Taliban memiliki tiga faksi besar. Ketiga faksi ini akan selalu mewarnai kebijakan-kebijakan Pemerintah Afghanistan. Apa saja faksi-faksi yang dimaksud dan bagaimana karakter masing-masing faksi?
Oleh
Musthafa Abd Rahman
·3 menit baca
Taliban yang didirikan pada 1994 oleh Mullah Mohammad Omar kini sudah menjelma menjadi organisasi besar yang menghimpun berbagai kekuatan politik di dalamnya. Berbagai fase sejarah mengantarkan organisasi yang sebagian besar anggotanya berasal dari para alumni madrasah (sekolah agama) di Pakistan dan Afghanistan itu menjadi semakin matang.
Fase sejarah tersebut mulai dari masa pembentukan pada 1994-1996, masa saat berkuasa di Afghanistan pada 1996-2001, masa menjadi oposisi bersenjata selama 20 tahun dari 2001 hingga 2021, hingga masa kembali berkuasa sejak 15 Agustus 2021 sampai sekarang.
Pada masa pembentukan, masa berkuasa jilid I di Afghanistan, dan masa menjadi oposisi bersenjata, faksi-faksi dalam tubuh Taliban tidak tampak. Pengaruh pendiri, Mullah Mohammad Omar, yang wafat pada 2013, barangkali berandil besar sehingga tidak terlalu tampak adanya faksi-faksi dalam tubuh Taliban.
Pada masa menjadi oposisi bersenjata selama 20 tahun, Taliban dituntut bersatu demi mencapai cita-cita perjuangan mereka. Namun, pasca-Taliban kembali ke tampuk kekuasaan Afghanistan per 15 Agustus lalu, organisasi tersebut tidak bisa lagi menutup-nutupi fakta tentang adanya faksi-faksi di dalamnya.
Dalam organisasi besar, apalagi saat berkuasa, sudah biasa terjadi gesekan kepentingan di antara kekuatan-kekuatan politik di dalamnya. Setidaknya kini ada tiga faksi besar dalam tubuh Taliban, yaitu faksi Doha, Kandahar, dan Haqqani.
Faksi Doha merupakan faksi paling moderat dan modern. Merekalah yang selama ini terlibat dalam perundingan dengan Amerika Serikat di Doha, Qatar. Tidak sedikit dari mereka yang berdomisili di Doha.
Mereka antara lain Mullah Abdul Ghani Baradar yang menjabat Deputi I Perdana Menteri Afghanistan, juru bicara Taliban Suhail Shaheen yang berdomisili di Doha dan calon Duta Besar untuk PBB, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid, dan Menteri Luar Negeri Afghanistan Amir Khan Muttaqi.
Faksi Doha tentu dekat dengan Qatar. Bahkan, Qatar memiliki pengaruh besar atas faksi Doha tersebut. Oleh karena itu, sangat wajar jika pernyataan-pernyataan moderat dari Taliban selama ini keluar dari faksi Doha.
Berikutnya faksi Kandahar yang lebih radikal. Tokoh-tokoh dalam faksi ini misalnya adalah Perdana Menteri Afghanistan Mullah Hasan Akhund dan Menteri Pertahanan Mullah Mohammad Yaqoob.
Faksi Kandahar ini lebih mengontrol militer Taliban dan basis-basis Taliban di seantero perdesaan Afghanistan. Hal ini lantaran figur Mullah Mohammad Yaqoob sangat populer di perdesaan Afghanistan karena ia merupakan putra dari pendiri Taliban, Mullah Mohammad Omar.
Faksi Kandahar lebih dekat ke Pakistan sehingga sering disebut faksi Pakistan. Dalam sejarahnya, pembentukan Taliban dibidani oleh Pakistan. Dalam hal ini, ada kedekatan yang sangat kuat antara Mullah Mohammad Omar dan Pakistan.
Terakhir adalah faksi Haqqani yang paling radikal dan cenderung independen. Pengaruh faksi Haqqani di tubuh Taliban belakangan semakin kuat karena jasanya yang besar dalam perang melawan pasukan pendudukan AS selama 20 tahun.
Pengaruh faksi Haqqani yang semakin kuat itu bisa dilihat dalam susunan kabinet Taliban. Terdapat empat figur faksi Haqqani yang masuk kabinet. Mereka adalah Sirojuddin Haqqani sebagai Menteri Dalam Negeri, Abdul Baqi Haqqani sebagai Menteri Urusan Pendidikan Tinggi, Najibullah Haqqani sebagai Menteri Komunikasi, dan Khalilur Rahman Haqqani sebagai Menteri Urusan Pengungsi.
Dengan latar belakang seperti itu, kebijakan pemerintahan Taliban tidak akan satu warna, tetapi beberapa warna. Setidaknya ada warna moderat dan radikal.
Saat ini, salah satu target pemerintahan Taliban adalah mendapatkan pengakuan internasional. Sidang Majelis Umum ke-76 PBB menjadi ajang terdekat untuk tampil.
Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, di sela-sela sidang Majelis Umum PBB di New York, AS, Selasa (21/9/2021), mengatakan, Taliban dalam surat berkop ”Emirat Islam Afghanistan” meminta agar PBB memberikan kesempatan kepada Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi untuk berpidato pada hari terakhir sidang Majelis Umum PBB.
Namun, Komite Kredensial, unit yang berwenang memutuskan, membutuhkan waktu. Artinya, utusan Taliban kemungkinan tidak akan bisa berpidato pada sidang Majelis Umum saat ini.