Korea Utara Ditengarai Tingkatkan Kapasitas Produksi Nuklir
Saat ini terdapat sembilan negara yang memiliki senjata nuklir. Cita-cita dunia menghapus senjata nuklir sejauh ini seperti khayalan karena pengurangan berjalan lambat. Di saat sama, upaya penambahan tampaknya terjadi.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
SEOUL, SABTU – Pemerintah Korea Utara ditengarai sedang memperluas fasilitas pengayaan uranium di kompleks Pusat Riset Ilmiah Nuklir Yongbyon, Provinsi Pyongan, sekitar 100 kilometer di utara Pyongyang. Ini merujuk pada laporan yang disusun Jeffrey Lewis dan dua ahli lainnya di Middlebury Institute of International Studies di Monterey, Amerika Serikat (AS) berdasarkan citra satelit.
Perkembangan terbaru dari Korea Utara (Korut) ini dilaporkan kantor berita AP, Sabtu (18/9/2021). Sebagaimana laporan, gambar satelit terbaru yang diambil Maxar menunjukkan adanya pengerjaan proyek konstruksi atau pembangunan fisik di area yang bersebelahan dengan pabrik pengayaan uranium di Yongbyon.
Para ahli yang menganalisa foto-foto itu, mengatakan, kemungkinan renovasi dilakukan karena Pyongyang berencana meningkatkan produksi secara signifikan dalam waktu dekat. “Perluasan pabrik pengayaan (uranium) mungkin menunjukkan bahwa Korut berencana untuk meningkatkan produksi senjata di Yongbyon hingga 25 persen,” kata Jeffrey.
Citra satelit diambil Maxar per 1 September menunjukkan adanya penebangan pohon dan penyiapan tanah untuk konstruksi. Tampak pula ekskavator. Sementara gambar kedua yang diambil pada 14 September menunjukkan adanya pendirian tembok untuk menutupi area dan pembangunan fondasi. Selain itu, sejumlah panel pada bangunan pengayaan dilepas untuk menyediakan akses ke area baru yang tertutup itu.
Menurut Lewis, konstruksi yang sedang berlangsung itu konsisten dengan upaya sebelumnya untuk menambah luas wilayah di area pabrik. Perluasan fasilitas memungkinan lebih banyak mesin sentrifugal tertampung sehingga bisa lebih banyak uranium diperkaya setiap tahunnya.
“Area baru itu kira-kira seluas 1.000 meter persegi. Itu cukup untuk menampung 1.000 mesin sentrifugal tambahan. Penambahan 1.000 mesin sentrifugal baru akan meningkatkan kapasitas pabrik sehingga menghasilkan uranium yang diperkaya pada level tinggi sebesar 25 persen,” sebut laporan itu.
“Jika Korea Utara meningkatkan jenis sentrifugal yang saat ini digunakan di pabrik ini, maka dapat meningkatkan kapasitas pabrik secara substansial," ujar Lewis, sebagaimana dilaporkan CNN.
Senjata nuklir dapat dibuat dengan menggunakan uranium atau plutonium yang diperkaya pada level tinggi. Korut memiliki fasilitas untuk memproduksi keduanya di Yongbyon. Pada foto satelit sebelumnya, tampak adanya kegiatan di Yongbyon yang mengindikasikan dilanjutkannya operasi fasilitas lain untuk memproduksi plutonium tingkat senjata.
Pyongyang menyebut kompleks Yongbyon sebagai "jantung" program nuklirnya. Pada pertemuan puncak dengan Presiden Ke-45 AS Donald Trump pada awal 2019, Kim menawarkan untuk membongkar seluruh kompleks jika Korut mendapat keringanan dari berbagai sanksi AS. Namun Trump menolak karena melihatnya sebagai langkah denuklirisasi terbatas.
Beberapa pakar AS dan Korea Selatan (Korsel) berspekulasi, Korut secara diam-diam menjalankan setidaknya satu pabrik pengayaan uranium tambahan. Pada 2018, pejabat tinggi Korsel mengatakan kepada parlemen bahwa Korut diperkirakan telah memproduksi hingga 60 senjata nuklir.
Perkiraan soal jumlah senjata nuklir yang dapat dibuat Korut setiap tahun bervariasi, mulai dari enam bom atom hingga 18 bom atom. Namun, angka pastinya sulit diverifikasi karena Pyongyang menutup akses inspeksi bagi Badan Energi Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA).
Dalam sepekan terakhir, Korut menguji coba rudal balistik dan rudal jelajah jarak jauh ke laut. Tindakan itu dianggap sebagai upaya Korut untuk mendiversifikasi kekuatan rudalnya sekaligus langkah untuk memperkuat kemampuan serangannya terhadap Korsel dan Jepang yang menampung total 80.000 tentara AS. Para ahli mengatakan dua jenis rudal itu bisa dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir.
Kim Jong Un telah mengancam untuk meningkatkan persenjataan nuklir Korut dan memiliki senjata yang lebih canggih kecuali Washington menghentikan permusuhannya dengan Korut dengan mengurangi sanksi internasionalnya dan menghentikan latihan militer rutinnya dengan Seoul.
Aktivitas nuklir Korut intensif kembali tiga tahun terakhir setelah perundingan dengan AS macet. Pertemuan puncak antara Trump dan Kim di Hanoi, Vietnam, pada 28 Februari 2019, berakhir tanpa kesepakatan mengenai bagaimana persisnya upaya denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Upacara penandatanganan dibatalkan dan perundingan antara kedua pihak berakhir lebih cepat setelah Trump menolak tawaran Kim tentang pencabutan sanksi. Trump menginginkan Korut mengurangi program nuklirnya, baru kemudian AS mencabut sanksi. Kim menginginkan sebaliknya.
Saat ini terdapat sembilan negara yang memiliki senjata nuklir. Merujuk data Asosiasi Pengendalian Senjata atau Arms Control Association, lembaga riset yang berbasis di Washington, terdapat sekitar 13.500 hulu ledak nuklir di seluruh dunia per 2020. Itu dimiliki Rusia (6.375), AS (5.800), China (320), Perancis (290), Inggris (215), Pakistan (160), India (150), Israel (90), dan Korut (30-40). (AP/AFP)