanistan ke tangan Taliban dan bantuan kapal selam bertenaga nuklir bagi Australia, hasil kesepakatan aliansi trilateral baru di Indo-Pasifik oleh Australia, Inggris, dan Amerika Serikat (AUKUS).
Jamuan makan malam menandai pertemuan puncak Uni Eropa-Balkan Barat tersebut. Negara-negara di Eropa Timur yang hadir sebagai negara pemantau dalam KTT UE juga berharap suatu hari bisa diterima bergabung dengan blok Uni Eropa jika sudah mendapat kesepakatan dan jaminan dari blok.
Para pemimpin UE, Rabu ini, akan menyatakan kembali jaminan keanggotaan di masa depan kepada enam negara Balkan, yaitu Serbia, Kosovo, Bosnia-Herzegovina, Montenegro, Albania, dan Macedonia Utara .
”Memetik pelajaran dari krisis baru-baru ini, kami berkomitmen untuk mengonsolidasikan kekuatan kami. Kami juga memperkuat ketahanan kami dengan mengurangi ketergantungan kami,” kata Ketua Dewan Eropa Charles Michel dalam pernyataan setelah pertemuan yang berlangsung empat jam.
Michel mengatakan, UE akan hadir lebih tengah di panggung internasional. Agar hal itu bisa terwujud, UE ”perlu meningkatkan kapasitasnya untuk bertindak secara mandiri” sebagai kekuatan ekonomi dan pertahanan.
Michel juga bersikeras dengan mengatakan, ”Kami berkomitmen bekerja dengan sekutu dan mitra kami yang berpikiran sama, khususnya AS dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang merupakan landasan keamanan kami.”
Paris masih kesal dengan keputusan Australia bulan lalu yang membatalkan kesepakatan pembelian kapal selam Perancis senilai puluhan miliar dollar AS setelah tawaran kapal bertenaga nuklir AS-Inggris. Paris menilai pakta militer AUKUS merugikan dan menusuk dari belakang.
Sekutu tertua AS di Eropa itu bertindak lebih jauh dengan memanggil kembali duta besarnya dari Washington dan Canberra. Presiden Perancis Emmanuel Macron memperlihatkan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Didorong rasa marah yang membara, Macron saat KTT di Kastil Brdo mendesak Eropa untuk berdiri sendiri. Macron mengatakan, di samping tetap bekerja dengan itikad baik dengan mitra dan sekutu historisnya, Eropa juga harus meraih ”kemerdekaannya, kedaulatannya”.
Presiden Perancis itu melanjutkan, ”Kami membutuhkan klarifikasi dan keterlibatan kembali dari AS.” Macron akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Joe Biden di sela-sela KTT G-20 di Italia pada November ini.
”Tetapi kita harus jelas tentang apa yang kita inginkan untuk diri kita sendiri, untuk perbatasan kita, untuk keamanan kita, untuk energi, industri, teknologi, dan kemerdekaan militer kita,” tambahnya.
Sebelum KTT di Brdo, Macron bertemu Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Paris yang berkunjung untuk memperbaiki hubungan. Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan, ada ”kesepakatan bersama, kami sekarang memiliki kesempatan untuk memperdalam dan memperkuat koordinasi” meskipun harus dengan banyak kerja keras.
Meskipun beberapa negara UE telah mendukung Perancis, negara lain dari kawasan Baltik dan Nordik enggan mengkritik AS. Sebab, bagi mereka, AS adalah pelindung utama dari ancaman kekuatan militer Rusia.
Perselisihan terkait kapal selam nuklir untuk Australia terjadi beberapa pekan setelah AS menarik penuh pasukannya dari Afghanistan. Penarikan itu terjadi dua pekan setelah pemerintahan Afghanistan jatuh ke tangan Taliban dan setelah hasil kesepakatan AS-Taliban di Doha, Qatar, 29 Februari 2020.
Kejatuhan Pemerintah Afghanistan yang didukung Barat memukul Eropa. Negara-negara Barat telah memberikan dukungan pasukan yang kuat bagi misi NATO di Afghanistan. Eropa juga merupakan donor utama bagi pemerintahan terguling.
Runtuhnya Afghanistan dan batalnya kesepakatan kapal selam dengan Perancis menjadi pemicu UE untuk mengembangkan kemampuan militer yang terpisah. Perancis tampil sebagai pemimpin upaya itu.
”Peristiwa baru-baru ini adalah gejala pergeseran geopolitik yang mendalam. Sebagai tanggapan, kita perlu mengembangkan kapasitas untuk bertindak,” cuit Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrell di Twitter merujuk pada kejatuhan pemerintahan Afghanistan dan bantuan kapal nuklir AS-Inggris untuk Australia.
Kanselir Jerman Angela Merkel, pemimpin paling dominan UE dalam 16 tahun terakhir, juga menghadiri KTT itu. Pada saat yang sama sedang berlangsung pembicaraan di Berlin untuk membentuk pemerintahan koalisi yang akan menggantikan posisinya sebagai pemimpin baru Jerman.
Strategi Merkel yang berhati-hati dan pro-AS telah mendominasi Eropa. Mundurnya Merkel dari panggung politik telah mendorong para pemimpin lain dari UE, seperti Macron, Perdana Menteri Italia Mario Draghi, dan PM Belanda Mark Rutte untuk tampil sebagai pemimpin berpengaruh di blok.
Merkel selalu mendorong hubungan dekat dengan China. Namun, hubungan itu juga terbukti lebih sulit untuk dipertahankan karena kepemimpinan Presiden China Xi Jinping berubah menjadi lebih terpusat dan berhaluan keras.
Hubungan dengan Beijing semakin rumit ketika kesepakatan investasi UE-China yang diinginkan oleh Jerman ditunda tanpa batas waktu. Hal itu terjadi setelah UE dan China berbalas pantun dengan saling menjatuhkan sanksi terkait atas perlakuan China yang dinilai buruk terhadap minoritas Uighur di Xinjiang dan dikecam Eropa. (AFP/REUTERS)