AS dan Australia Tak Hormati Kemitraan, Perancis Tarik Dubes
Penarikan utusan adalah langkah diplomatik terakhir yang diambil ketika hubungan antarnegara yang bertikai jatuh ke dalam krisis. Namun, hal ini sangat tidak biasa terjadi antardua negara mitra, seperti AS dan Perancis.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
PARIS, SABTU — Perancis menilai pakta militer AUKUS merugikan dan menusuk dari belakang, seperti digambarkan Menteri Luar Negeri Jean Yves Le-Drian. Sekutu tertua Amerika Serikat itu bertindak lebih jauh dengan memanggil kembali duta besarnya dari AS dan Australia. Tindakan Presiden Perancis Emmanuel Macron memanggil pulang Dubes Perancis untuk AS Phillipe Etienne adalah demonstrasi kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya meski hubungan diplomatik kedua negara sempat memburuk pada pemerintahan Donal Trump.
Keputusan untuk memanggil kembali duta besar merupakan perubahan haluan yang mengejutkan setelah hubungan Perancis dan AS menghangat kembali saat Joe Biden terpilih. Bahkan, saat pertemuan puncak G-7 pada Juni lalu, Macron menjadi pemimpin yang menyatakan bahwa ”AS telah kembali”.
Dalam pernyataannya, Jumat (17/9/2021), Le Drian mengatakan, keputusan memanggil kembali dua dubes karena pengumuman yang dibuat pada 15 September oleh Australia dan AS berdampak luar biasa serius.
”Pengabaian proyek kapal selam yang telah dikerjakan Australia dan Perancis sejak 2016 merupakan perilaku yang tidak dapat diterima di antara sekutu dan mitra. Konsekuensinya memengaruhi konsep yang kami miliki tentang aliansi kami, kemitraan kami, dan pentingnya Indo-Pasifik bagi Eropa,” kata Le Drian.
Penarikan utusan adalah langkah diplomatik terakhir yang diambil ketika hubungan antarnegara yang bertikai jatuh ke dalam krisis. Namun, hal ini sangatlah tidak biasa terjadi antara dua negara mitra atau sekutu.
”Saya dipanggil kembali ke Paris untuk berkonsultasi. Ini mengikuti pengumuman yang secara langsung mempengaruhi visi aliansi kami, kemitraan kami, dan pentingnya Indo-Pasifik bagi Eropa,” tulis Etienne di Twitter.
Macron belum mengomentari masalah ini secara langsung. Namun, beberapa keputusannya menyiratkan kekecewaan terhadap perilaku dua sekutunya. Dia juga memutuskan membatalkan rencananya berpidato dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Le Drian akan menggantikan Macron berpidato pada acara tahunan itu.
Selama empat tahun memimpin Perancis, Macron berusaha untuk memperkuat posisi diplomatik dan peran negaranya dalam pembuatan kebijakan Uni Eropa. Dia juga mencoba mempengaruhi mitra dan negara tetangganya agar Eropa tidak terlalu bergantung pada payung kebijakan AS, terutama dalam kerangka militer.
Pada saat yang sama, Perancis juga mencoba mendorong strategi Eropa untuk meningkatkan hubungan ekonomi, politik, dan pertahanan di Indo-Pasifik, yang membentang dari India dan China hingga Jepang dan Selandia Baru. Di Indo-Pasifik, Paris melihat dirinya sebagai kekuatan utama karena wilayah luar negeri, seperti Kaledonia Baru dan Polinesia Perancis, memberinya pijakan strategis dan militer yang tak tertandingi oleh negara Eropa lainnya.
Perbaikan situasi
Para pejabat Departemen Luar Negeri AS terus melakukan kontak secara intensif dengan Pemerintah Perancis, mencoba memperbaiki situasi, dan meredam ketegangan hubungan antara keduanya.
”Kami memahami posisi mereka dan akan terus terlibat dalam beberapa hari mendatang untuk menyelesaikan perbedaan kami. Perancis adalah sekutu tertua kami dan satu-satunya mitra terkuat kami. Kami berbagi sejarah panjang nilai-nilai demokrasi bersama dan komitmen untuk bekerja sama untuk mengatasi tantangan global,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Emily Horne.
Jubir Deplu AS, Ned Price, berharap pembicaraan antara kedua negara akan berlanjut dalam beberapa hari mendatang, termasuk dalam Sidang MU PBB, yang tidak akan dihadiri Macron.
Seorang diplomat top Prancis, yang berbicara secara anonim, mengatakan bahwa Macron menerima surat dari Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada Rabu pagi yang mengumumkan keputusan untuk membatalkan kesepakatan kapal selam tahun 2016. Sejumlah pejabat Perancis kemudian memutuskan menghubungi pejabat AS guna mendapat kejelasan tentang hal yang tengah terjadi antara Inggris, AS, dan Australia. Diskusi dengan Washington baru terjadi 2-3 jam sebelum pakta militer AUKUS diumumkan Biden, Morrison, dan PM Inggris Boris Johnson.
Menteri Urusan Eropa Perancis Clement Beaune, Jumat, juga mengatakan bahwa Paris tidak dapat mempercayai Canberra dalam pembicaraan kesepakatan perdagangan Uni Eropa yang sedang berlangsung menyusul pengumuman AUKUS.
Menlu Australia Marise Payne, di Washington, mengatakan bisa memahami kekecewaan Paris dan berharap untuk tetap bekerja sama dengan Perancis. Dia juga memastikan negara mitranya itu memahami nilai yang ditempatkan pada hubungan bilateral dan pekerjaan yang ingin akan terus dilakukan bersama. (AP/AFP)