Paus Fransiskus Serukan Solusi Konkret Respons Perubahan Iklim
Paus Fransiskus mengatakan, perbedaan budaya dan agama harus dilihat sebagai kekuatan, bukan kelemahan, dalam mempertahankan lingkungan. Ia menilai dunia akan bergantung pada kaum muda merespons perubahan iklim.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
VATICAN CITY, SENIN — Paus Fransiskus dan para pemimpin agama lainnya pada Senin (4/10/2021) mengeluarkan seruan bersama agar Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau COP26 akhir bulan ini menghasilkan rekomendasi solusi konkret. Itu sangat diperlukan guna menyelamatkan Bumi dari krisis ekologi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Seruan Paus itu dihasilkan lewat pertemuan bertajuk ”Faith and Science: Towards COP26”. Pertemuan itu dihadiri para pemimpin umat Kristiani, termasuk Uskup Agung Canterbury Justin Welby dan Patriark Ekumenis Bartholomew, serta perwakilan dari Islam, Yudaisme, Hindu, Sikh, Buddha, Konfusianisme, Taoisme, Zoroastrianisme, dan Jainisme. Mereka menyatakan perubahan iklim adalah sebuah ancaman besar bagi manusia dan makhluk lainnya yang tinggal di Bumi.
”COP26 di Glasgow merupakan panggilan mendesak untuk memberikan respons efektif terhadap krisis ekologi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan krisis nilai yang kita alami saat ini. Dengan cara ini, kita menawarkan harapan nyata kepada generasi mendatang,” kata Paus Fransiskus. ”Kami ingin mengiringinya dengan komitmen dan kedekatan spiritual kami.”
Seruan bersama para pemimpin agama itu diserahkan kepada Menteri Luar Negeri Italia Luigi Di Maio dan Alok Sharma dari Inggris selaku Presiden COP26 di Glasgow, Skotlandia. ”Krisis iklim sedemikian hebat dan ini adalah ulah kita,” kata Sharma kepada para pemimpin agama itu.
Dalam pidato tertulis, Paus Fransiskus mengatakan, perbedaan budaya dan agama harus dilihat sebagai kekuatan, bukan kelemahan, dalam mempertahankan lingkungan. ”Kita masing-masing memiliki keyakinan agama dan tradisi spiritual, tetapi tidak ada batasan atau hambatan budaya, politik, dan sosial yang menghalangi kita untuk berdiri bersama,” katanya.
Pemimpin spiritual Anglikan seluruh dunia, Welby, menyerukan ”arsitektur keuangan global yang harus ’bertobat’ dari dosa masa sebelumnya”. Salah satu yang disebutnya adalah dorongan untuk mengubah aturan pajak guna mempromosikan aktivitas ekonomi hijau. ”Sepanjang 100 tahun terakhir kita telah menyatakan perang. Perang kita melawan iklim telah memengaruhi yang termiskin di antara kita,” kata Welby.
Sepanjang 100 tahun terakhir kita telah menyatakan perang. Perang kita melawan iklim telah memengaruhi yang termiskin di antara kita.
Lewat seruan bersama, para pemimpin agama itu mendesak semua pemerintah di dunia untuk mengadopsi rencana guna membantu membatasi kenaikan suhu global. Kenaikan suhu global ditargetkan rata-rata hingga 1,5 derajat celsius dibandingkan dengan masa sebelum Revolusi Industri dan emisi bebas karbon sesegera mungkin. Negara-negara kaya harus memimpin dalam mengurangi emisi mereka dan turut membiayai pengurangan emisi negara-negara miskin.
”Kami memohon kepada masyarakat internasional yang berkumpul di COP26 untuk mengambil tindakan cepat, bertanggung jawab, dan bersama demi menjaga, memulihkan, dan menyembuhkan kemanusiaan yang terluka dan rumah yang dipercayakan kepada kita,” kata para pemimpin itu dalam pernyataan di awal pertemuan.
Beberapa pemimpin menekankan bahwa tidak ada negara yang bisa berjalan sendiri di tengah tantangan yang berat saat ini dan di masa mendatang. ”Jika satu bangsa tenggelam, kita semua tenggelam,” kata Rajwant Singh, pemimpin Sikh dari Amerika Serikat, yang melantunkan puisi bagi para peserta.
Menteri Luar Negeri Vatikan Uskup Agung Paul Gallagher, sehari sebelumnya, berharap pertemuan para pemimpin agama itu dapat meningkatkan ambisi bersama tentang capaian di Glasgow. Para uskup Skotlandia pada Juli lalu mengatakan bahwa Paus Fransiskus akan menghadiri pembukaan COP26 jika kesehatannya memungkinkan. Vatikan akan mengumumkan keputusannya dalam beberapa hari ke depan.
Paus Fransiskus (84) sangat mendukung tujuan Kesepakatan Paris 2015 untuk mengurangi pemanasan global. Dalam seruannya kepada kaum muda, akhir pekan lalu, Paus Fransiskus menekankan bahwa kaum muda masa kini mungkin adalah generasi terakhir yang diharapkan dapat menyelamatkan planet ini. Presiden AS Joe Biden mengembalikan Washington ke Kesepakatan Paris setelah pendahulunya, Donald Trump, memilih keluar. Biden dan Paus Fransiskus diperkirakan akan bertemu di Vatikan pada akhir Oktober ini. (REUTERS)