Pemanasan Global Kian Tak Terkendali, ”Kode Merah” untuk Manusia
Suhu rata-rata global kemungkinan akan melampaui ambang batas 1,5 derajat celsius dalam 20 tahun ke depan. Ilmuwan memperingatkan agar dunia segera mengambil langkah pengendalian.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·5 menit baca
WASHINGTON, SENIN — Sejumlah ilmuwan dunia telah mengeluarkan ”kode merah untuk kemanusiaan”. Alarm itu merupakan peringatan keras terkait perubahan drastis iklim Bumi. Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim atau IPCC, Senin (9/8/2021), melaporkan, para ilmuwan memperingatkan bahwa dunia terancam oleh pemanasan global yang kian tidak terkendali.
Rata-rata suhu global kemungkinan akan melampaui ambang batas 1,5 derajat celsius dalam 20 tahun ke depan. Para ilmuwan secara definitif menghubungkan emisi gas rumah kaca sebagai pemicu beragam bencana terkait perubahan iklim. Kebakaran hutan dan lahan di Yunani, Turki, dan Amerika Serikat, serta banjir dan longsor di India dan China adalah contohnya.
Menurut para ilmuwan, kadar gas rumah kaca di atmosfer juga sudah tinggi. Fakta ini berpotensi memicu gangguan iklim selama beberapa dekade, bahkan berabad-abad, ke depan. Situasi itu bisa lebih cepat apabila tidak ada tindakan nyata bersama di seluruh dunia untuk mengendalikannya.
Salah satu ilmuwan yang terlibat dalam penulisan laporan itu, Linda Mearns mengatakan, kondisi saat ini sejatinya sudah buruk. ”Saya tidak melihat area yang aman. Tidak ada tempat untuk lari. Tidak ada tempat untuk bersembunyi,” kata Mearns yang merupakan ilmuwan senior dalam kajian iklim di Pusat Penelitian Atmosfer Nasional AS. Keprihatinan Mearns itu merujuk pada kenaikan suhu Bumi yang belakangan semakin panas.
Bencana
Sebagaimana diberitakan, pada Juli hingga awal Agustus ini gelombang panas melanda Kanada dan Amerika Serikat (AS), Pasifik Barat, hingga Siberia dan Turki. Di AS dan Kanada, selain menewaskan lebih dari 700 orang, gelombang panas turut memicu kebakaran yang menghanguskan puluhan ribu hektar lahan dan hutan. Bencana akibat suhu Bumi yang makin panas juga memicu 150 hingga 160 titik kebakaran di British Columbia, Kanada barat.
”Gelombang panas semakin memburuk di barat karena tanahnya sangat kering. Kita bisa mengalami dua, tiga, empat, lima gelombang panas sebelum akhir musim panas ini,” kata Park Williams, ilmuwan iklim dan kekeringan pada University of California, Los Angeles.
Gelombang panas dilaporkan telah menciptakan tingkat kelembaban yang tinggi di atmosfer dalam bentuk pencairan salju dan penguapan air dari tumbuh-tumbuhan. Kelembaban lantas memicu badai petir yang luar biasa ganas. Sebagian besar kebakaran di Kanada dan AS diberitakan akibat sambaran petir.
Kelembaban yang tinggi juga menyebabkan curah hujan yang ekstrem di India, Jerman dan China, kekeringan parah di AS bagian barat, topan di Filipina.
Terkait laporan ”kode merah untuk kemanusiaan”, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mendesak penghentian pemakaian batu bara dan bahan bakar fosil yang amat mencemari lingkungan.
”Lonceng peringatan memekakkan telinga. Laporan ini harus membunyikan lonceng kematian bahan bakar batu bara dan fosil sebelum mereka menghancurkan planet kita,” kata Guterres.
Laporan IPCC ini muncul tiga bulan sebelum konferensi tingkat tinggi iklim PBB atau COP26 digelar di Glasgow, Skotlandia. Diprakirakan, dalam pertemuan itu negara-negara akan berada di bawah tekanan yang menuntut mereka untuk memastikan aksi iklim yang jauh lebih ambisius. Aksi itu tentu termasuk dengan dukungan skema pembiayaan substansial yang dibutuhkan untuk melakukannya.
Dokumen laporan para ilmuwan terkait perubahan iklim Bumi yang semakin panas tersebut didukung oleh lebih dari 14.000 studi ilmiah. Laporan itu memberikan gambaran yang paling komprehensif dan terperinci, tentang bagaimana perubahan iklim dapat membuat dunia berubah secara alami dan apa yang masih bisa dilakukan di depan.
Tindakan segera, cepat, dan berskala besar harus diambil untuk mengatasi emisi gas rumah kaca. Sejauh ini, janji negara-negara memangkas emisi sudah tidak memadai lagi untuk menurunkan tingkat gas rumah kaca yang terakumulasi di atmosfer.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, yang negaranya akan menjadi tuan rumah konferensi iklim, mengatakan dekade berikutnya akan menjadi ”Sangat Penting” untuk mengamankan masa depan Bumi.
”Saya berharap laporan IPCC hari ini akan menjadi peringatan agar dunia segera mengambil tindakan nyata sekarang, sebelum kita bertemu dalam KTT COP26, di Glasgow, November nanti,” ujar Johnson.
Ulah manusia
Desakan itu menjadi penting karena menurut laporan yang dirilis IPCC itu emisi "secara tegas disebabkan oleh aktivitas manusia”. Emisi menaikkan suhu global rata-rata 1,1 derajat celsius. Menurut laporan, akan terjadi peningkatan 0,5 derajat celsius dalam satu dekade ke depan. Hal itu berarti—bahkan ketika masyarakat meninggalkan bahan bakar fosil—suhu akan meningkat lagi akibat hilangnya polutan udara.
Para ilmuwan memperingatkan, kenaikan lebih dari 1,5 derajat di atas rata-rata dapat membawa dampak bencana, seperti gelombang panas yang mematikan. Pemanasan global lebih lanjut juga akan meningkatkan intensitas dan frekuensi panas ekstrem dan curah hujan deras, serta kekeringan di beberapa daerah. Karena suhu berfluktuasi dari tahun ke tahun, para ilmuwan mengukur pemanasan iklim itu dalam kurun rata-rata 20 tahun.
”Kami memiliki semua bukti yang perlu kami tunjukkan. Kita berada dalam krisis iklim,” kata Sonia Seneviratne, ilmuwan iklim di Eth Zurich. Seneviratne turut terlibat dalam pembuatan laporan itu.
Menurut para limuwan, sudah terlambat untuk mencegah perubahan iklim yang kian tak terkendali saat ini. Hal yang harus dilakukan dunia adalah memperlambatnya sehingga negara-negara memiliki lebih banyak waktu untuk mempersiapkan diri dan beradaptasi.
”Kami sekarang berkomitmen untuk beberapa aspek perubahan iklim. Beberapa di antaranya tidak dapat diubah selama ratusan hingga ribuan tahun,” kata penulis lain IPCC, Tamsin Edwards. Dia adalah seorang ilmuwan iklim di King\'s College London. (AP/REUTERS/AFP)