PBB: Komitmen Pengurangan Emisi Karbon Tidak Nyata
Laporan PBB menyebut, komitmen negara penanda tangan kesepakatan iklim Paris tidak membantu mengurangi emisi. Sebaliknya, emisi karbon meningkat 16 persen dibandingkan 2010. Dunia berada dalam bahaya.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
Dunia semakin panas. Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa terbaru yang meninjau komitmen nasional negara-negara penanda tangan kesepakatan iklim Paris menemukan bahwa komitmen yang telah dibukukan sama sekali tidak membantu dunia menjadi lebih baik. Bahkan, komitmen tersebut akan meningkatkan emisi hampir 16 persen pada tahun 2030 dibandingkan dengan tingkat emisi pada 2010.
”Dunia berada di jalur bencana menuju pemanasan 2,7 derajat celsius,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Jumat (17/9/2021), mengomentari isi laporan tersebut.
Guterres mengatakan, tidak ada jalan lain untuk membalikkan kondisi itu selain mulai mengurangi emisi secara drastis. ”Kita membutuhkan pengurangan 45 persen emisi pada tahun 2030 sebagai syarat mencapai netralitas karbon pada pertengahan abad ini,” kata Guterres pada pertemuan virtual para pemimpin ekonomi utama yang diselenggarakan oleh Presiden AS Joe Biden.
Pernyataan Guterres sejalan dengan saran para ilmuwan yang mendesak para pemimpin pemerintahan untuk mulai mengurangi emisi karbon secara drastis. Hal ini mendesak untuk dilakukan apabila warga dunia tidak ingin melihat bumi mengalami kenaikan suhu global sebesar 1,5 derajat celsius pada tahun 2100.
Planet ini telah menghangat 1,1 celsius sejak zaman pra-industri, kata para ahli.
Untuk mengejar target netralitas karbon dan mencegah pemanasan global, 113 negara, termasuk AS dan Uni Eropa, telah mengajukan pembaruan target emisi mereka yang dikenal sebagai NDC (kontribusi yang ditentukan secara nasional) pada akhir Juli lalu. Pembaruan itu diperkirakan akan mengurangi emisi sebesar 12 persen atau bahkan dua kali lipat jika diterjemahkan dalam tindakan nyata.
Akan tetapi, negara-negara penghasil emisi utama, seperti China dan India, penghasil emisi nomor 1 dan nomor 3 dunia, gagal menyerahkan pembaruan target emisi mereka.
Patricia Espinosa, Sekretaris Kerangka Kerja PBB tentang Konvensi Perubahan Iklim (UNFCC), menyerukan para pemimpin agar memanfaatkan pertemuan tahunan PBB di New York pekan depan untuk mengedepankan komitmen yang lebih kuat jelang KTT iklim global yang akan berlangsung di Glasgow, Skotlandia.
”Para pemimpin harus terlibat dalam diskusi terbuka yang didorong tidak hanya untuk melindungi kepentingan nasional, tetapi juga oleh tujuan yang sama, untuk berkontribusi pada kesejahteraan umat manusia. Kita tidak punya waktu banyak,” kata Espinosa.
Espinosa menambahkan bahwa beberapa janji publik, seperti tujuan China untuk menjadi netral karbon pada tahun 2060, belum secara resmi diserahkan ke PBB dan karena itu tidak diperhitungkan untuk laporan tersebut. Pembaruan, yang akan mencakup komitmen lebih lanjut yang diajukan saat itu, akan dikeluarkan sesaat sebelum KTT Glasgow, katanya.
Tindakan nyata dan segera
Minimnya tindakan nyata negara-negara penghasil emisi terbesar di dunia untuk mencegah kenaikan suhu global mengecewakan banyak pihak.
”Kita harus bertanya pada negara-negara penghasil emisi besar dunia, apa lagi yang diperlukan mereka untuk mengindahkan temuan ilmiah dan membebaskan dunia kita dari titik tanpa tujuan. Temuannya jelas. Faktanya ada. Jika kita ingin menghindari amplifikasi dampak iklim kita yang sudah menghancurkan, kita membutuhkan penghasil emisi besar dan semua negara G-20 untuk menerapkan dan berpegang pada NDC yang lebih ambisius dan membuat komitmen kuat untuk emisi nol bersih pada tahun 2050,” kata Aubrey Webson dari Antigua dan Barbuda, yang memimpin Asosiasi Negara-negara Pulau Kecil.
Jennifer Morgan, Direktur Eksekutif Greenpeace Internasional, mengatakan, tujuan kesepakatan Paris hanya bisa terpenuhi jika para pemimpin berani mengambil keputusan yang berani. Akan tetapi, yang terjadi, menurut Morgan, para pemimpin pemerintahan lebih menyukai melayani kepentingan pribadi para pemilik modal daripada melayani kepentingan umat manusia.
”Mewariskan uang kepada generasi mendatang harus dihentikan. Sekarang kita hidup dalam keadaan darurat iklim,” kata Morgan.
Espinosa mengatakan, target yang ditetapkan di Paris enam tahun lalu masih layak untuk diperjuangkan. ”Tujuan 1,5 derajat celsius, dalam pandangan saya, tentu saja tetap hidup. Satu hal yang tidak bisa kita lakukan adalah menyerah,” ujarnya. (AP)