Negara-negara kekuatan utama dunia masing-masing punya penilaian berbeda soal tantangan dan ancaman yang dihadirkan China kepada mereka. Namun, tujuan mereka sama: mengeroyok China.
Oleh
kris mada
·5 menit baca
Kompas
Foto tanggal 9 Januari 2008 yang dirilis Angkatan Laut AS ini memperlihatkan kapal selam rudal balistik kelas Ohio, USS Wyoming, mendekati Pangkalan Kapal Selam Angkatan Laut AS di Kings Bay, Georgia, AS.
Perancis bersama mitranya di Uni Eropa memang marah kepada Amerika Serikat, Australia, dan Inggris. Meski marah, mereka tetap punya tujuan sama: mengeroyok China. Dari London sampai Washington hingga ke Canberra dan Tokyo serta New Delhi, semua menganggap Beijing sebagai ancaman.
Aliansi Australia-AS-Inggris yang bernama AUKUS jelas bukan blok perdagangan meski ada janji saling mendukung industri dan rantai pasok sektor pertahanan. Canberra-London-Washington sama-sama memandang Beijing sebagai ancaman. Bahkan, Presiden AS Joe Biden beberapa kali menyatakan bahwa masa depan AS ditentukan dari hasil persaingan dengan China.
Kerisauan Biden ditunjukkan dengan memberikan teknologi sensitif, yakni nuklir untuk penggerak kapal selam. Selama puluhan tahun, Washington hanya membagi teknologi itu ke London. ”Dengan fakta Australia dilibatkan, AS bersiap mengambil langkah baru untuk menghadapi tantangan China,” kata Sam Roggeveen, Direktur Kajian Keamanan pada Lowy Institute, Australia.
Kekhawatiran terhadap China juga ditunjukkan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga. Menjelang bertemu para pemimpin Quad, aliansi longgar yang dibentuk Jepang bersama AS-Australia-India, Suga mengungkapkan kekhawatiran terhadap laju kekuatan militer China. Beijing disebutnya berupaya mengubah status quo sehingga bisa menimbulkan risiko kepada Jepang. Tokyo juga akan terus memantau perimbangan kekuatan China dengan Taiwan.
REUTERS
Kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir kelas Jin Tipe 094A milik Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) terlihat dalam peragaan militer di Laut China Selatan, 12 April 2018. Laporan tahunan Pentagon yang dirilis pada Kamis (2/5/2019) menyebutkan aktivitas China ke arah penguatan kehadiran militer, termasuk pengerahan kapal selam, di kawasan Arktika.
Suga bersama PM Australia Scott Morrison dan PM India Narendra Modi akan dijamu Biden pada Jumat (24/9/2021) di Washington. Inilah pertama kali Biden menjamu para pimpinan Quad secara langsung.
Biden menjamu mereka setelah berupaya meredakan ketegangan dengan Uni Eropa. Gara-gara AS-Inggris setuju menyediakan delapan kapal selam bertenaga nuklir, Australia batal membeli 12 kapal selam diesel dari Perancis. Paris marah besar karena kehilangan kontrak 66 miliar dollar AS dari Canberra.
Kemarahan Paris semakin membara karena terungkap Canberra berusaha menutupi kesepakatan dengan London-Washington hingga detik terakhir pengumuman AUKUS. Juru bicara Kementerian Pertahanan Perancis, Herve Grandjean, menyebut, Paris menerima surat dari Canberra pada hari pengumuman AUKUS. Lewat surat itu, Australia mengaku puas dengan perkembangan kontrak pengadaan kapal selam dari Perancis.
Bagi Paris, Canberra berbohong dan berkhianat. Tudingan sebagai pengkhianat juga ditujukan kepada Washington. Memang, ketegangan Paris-Washington agak mereda setelah Biden menelepon Presiden Perancis Emmanuel Macron.
Selepas telepon itu, Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian akhirnya mau menemui Menlu AS Antony Blinken di New York, Kamis (23/9/2021). Walakin, Le Drian menekankan akan butuh waktu dan pembuktian tindakan untuk memulihkan hubungan AS-Perancis.
BRENDAN ESPOSITO / POOL / AFP
Dalam foto pada Mei 2018 ini, Presiden Perancis Emmanuel Macron (kedua dari kiri) dan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull (jas biru) meninjau kapal selam Perancis, HMAS Waller, yang tengah berlabuh di Sydney, Australia. Pada 2016, Canberra setuju membeli 12 kapal selam diesel dari Paris.
Menteri Ekonomi Perancis Bruno Le Maire malah mengatakan, kini UE tidak bisa lagi mengandalkan AS. ”Pelajaran pertama adalah UE harus membangun independensi. Masalah Afghanistan, kapal selam, menunjukkan bahwa kita tidak lagi mengandalkan AS. AS hanya punya satu fokus, China, dan mengadang kebangkitan China. Mantan Presidenn Trump dan sekarang Joe Biden percaya sekutu mereka akan patuh. Kita percaya kita harus independen. Buka mata,” ujarnya kepada para mitranya dalam pertemuan para menteri ekonomi UE.
Peneliti kajian Asia pada German Marshall Fund di Berlin, Garima Mohan, menyebut, AUKUS kembali menunjukkan AS tidak memahami Eropa. ”AS kurang paham mengapa Eropa tertarik kepada Indo-Pasifik dan apa perannya (UE) di kawasan itu,” ujarnya.
Sikap UE
Kepala Kebijakan Luar Negeri dan Pertahanan UE Josep Borrell mengatakan, pembatalan kontrak kapal selam oleh Australia adalah masalah bagi seluruh UE. Sebab, Perancis adalah anggota UE yang punya wilayah dan tentara di Indo-Pasifik. Seperti diungkap sejumlah pejabat Perancis, AUKUS dengan sengaja menyingkirkan UE. ”Kesepakatan itu tidak mungkin dibuat dalam sehari,” kata Borrell.
Selain karena anggotanya punya wilayah, UE juga berkepentingan dengan Indo-Pasifik yang menjadi lokasi berbagai mitra dagang terpentingnya. Apalagi, 60 persen produk domestik bruto (PDB) global dihasilkan dari Indo-Pasifik. UE jelas tidak mau tertinggal dalam permainan itu.
Seperti Le Maire, ia setuju Eropa lebih independen dan harus ada pola baru hubungan AS-UE. Hubungan itu tidak bisa lagi dalam kerangka Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). ”Karena tidak semua UE di NATO dan NATO bukan cuma UE,” ujar Borrell.
Kompas
Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton (kiri) dalam konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne, Menlu AS Antony Blinken, dan Menhan AS Lloyd Austin di Washington, Kamis (16/9/2021), menjelaskan soal penambahan kehadiran anggota Marinir AS dan peralatan militernya di Darwin pascapenandatanganan pakta militer AUKUS.
Borrel juga setuju dengan Le Drian. Pemulihan hubungan dengan AS berarti Biden harus terlebih dahulu mewujudkan janjinya kepada Macron. Kepada Macron, Biden berjanji mendukung operasi militer Perancis dan sejumlah negara Eropa di kawasan Sahel, Afrika. Operasi itu bertujuan menumpas kelompok teror di sana. Biden berjanji mendukung penguatan otonomi pertahanan UE.
Biden juga mengakui peran Perancis di Indo-Pasifik. Pentingnya peran Perancis menjadi salah satu penyebab kemarahan Brussels pada AUKUS, yang diungkap pada hari ketika UE mengumumkan strategi terbarunya di kawasan Indo-Pasifik. ”Kesepakatan (AUKUS) itu tidak dibahas dalam sehari. Kami tidak diajak bicara,” kata Borrell.
Memang, pendekatan UE terhadap China lebih lunak dibandingkan pendekatan AUKUS dan Quad. Brussels tetap memandang Beijing sebagai mitra yang penting. Di sisi lain, UE tidak menampik bahwa China bisa menghadirkan tantangan serius bagi blok 27 negara Eropa itu. UE tidak menggunakan istilah musuh atau lawan yang menghadirkan ancaman. Brussels lebih suka menggunakan istilah pesaing yang menghadirkan tantangan.
”Hal yang jelas, semua menuju Indo-Pasifik,” kata Garima Mohan, peneliti isu Asia pada German Marshall Fund di Berlin.
Ia mengatakan, memang masing-masing pihak punya penilaian berbeda soal tantangan dan ancaman yang dihadirkan China kepada mereka. Bahkan, Jerman yang dikenal paling dekat dengan China dibandingkan dengan anggota UE lainnya pun sudah merasa perlu bersikap lebih keras kepada China.
Salah satu tandanya adalah ketika Beijing menolak kapal perang Jerman, Bavaria, berlabuh di Shanghai pada Agustus lalu. ”Anda harus memilih. Jika punya strategi Indo-Pasifik, tidak mungkin netral,” katanya. (AFP/REUTERS)