FBI Buka Dokumen Rahasia Soal Dugaan Keterlibatan Arab Saudi pada Tragedi 9/11
FBI merilis dokumen hasil investigasi peristiwa serangan teror 9/11. Dokumen setebal 16 halaman yang awalnya rahasia itu kini terbuka untuk umum.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
WASHINGTON, MINGGU — Biro Investigasi Federal AS merilis sebuah dokumen investigasi terkait serangan teroris 11 September 2001 di Amerika Serikat. Dokumen yang awalnya termasuk kategori rahasia itu kini telah dibuka untuk umum. Isinya antara lain seputar informasi dukungan warga negara Arab Saudi yang tinggal di Amerika Serikat untuk operasi teror.
Dokumen itu merinci pembicaraan yang dilakukan para pembajak pesawat dengan warga Arab Saudi yang tinggal di AS. Meski demikian, dokumen tidak memberikan bukti adanya keterlibatan pejabat senior Pemerintah Arab Saudi dalam plot teror yang akhirnya merobohkan gedung Menara WTC dan sayap barat Pentagon hingga menewaskan 2.977 orang.
Dokumen yang ditunggu-tunggu masyarakat AS itu dirilis beberapa jam setelah peringatan 20 tahun tragedi 11 September 2001. Dokumen itu merupakan catatan investigasi pertama yang muncul ke publik sejak Presiden AS Joe Biden memerintahkan deklasifikasi atau pembukaan dokumen-dokumen rahasia terkait peristiwa 9/11 untuk umum.
Dokumen setebal 16 halaman itu adalah ringkasan wawancara penyidik FBI di 2015 dengan seorang pria yang diduga sering melakukan kontak dengan warga Arab Saudi di AS. Warga Arab Saudi itu membantu pembajak pertama tiba di Negeri Paman Sam sebelum serangan.
Pembukaan dokumen itu tidak lepas dari tekanan para keluarga korban kepada Biden. Selama ini muncul dugaan bahwa Pemerintah Arab Saudi terlibat dalam serangan teroris 9/11. Dokumen-dokumen itu diperlukan para keluarga korban untuk mengajukan gugatan hukum terhadap Pemerintah Arab Saudi.
Pekan lalu, Biden akhirnya memerintahkan Departemen Kehakiman dan lembaga lain terkait untuk melakukan deklasifikasi sejumlah dokumen dan merilis apa yang mereka dapatkan selama enam bulan ke depan. Adapun dokumen yang dirilis telah banyak disunting.
Kerabat korban, yang berencana melakukan gugatan di New York, sebelumnya keberatan dengan kehadiran Biden di berbagai kegiatan peringatan peristiwa 9/11 selama Pemerintah AS tetap merahasiakan dokumen-dokumen itu.
Kerabat korban menyambut baik dikeluarkannya dokumen itu dan menyebutknya sebagai langkah signifikan dalam upaya mereka untuk menghubungkan serangan 9/11 dengan Pemerintah Arab Saudi.
”Temuan dan kesimpulan dalam penyelidikan FBI ini memvalidasi argumen yang kami buat dalam litigasi mengenai tanggung jawab Pemerintah Arab Saudi atas serangan 9/11,” kata Jim Kreindler, pengacara kerabat korban, dalam sebuah pernyataan.
Dia menambahkan, bersama dengan bukti publik yang telah dikumpulkan hingga saat ini, dokumen itu memberikan cetak biru tentang bagaimana Al Qaeda beroperasi di AS dengan dukungan aktif sekaligus pengetahuan dari Pemerintah Arab Saudi. Salah satu bukti yang dimaksud adalah adanya informasi soal komunikasi di antara pejabat Pemerintah Arab Saudi dan Al Qaeda.
Ada pula informasi tentang adanya pertemuan yang tidak disengaja atau direncanakan dengan para pelaku pembajakan. Selain itu, informasi yang dikumpulkan menyebut para pembajak juga mendapatkan bantuan untuk menetap dan menemukan sekolah penerbangan di AS.
Dokumen-dokumen itu dirilis pada saat yang sulit secara politis bagi AS dan Arab Saudi, dua negara yang mengklasifikasi hubungan diplomatiknya sebagai aliansi strategis, terutama dalam masalah kontraterorisme. Sementara pada Februari lalu, pemerintahan Biden merilis penilaian intelijen tentang dugaan keterlibatan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman pada kasus pembunuhan jurnalis The Washington Post, Jamal Khashoggi.
Dugaan keterlibatan Pemerintah Arab Saudi berawal dari bukti bahwa 15 dari 19 pelaku serangan 9/11 adalah warga negara Arab Saudi. Osama bin Laden, pemimpin Al Qaeda saat itu, adalah salah satu keluarga terkemuka di Kerajaan Arab Saudi.
Menurut sebuah dokumen yang dirahasiakan, AS menyelidiki beberapa diplomat Saudi dan lainnya yang diduga mengetahui dan mengenali para pembajak saat mereka tiba di AS. Laporan Komisi 9/11 pada 2004 tidak menemukan adanya bukti keterlibatan Pemerintah Arab Saudi secara lembaga atau pejabat seniornya dalam serangan tersebut. Namun Komisi mencatat bahwa badan amal yang terkait dengan Arab Saudi dapat mengalihkan uang ke kelompok tersebut.
Dugaan keterlibatan Pemerintah Arab Saudi ataupun pejabat seniornya secara individual tidak lepas dari sosok dua pembajak pesawat yang pertama tiba di AS, yaitu Nawaf Al Hazmi dan Khalid Al Mihdhar. Pada Februari 2000, tak lama setelah tiba di California Selatan, mereka bertemu dengan seorang warga Arab Saudi, Omar Al Bayoumi, yang kemudian membantu mereka menemukan dan menyewa sebuah apartemen di San Diego. Bayoumi diketahui memiliki hubungan dengan Pemerintah Arab Saudi.
Wawancara dengan Bayoumi yang menjadi dasar dokumen itu dilakukan pada 2015. Bayoumi, dalam pengakuannya kepada FBI, menggambarkan pertemuannya dengan Hazmi dan Mihdhar di sebuah restoran adalah pertemuan yang tidak disengaja. FBI menyatakan telah melakukan berbagai upaya untuk memastikan akurasi pengakuan itu.
Wawancara dengan Bayoumi sendiri dilakukan setelah FBI menemukan adanya upaya seorang pria yang mengajukan permohonan kewarganegaraan AS sejak lama. Pria ini diketahui telah berulang kali melakukan kontak dengan warga Arab Saudi yang diduga memberikan dukungan logistik signifikan kepada para pelaku teror.
Namun, dokumen yang dideklasifikasi tidak memberikan gambaran utuh tentang siapa pria tersebut karena telah disunting. Namun dia digambarkan sebagai orang yang bekerja di konsulat Arab Saudi di Los Angeles. Bayoumi, menurut dokumen itu, termasuk di antaranya.
Satu nama lain yang muncul dalam dokumen adalah Fahad Al Thumairy, diplomat terakreditasi di konsulat Arab Saudi Los Angeles. Dokumen itu menyebutkan bahwa FBI menganalisis komunikasi Thumairy dengan dua bersaudara melalui telepon selama tujuh menit di 1999.
Di kemudian hari, kedua bersauara itu menjadi penghuni penjara Guantanamo di Teluk Kuba. Baik Bayoumi maupun Thumairy meninggalkan AS beberapa minggu sebelum serangan.
Pemerintah Saudi telah lama membantah terlibat dalam peristiwa 9/11. Kedutaan Besar Arab Saudi di Washington, dalam pernyataannya mendukung deklasifikasi penuh semua catatan sebagai cara untuk mengakhiri tuduhan terhadap Kerajaan Arab Saudi untuk selamanya.
Kedutaan mengatakan setiap tuduhan bahwa Arab Saudi terlibat adalah sebuah kesalahan besar. ”Seperti yang terungkap dari penyelidikan sebelumnya, tidak ada bukti yang muncul untuk menunjukkan bahwa Pemerintah Arab Saudi atau pejabatnya memiliki pengetahuan sebelumnya tentang serangan teroris atau dengan cara apa pun terlibat dalam perencanaan atau pelaksanaannya,” kata kedutaan. (AP/REUTERS)