Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan kebutuhan dana kemanusiaan untuk Afghanistan senilai 606 juta dollar Amerika Serikat (AS). Indonesia berkomitmen menyumbang 3 juta dollar AS atau Rp 42,76 miliar.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia berkomitmen memberikan tambahan bantuan senilai 3 juta dollar Amerika Serikat atau Rp 42,76 miliar untuk Afghanistan. Bantuan ini merupakan bagian dari upaya internasional menolong 14 juta warga Afghanistan yang membutuhkan bantuan kemanusiaan darurat. Akibat krisis multidimensi, cadangan pangan di Afghanistan menipis sehingga menyebabkan jutaan warga kehabisan stok makanan pada Oktober 2021.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengumumkan komitmen bantuan itu pada Pertemuan Menteri tentang Kondisi Kemanusiaan di Afghanistan yang digelar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara virtual, Senin (13/9/2021) malam. Bantuan Indonesia akan diberikan kepada mitra di Afghanistan. ”Keselamatan dan kehidupan masyarakat Afghanistan adalah prioritas utama,” ujarnya.
Bantuan Indonesia terdiri dari paket kemanusiaan darurat senilai 150.000 dollar Amerika Serikat (AS). Ada pun 2,85 juta dollar AS akan diberikan dalam tiga tahun ke depan. Dana itu akan disalurkan pada program kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan perempuan.
Indonesia telah mengucurkan 10 juta dollar AS ke Afghanistan selama beberapa tahun terakhir. Dana itu dipakai untuk mengembangkan kemampuan usaha kecil menengah, pemberdayaan perempuan, hingga peningkatan kemampuan tata kelola pemerintahan.
Komitmen bantuan Indonesia mutakhir yang disampaikan Retno menjadi bagian dari 606 juta dollar AS yang sedang digalang PBB untuk membantu krisis kemanusiaan yang dihadapi Afghanistan. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengungkap, PBB mengucurkan 20 juta dollar AS dari seluruh kebutuhan itu. Uang itu diambil dari Dana Tanggap Darurat PBB.
”Hari ini, satu dari tiga orang Afghanistan tidak tahu akan makan apa nanti. Tingkat kemiskinan terus bertambah dan layanan umum terancam ambruk. Ada ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal,” ujar Guterres.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga menjanjikan tambahan bantuan kemanusiaan hingga 64 juta dollar AS. Sepanjang 2021, AS telah berkomitmen memberikan 330 juta dollar AS untuk Afghanistan. Dana itu dipakai untuk program pemberdayaan perempuan, bantuan kesehatan dan pangan, hingga pendidikan.
Blinken juga menekankan pentingnya keseragaman sikap internasional soal Taliban. Oleh karena itu, ia mengajak semua negara tidak segera mengakui pemerintahan Afghanistan yang dibentuk Taliban. Ajakan itu secara khusus ditujukan kepada Pakistan.
Islamabad disorot karena dinilai Washington terus menerus mendukung Taliban. Kebijakan Pakistan dinilai kerap merugikan AS. Salah satu bentuknya adalah menyembunyikan anggota Taliban faksi Haqqani.
Sejumlah pemimpin Taliban juga diketahui bersembunyi di Pakistan. Bahkan, Osama bin Laden yang diburu AS karena serangan 11 September 2001 pun dulu bersembunyi di Pakistan.
Blinken juga mengumumkan bahwa Departemen Luar Negeri AS akan menunjuk pejabat khusus untuk memantau perkembangan perlindungan hak perempuan di Afghanistan. Isu itu menjadi salah satu perhatian AS di masa kekuasaan Taliban.
Isu lain adalah soal kebebasan mobilitas bagi orang-orang di Afghanistan dan penghormatan pada hak minoritas. Isu-isu itu menjadi bagian dari syarat pengakuan AS dan banyak negara atas pemerintahan bentukan Taliban.
Di bawah rezim Taliban pada periode 1996-2001, perempuan dimarginalisasi dari hak-hak dan perannya di berbagai aspek kehidupan sosial. Saat AS menyerbu Afghanistan pada 2001, hampir seluruh dari 900.000 pelajar Afghanistan adalah laki-laki. Pada 2021, dua dari lima pelajar Afghanistan adalah perempuan. Total pelajar hampir mencapai lima juta orang. (AFP/REUTERS)