Pesawat Tempur Taiwan Peringatkan Jet dan Pesawat Pengebom China
Dua hari ini pesawat tempur China berlatih di dekat zona pertahanan udara Taiwan. Taipei pun mengirimkan pesawat tempurnya untuk memberikan peringatan.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
TAIPEI, MINGGU — Angkatan Udara Taiwan mengerahkan pesawat tempurnya untuk hari kedua secara berturut-turut setelah puluhan jet tempur dan pesawat pengebom China menggelar latihan di dekat kepulauan yang dikuasai Taiwan di Laut China Selatan.
Beijing yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya telah menggelar misi udara berulang kali di arah Barat Daya zona identifikasi pertahanan udara Taiwan dalam beberapa bulan terakhir. Latihan itu seringnya dilakukan di dekat Kepulauan Pratas.
Kementerian Pertahanan Taiwan menyampaikan, mereka mendeteksi sembilan pesawat angkatan udara China terbang dekat Kepulauan Pratas, Jumat (19/2/2021). Taipei juga mendeteksi 11 pesawat China lainnya terbang di lokasi yang sama keesokan harinya, Sabtu (20/2/2021).
Ke-11 pesawat itu terdiri dari delapan jet tempur, dua pesawat pengebom H-6 yang mampu membawa bom nuklir, dan pesawat anti-kapal selam.
Selain angkatan udara China, angkatan laut China juga terlibat dalam latihan itu. Namun, Taipei tidak memberikan detailnya.
Angkatan udara Taiwan memperingatkan pesawat China untuk meninggalkan daerah itu dan mengerahkan sistem rudal untuk memantau aktivitas di wilayah tersebut.
Sejauh ini China tidak memberikan tanggapan atas aktivitas angkatan udaranya selama dua hari di dekat Taiwan. Sebelumnya, Beijing menyatakan bahwa manuver pesawat tempurnya merupakan tanggapan atas ”kolusi” antara Taipei dan Washington, pendukung utama sekaligus penyuplai senjata utama Taiwan.
Kepulauan Pratas lokasi angkatan udara China beraktivitas berada di Laut China Selatan yang juga diklaim oleh China. Berada di antara bagian Selatan Taiwan dan Hong Kong, kepulauan ini tidak memiliki pertahanan yang kuat.
Sejumlah pakar pertahanan menilainya sangat rentan menjadi sasaran serangan China karena jaraknya yang dekat, yaitu lebih dari 400 kilometer dari daratan China.
Pesawat China terbang di wilayah selatan zona pertahanan udara Taiwan hampir setiap hari. Namun, aktivitas lebih besar yang melibatkan jet tempur terjadi mulai 24 Januari lalu.
Jumat lalu, Taiwan mengumumkan perombakan posisi jabatan keamanan senior, termasuk menunjuk menteri pertahanan yang baru yang merupakan didikan AS untuk membantu memodernisasi militer dan upaya intelijen untuk menghadapi ancaman China yang semakin menguat.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, Sabtu kemarin, menegaskan kembali seruannya kepada Beijing ”untuk menurunkan tekanan militer, diplomatik, dan ekonominya kepada Taiwan”. Beijing seharusnya ”terlibat dalam dialog yang berarti dengan perwakilan Taiwan yang dipilih secara demokratis”.
Tekanan politik China berpengaruh juga pada upaya Taiwan mendapatkan vaksin Covid-19 bagi warganya. Upaya Taiwan mengamankan lima juta dosis vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech gagal di saat-saat akhir karena ”tekanan politik”.
Dalam sebuah wawancara dengan radio, Menteri Kesehatan Taiwan Chen Shih-chung mengungkap bahwa negosiasi pengadaan vaksin Covid-19 dengan BioNTech gagal ”di tahap akhir”.
”Saya khawatir ada campur tangan kekuatan luar dan banyak kemungkinan itu terjadi. Saya khawatir ada tekanan politik. Kami yakin ada tekanan politik,” kata Chen. ”Kesepakatan itu gagal… karena seseorang tidak ingin Taiwan terlalu senang.”
Perusahaan farmasi BioNTech yang bekerja sama mengembangkan vaksin Covid-19 dengan Pfizer telah menandatangani kesepakatan pembelian vaksin dengan grup Fosun Pharmaceutical yang berbasis di Shanghai.
Ditanya kemungkinan Beijing menggagalkan negosiasi itu, Chen menjawab, ”Sangat mungkin tapi kami tidak bisa mengonfirmasinya. Kami masih berkomunikasi dengan pihak perusahaan.”
Fosun Pharmaceutical dan BioNTech sama-sama tidak memberikan tanggapan atas peristiwa ini. (REUTERS/AFP)