Berkat Sukses Vaksinasi, Singapura Mulai Berani Buka Diri
Singapura bersiap membuka kembali pintu perbatasannya secara bertahap bagi warga asing setelah 80 persen dari total 5,7 juta jiwa penduduknya menerima vaksin Covid-19 secara penuh.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
Ronney Ng, penjual suvenir di Chinatown, Singapura, tak sabar lagi menanti pembukaan kembali perbatasan negaranya bagi warga asing, yang dijadwalkan dimulai pekan depan. ”Bisnis kami hampir seluruhnya bergantung pada wisatawan. Sangat sulit bagi kami jika mereka tidak mengunjungi Singapura,” kata Ng, yang mengaku pendapatannya sudah tidak cukup lagi untuk makan tiga kali sehari.
Amir Khan, pedagang karpet untuk pelanggan dari Asia Tenggara, Eropa, dan China sebelum pandemi, mengatakan bahwa ada hari-hari ketika tokonya di daerah kantong warisan Melayu tidak memiliki satu pelanggan pun. "Semakin lambat pembukaan kembali, semakin lama kita menderita," kata Khan.
Bagi Singapura, perjalanan wisata merupakan simpul penting karena menjadi sektor andalan untuk menggerakkan ekonomi negara itu. Pandemi Covid-19 benar-benar telah memukul simpul itu. Tahun lalu, ekonomi Singapura terkontraksi 5,4 persen.
Pada Minggu (29/8/2021), Singapura menyatakan bersiap membuka kembali perbatasannya secara bertahap. Langkah ini dilakukan setelah 80 persen dari total 5,7 juta penduduknya telah menerima vaksin Covid-19 secara penuh.
Mulai pekan depan, Singapura mengizinkan para pelancong yang telah menerima vaksin Covid-19 penuh dari Jerman dan Brunei untuk masuk tanpa harus menjalani karantina. Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung menulis di akun Facebook-nya bahwa Singapura telah ”melewati tonggak satu sejarah”.
Kemajuan ini menempatkan Singapura di jajaran negara-negara pertama yang kembali membuka diri di kawasan meski hal itu dilakukan secara perlahan. Mulai 8 September mendatang, pengunjung dari Jerman dan Brunei dapat mengajukan Visa Perjalanan Bervaksinasi untuk memasuki Singapura, apa pun alasan mereka datang. Mereka harus mengikuti beberapa tes bebas Covid-19, termasuk pra-keberangkatan, saat kedatangan, dan pasca-kedatangan, sebagai pengganti karantina.
”Seiring dengan perkembangan situasi Covid-19 global, kami akan terus menyesuaikan langkah-langkah perbatasan dengan perlindungan tepat. Hal itu untuk memastikan kesehatan dan keselamatan publik,” kata Otoritas Penerbangan Sipil Singapura, pekan lalu.
Meski demikian, otoritas negara itu tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat, membatasi jumlah orang berkumpul, dan menggunakan aplikasi pelacak kontak. Singapura membagikan perangkat pelacak kontak berperangkat bluetooth sebagai upaya menghambat persebaran Covid-19.
”Kami akan bergerak selangkah demi selangkah. Tidak melakukannya sekaligus seperti di beberapa negara, tetapi dengan hati-hati dan progresif memikirkan langkah ke depan,” kata PM Singapura Lee Hsien Loong, hari Minggu lalu.
Menurut dia, mustahil menurunkan kasus infeksi hingga ke angka nol meski dengan kebijakan penguncian wilayah dalam durasi yang lama.
Kasus harian baru di Singapura dalam sepekan terakhir bertahan pada angka lebih dari 100 kasus. Ketika belum lama ini penularan mendekati puncak, otoritas menerapkan kembali pembatasan yang ketat. Namun, jumlah orang sakit parah sudah sangat rendah. Menurut data pemerintah, Rabu (1/9), hanya 19 pasien yang butuh oksigen dan 5 orang dalam perawatan intensif.
Di negara itu, sebagian besar penduduk berusia di atas 12 tahun telah divaksinasi. Pemerintah berencana memvaksinasi anak-anak, awal tahun depan. Vaksinasi untuk warga berusia 70 tahun ke atas telah mencapai 84 persen.
”Sekalipun masih ada 20 persen populasi belum terlindungi (dengan vaksinasi), itu menjadi tantangan nyata dalam penanganan virus ini. (Situasi) itu masih akan berpotensi meningkatkan kasus infeksi dan rawat inap,” kata Michael Osterholm, pakar penyakit menular di University of Minnesota, AS.
Pilar penting
Dia memuji Singapura karena berbagi informasi tentang kemajuan pemberian vaksin. Vaksinasi merupakan pilar penting dalam langkah pembukaan kembali perbatasan negara itu.
”Singapura adalah contoh yang baik bagi Australia untuk diperhatikan karena kita mungkin akan berada dalam situasi yang sama. Kita perlu terbuka dan melakukannya dengan cara yang membuat Covid-19 menjadi endemik,” ujar Peter Collignon, dokter penyakit menular dan ahli mikrobiologi di Rumah Sakit Canberra, Australia.
Negara lain di Asia Pasifik, seperti Selandia Baru dan Taiwan, juga memiliki keberhasilan awal melawan virus, tetapi tetap menutup perbatasan mereka. Israel, dengan tingkat vaksinasi tinggi, masih memberlakukan kembali banyak pembatasan.
Dengan pembukaan kembali perbatasannya bagi warga asing, Singapura semakin optimistis bisa mencapai perkiraan pertumbuhan 6-7 persen tahun ini. Sung Eun Jung dari Oxford Economics memperkirakan, perjalanan dan pariwisata berkontribusi 11 persen pada perekonomian Singapura.
Diperkirakan, dengan dimulainya pembukaan kembali, industri pariwisata Singapura bisa mencapai tingkat normal, seperti sebelum pandemi, pada tahun 2023. Pada 2019, negara itu meraup rekor kunjungan 19,1 juta pelancong. Sekitar 40 persen dari para pelancong itu datang dari China, Indonesia, dan India. (REUTERS/AP)