Jepang Dapat Sokongan dari Australia dan AS untuk Hadapi China
Dukungan pada AUKUS menambah sikap anti-China yang ditunjukkan PM Jepang Fumio Kishida. Di sisi lain, ia mengakui China sebagai mitra dagang penting bagi Jepang.
Oleh
Kris Mada
·5 menit baca
TOKYO, SELASA — Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida telah menunjukkan keseriusannya menghadapi China. Sehari setelah disetujui parlemen Jepang menjadi kepala pemerintahan negara itu, Kishida mematangkan aliansi Tokyo menghadapi Beijing.
Pada Selasa (5/10/2021), ia menghubungi Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan PM Australia Scott Morrison. Biden berjanji menggunakan Pasal 5 dalam perjanjian AS-Jepang jika Jepang diserang China. Dalam perjanjian itu, Washington akan membantu Tokyo mempertahankan diri jika ada serangan terhadap Jepang. Biden-Kishida membahas soal Kepulauan Senkaku yang diperebutkan China-Jepang.
”Aliansi AS-Jepang adalah batu penjuru bagi kedamaian, keamanan, dan kesejahteraan Indo-Pasifik dan dunia. Saya tidak sabar bekerja sama dengan PM Kishida untuk memperkuat kerja sama kami,” kata Biden.
Dukungan untuk Jepang soal Senkaku juga ditunjukkan Morrison. Bersama Kishida, Morrison juga membahas perkembangan di Laut China Selatan dan nuklir Korea Utara. Morrison pun berharap hubungan pertahanan Canberra-Tokyo bisa ditingkatkan.
Di sisi lain, Kishida menyokong aliansi militer yang dibentuk Australia bersama AS dan Inggris (AUKUS). Ditambah India, Jepang-AS-Australia juga punya aliansi yang bernama resmi Quadrilateral Security Dialogue atau lebih dikenal sebagai Quad. Dalam pernyataan resmi setelah pertemuan Quad pada September, tercantum aneka agenda menghadapi China. Agenda kerja sama Quad lebih ditekankan pada hal-hal nonmiliter. Sementara AUKUS menekankan pada aliansi militer.
Salah satu anggota AUKUS, Inggris, berharap bisa meningkatkan kerja sama militer dengan Jepang. London mau hubungan yang lebih dekat dengan para sekutu untuk menghadapi China di berbagai arena. ”Mulai dari pertahanan sibernatika dan pertahanan tradisional,” kata Menteri Luar Negeri Inggris Liz Trus.
Sejauh ini, belum banyak negara mendukung AUKUS. Di Asia Tenggara, hanya Filipina mendukung secara terbuka. Thailand dan Vietnam tidak secara terbuka mendukung aliansi itu. Singapura menunjukkan sikap ambigu karena prihatin sekaligus menaruh harapan pada AUKUS. Hanya Indonesia dan Malaysia secara terbuka menolak AUKUS karena khawatir meningkatkan perlombaan senjata di kawasan.
Meski tidak secara jelas, Indonesia membahas pula soal AUKUS dalam pertemuan ASEAN. Bahkan, Indonesia meminta ASEAN bersikap atas pembentukan aliansi itu. Bagi Indonesia, AUKUS menambah bukti persaingan kekuatan besar yang bisa memecah belah negara-negara di kawasan.
Anti-China
Dukungan pada AUKUS menambah sikap anti-China yang ditunjukkan Kishida sejak masa kampanye pemilihan ketua umum Partai Demokratik Liberal (LDP). Setelah terpilih sebagai Ketua Umum LDP, sikap itu ditunjukkan lewat berbagai pernyataan dan tindakan.
Kishida mengatakan, China adalah mitra dagang penting bagi Beijing. Pelancong dan pebisnis dari China diharapkan terus datang ke Jepang. Walakin, sebagaimana dilaporkan antara lain oleh Kyodonews dan Jiji, Jepang akan tetap berterus terang sesuai fakta terkait kebebasan, demokrasi, dan ketertiban hukum.
Di partai, sikap anti-China ditunjukkan dengan mencopot Sekretaris Jenderal LDP Toshihiro Nikai yang dikenal pendukung Beijing. Di pemerintahannya, Kishida membentuk dua jabatan baru yang dinilai khusus untuk menghadapi China. Ia membentuk Kementerian Ketahanan Ekonomi yang salah satu tugasnya menjaga keunggulan teknologi Jepang. Kementerian itu dinilai dibentuk untuk menghadapi laju kebangkitan ekonomi China.
Ia juga menunjuk Penasihat Khusus PM untuk Isu HAM. Tugas penasihat itu antara lain mengurusi isu orang Uighur di Xinjiang, China. Wakil Sekretaris Kabinet Seiji Kihara ditunjuk menduduki jabatan itu. Seperti Kishida, Kihara juga menjadi anggota organisasi kemasyarakatan ultra-konservatif dan ultranasionalis bernama Nippon Kaigi.
Peneliti pada China Institute of International Studies, Xiang Haoyu, menyebut jabatan Kihara adalah cara Kishida mengendalikan kelompok anti-China di LDP. Sebelum dicopot sebagai Sekjen LDP, Nikai menjadi tokoh utama yang mengendalikan kelompok itu. ”China pasti akan memantau apakah pemerintahan Kishida juga akan ikut bermain dalam isu Xinjiang dan Hong Kong,” ujarnya kepada media yang dekat dengan Pemerintah China, Global Times.
Taiwan
Memang belum ada tanda LDP di bawah Kishida akan memainkan isu Xinjiang dan Hong Kong. Sejauh ini, LDP hanya mengungkap keinginan membahas soal Taiwan. Bagi China, Taiwan adalah wilayahnya dan harus segera disatukan lagi dengan segala cara. Kepala Kebijakan LDP Sanae Takaichi mengatakan, isu Taiwan menjadi salah satu materi kampanye LDP dalam pemilu 2021. Politisi nasionalis itu berjanji isu Taiwan akan mendapat perhatian dari partai penguasa Jepang tersebut.
Peneliti senior pada RAND, Jeffrey Hornung, menyebut bahwa Washington berharap Tokyo lebih aktif soal Taipei. Tokyo diharapkan segera menunjukkan rencana aksi jelas soal Taipei. ”Sulit berharap Jepang akan lunak kepada China,” kata peneliti lembaga kajian pertahanan di AS itu kepada Kyodonews.
Ketegangan di Taiwan terus meningkat. Dalam sepekan terakhir, Beijing mengerahkan total 151 pesawat tempur ke wilayah identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan. China memang hanya mengirimkan pesawat-pesawat itu di luar wilayah teritorial Taiwan. Meski demikian, pengerahan pesawat-pesawat itu menunjukkan Angkatan Udara China selalu siap tempur siang malam. Sebab, ratusan pesawat itu dikerahkan siang-malam secara terpisah.
Wakil Menteri Pertahanan AS Kathleen Hicsk menegaskan, Washington terus memantau perkembangan di Taipei. AS punya kemampuan untuk mengatasi semua potensi serangan terhadap Taiwan. Salah satu fokus AS di kawasan adalah membantu pertahanan Taiwan.
Peneliti RAND Derek Grossman tidak yakin Beijing akan menyerbu Taiwan. Ketidakyakinan juga diungkap peneliti University of New South Wales Clinton Fernandes. Bagi Fernandes, paling jauh Beijing hanya akan terus merisak Taiwan dan mendesak wilayah yang hanya diakui tidak sampai 20 negara lain. Beijing juga bisa saja memblokade Taipei.
Taiwan, menurut Fernandes, tidak bisa berbuat banyak jika China memutuskan blokade. Sebab, pertahanan Taiwan dirancang untuk menghadapi serbuan China. Kalaupun Beijing benar-benar akan menyerbu Taipei, Washington dan sekutunya akan kesulitan mencegahnya. Sebab, pertahanan AS di kawasan bertumpu pada kekuatan laut. Sementara kekuatan China di sekitar Taiwan bertumpu pada angkatan udara, arsenal tradisional dan nuklir, serta kekuatan laut.
China dilaporkan telah menyiagakan unit-unit arsenal yang bisa menjangkau sisi terjauh Taiwan dalam hitungan menit. Sejumlah kajian menunjukkan, pesawat-pesawat Taiwan tidak akan sempat tinggal landas jika arsenal China diarahkan ke berbagai pangkalan udara Taiwan. (AFP/REUTERS)