Pesawat Militer China Kembali Masuki Perairan Taiwan
China melakukan konvoi udara terbesar kedua di Selat Taiwan sepanjang tahun 2021. Sebelumnya, konvoi sejenis ditujukan sebagai peringatan kepada AS agar tidak ikut campur di dalam masalah Laut China Selatan.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
TAIPEI, MINGGU — Sebanyak 19 pesawat militer Tentara Pembebasan Rakyat China memasuki perairan Kepulauan Pratas yang dianggap sebagai wilayah otoritas Taiwan pada Minggu (5/9/2021). Ini adalah konvoi udara terbesar kedua China sepanjang tahun 2021. Belum ada keterangan alasan konvoi tersebut dilakukan.
Pesawat-pesawat itu terdiri dari 10 jet tempur Shenyang J-16, 4 jet Sukhoi Su-30, 4 pesawat pengebom jenis Xian H-6 yang mampu membawa bom nuklir, dan 1 pesawat antikapal selam. Mereka terbang di atas Kepulauan Pratas atau oleh Taiwan disebut sebagai Kepulauan Dongsha yang terletak di wilayah selatan. China belum mengeluarkan pernyataan ataupun keterangan pers mengenai aksi tersebut.
Kementerian Pertahanan Taiwan melalui rilis kepada kantor berita nasional, Central News Agency, mengatakan telah meluncurkan sejumlah pesawat jet tempur untuk menghalangi pesawat-pesawat China masuk lebih jauh. Selain itu, dari darat, militer Taiwan juga mengaktifkan sistem rudal yang memantau pergerakan pesawat-pesawat China. Konvoi dari China itu kemudian meninggalkan wilayah udara Taiwan setelah beberapa menit.
Sambil menunggu keterangan dari China, pakar-pakar keamanan di Taiwan menduga konvoi ini dilakukan karena bulan lalu ada dua kapal militer Amerika Serikat (AS) melintasi Selat Taiwan. Ini adalah bagian dari rutinitas patroli maritim angkatan laut AS di perairan Laut China Selatan. AS juga merupakan pemasok senjata terbesar kepada militer Taiwan.
Konvoi udara ini adalah yang kedua terbesar di sepanjang tahun 2021. Jumlah pesawat terbanyak yang dikirim oleh China ialah pada 15 Juni, yaitu 28 pesawat. Setelah itu, pada tanggal 17 Agustus juga ada konvoi 11 pesawat. Semua dilakukan di atas perairan Kepulauan Pratas.
Dalam insiden pada 17 Agustus, Tentara Pembebasan Rakyat China mengeluarkan pernyataan bahwa konvoi itu adalah peringatan kepada AS agar tidak ikut campur di dalam masalah Laut China Selatan. Mereka menginginkan agar kapal-kapal AS segera keluar dari perairan itu.
”Selat Taiwan adalah jalur masuk ke Filipina Utara dan Laut China Selatan secara luas. China sebenarnya dalam hal ini tidak mengincar Taiwan. Mereka ingin menghalangi kapal AS agar berputar balik,” kata Su Tzu-yuan, pakar dari Pusat Penelitian Ketahanan dan Keamanan Nasional Taiwan.
Sementara itu, surat kabar Taipei Times menganalisis bahwa ini juga merupakan cara China menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan menginvasi Taiwan. Kementerian Pertahanan Taiwan menerima laporan bahwa kini China bisa mengirim tentara secara besar-besaran dengan pesawat. Para tentara bisa langsung diturunkan melalui udara.
Dulu China hanya bisa mengirim tentara dalam jumlah banyak memakai kapal. Oleh sebab itu, Taiwan tidak hanya perlu meningkatkan pertahanan pesisir dan kelautan, tetapi juga menangkal invasi dari udara.
Salah satu langkah yang diambil Taiwan ialah hendak membangun dua tempat latihan tank di Hsinchu. Saat ini, Taiwan memiliki 1.000 tank yang kebanyakan berusia di atas 20 tahun. Mereka juga telah memesan 108 tank M1A2T Abrams dari AS yang rencananya tiba pada kurun 2024-2026. Selain itu, Taiwan juga menggencarkan latihan gabungan dengan militer AS, baik di Taiwan maupun di AS. (Reuters)