Partai Berkuasa di Taiwan dan Jepang Bahas Ancaman China
Taiwan dan Jepang yang bertetangga kini semakin khawatir terhadap tekanan militer China yang kian meningkat di kawasan.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
TAIPEI, JUMAT — Partai berkuasa di Taiwan dan Jepang, Jumat (27/8/2021), menggelar dialog kerja sama secara daring untuk menangkal ancaman militer China yang dinilai semakin agresif. Kepastian tentang adanya pembicaraan antara Partai Progresif Demokratik Taiwan (DPP) dan Partai Demokrat Liberal Jepang (LDP) itu disampaikan seorang anggota Parlemen Taiwan.
Dua anggota parlemen, masing-masing dari DPP dan LDP, mengadakan pembicaraan virtual yang disebut dialog keamanan ”2+2” (two plus two). Kepada wartawan, anggota DPP yang terlibat dalam pembicaraan itu, Lo Chih-cheng dan Tsai Shih-ying, mengatakan, pembicaraan tersebut berfokus pada beberapa bidang, termasuk semikonduktor, kegiatan militer China, dan kemungkinan kerja sama antara Taiwan, Jepang, dan Amerika Serikat.
”Dari perspektif tertentu, pembicaraan hari ini mewakili upaya kedua pemerintah untuk meningkatkan hubungan,” kata Lo. ”Lebih penting lagi, bahkan jika kedua belah pihak menghadapi kemungkinan tekanan dari China, kedua belah pihak dapat bersepakat untuk menyatakan kesediaan mereka dan dapat melanjutkan dialog semacam ini.”
Dalam pembicaraan itu, para politisi tersebut menyinggung pula kemungkinan kerja sama militer. Namun, mereka tidak dapat mengungkapkan rinciannya karena dinilai sebagai isu sensitif. Selain itu, mereka pun membahas isu kerja sama untuk penjaga pantai (coast guard).
Sementara itu, Masahisa Sato, politisi LDP yang kini bertugas dalam urusan luar negeri, mengatakan, dialog dapat membantu membangun perkuatan kebijakan partai. ”Pihak Taiwan mengatakan mereka telah menunggu dan berharap untuk dialog seperti itu, (kami berdua) merasa penting untuk mencapai tujuan bersama di antara partai-partai yang berkuasa yang dapat mengarah pada kebijakan pemerintah untuk kedua negara,” ucap Sato.
Sebelumnya, kepada Financial Times, Sato mengatakan bahwa dialog tersebut merupakan pengganti pembicaraan tingkat menteri karena Jepang secara resmi mengakui Beijing atas Taipei. Sato juga merupakan anggota parlemen Jepang yang bertanggung jawab atas urusan luar negeri LDP.
Sato mengatakan, pertemuan terkait diperlukan karena masa depan Taiwan akan memiliki ”dampak serius” di Jepang. ”Begitulah pentingnya situasi di Taiwan saat ini,” katanya sambil menambahkan, ”Pembicaraan tingkat tinggi dengan pejabat Pemerintah Taiwan” akan direncanakan di masa depan.
China mengecam pertemuan tingkat tinggi partai berkuasa di Taiwan dan Jepang itu. Beijing menegaskan, mereka menentang ”segala bentuk interaksi resmi” dengan Taiwan. Beijing mengatakan, Jepang seharusnya tidak mengirim ”sinyal yang salah” tentang Taiwan.
”Masalah Taiwan menyentuh dasar politik hubungan China-Jepang; (Jepang) harus sangat berhati-hati dalam kata-kata dan perbuatannya,” kata juru bicara Kemenlu China, Wang Wenbin.
Terkait Taiwan, China selama ini terus menegaskan posisi mereka. Selain meningkatkan tekanan ekonomi dan diplomatik, Beijing juga meningkatkan tekanan militer dan ekonomi pada Taiwan. Jet tempur dan pesawat pengebom China secara rutin telah terbang di zona pertahanan Taiwan. Media China baru-baru ini menyebutkan, Taiwan akan dikalahkan dengan cepat lewat invasi apa pun.
Menurut media China itu, Beijing mengatakan bahwa perebutan kekuasaan Taliban di Afghanistan akibat perginya AS dari negara itu menunjukkan AS tidak dapat diandalkan, termasuk untuk melindungi Taiwan.
Menyikapi kecaman China, Lo Chih-cheng mengatakan, dialog dengan Jepang adalah langkah yang penting. Taiwan, tutur Lo, memiliki kebebasan untuk membangun hubungan bilateral dan multilateral dengan semua negara.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu menuduh China juga ingin ”meniru” Taliban. Taiwan tidak mau menjadi subyek komunisme dan kejahatan kemanusiaan.
Dukungan AS
Selama berada di Hanoi, Rabu, Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris mengatakan, AS akan menemukan cara baru untuk ”meningkatkan tekanan pada Beijing”. Dia menuduh China melakukan intimidasi di perairan Asia yang disengketakan untuk kedua kalinya dalam dua hari.
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengeluarkan pernyataan bersama setelah pertemuan puncak mereka. Salah satunya terkait ”pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan”, seperti dilaporkan kantor berita Jiji.
Jepang, seperti halnya dengan AS, menjadi semakin tidak nyaman dengan China terhadap Taiwan. Dalam buku putih pertahanan Jepang baru-baru ini, Tokyo secara langsung menghubungkan keamanan Jepang-Taiwan, cara pandang yang belum pernah ada sebelumnya. (AFP/REUTERS)