Lembaga intelijen Amerika Serikat terbelah soal asal usul Covid-19. Namun, mereka sepakat ketertutupan Pemerintah China membuat informasi soal asal-usul Covid-19 sulit diakses.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
AFP/NOEL CELIS
Kendaraan Tim Tanggap Darurat Kesehatan Wuhan, China, keluar dari Pasar Grosir Makanan Hasil Laut Huanan, yang kini telah ditutup, di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Sabtu (11/1/2020). Komisi Kesehatan Wuhan menyebutkan, korban meninggal akibat gangguan pernapasan sebelum berbelanja barang di pasar tersebut.
WASHINGTON, SABTU — Komunitas intelijen Amerika Serikat tidak yakin dapat menyelesaikan perdebatan tentang asal-muasal Covid-19. Dari lima lembaga intelijen AS yang terlibat dalam penyusunan laporan itu, hanya satu badan intelijen menilai bahwa infeksi virus ke manusia memiliki kaitan dengan laboratorium Institut Virologi Wuhan. Ini pun dengan keyakinan tingkat moderat.
Para analis lembaga-lembaga intelejen itu tidak memercayai bahwa virus tersebut dikembangkan sebagai senjata biologis. Sebagian besar lembaga percaya bahwa virus itu tidak direkayasa secara genetik. Sementara satu badan menduga kemungkinan kebocoran laboratorium Institut Virologi Wuhan.
Hal yang menjadi kesepakatan lembaga-lembaga intelejen itu adalah hanya China sebagai negara yang pertama kali melaporkan adanya penularan Covid-19 di Wuhan, Provinsi Hubei, yang dapat membantu memecahkan pertanyaan tentang asal-usul virus tersebut. Menurut mereka, kerja sama dan keterbukaan Pemerintah China sangat diperlukan untuk mencapai kesimpulan yang tepat tentang asal-usul penyakit tersebut.
Hal terakhir ini yang dinilai masih menjadi masalah. Kantor Direktur Intelejen Nasional, dalam sebuah pernyataan, Jumat (27/8/2921), menyebutkan, Pemerintah China terus menghalangi penyelidikan global, menolak berbagi informasi, dan terus menyalahkan negara lain, seperti Amerika Serikat.
Kompas
Para petugas kesehatan di Kota Guwahati, India, kelelahan setelah mengantar jenazah pasien Covid-19 ke krematorium di kota tersebut, 25 Juni 2021. Jumlah pasien Covid-19 di India yang meninggal kini mendekati angka 500.000 jiwa.
Asal-usul Covid-19 dan virus SARS-CoV-2 terus menjadi pertanyaan sejumlah pihak. Di Amerika Serikat, kelompok konservatif menuding pemerintah dan ilmuwan China mengembangkan virus SARS-CoV-2 di laboratorium dan membiarkannya bocor. Para pejabat pemerintah, khususnya Departemen Luar Negeri AS, saat berada di bawah kekuasaan Donald Trump menerbitkan lembar fakta yang mencatat berbagai penelitian mengenai virus korona di Institut Virologi Wuhan.
Namun, konsensus ilmiah yang dihasilkan tim penyelidik gabungan Organisasi Kesehatan Dunia alias World Health Organization (WHO) menyimpulkan bahwa virus kemungkinan besar bermigrasi dari hewan ke manusia. Ini merupakan peristiwa limpahan yang sangat mungkin terjadi di alam. WHO berkunjung ke China pada Februari-Maret 2021.
Dalam sebuah pernyataan, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa China telah sejak awal menghalangi upaya penelusuran asal-usul Covid-19. Dia menyatakan, Washington dan sekutu-sekutunya akan terus mendesak Pemerintah China untuk memberi jawaban.
”Dunia layak mendapat jawaban, dan saya tidak akan beristirahat sampai kita mendapatkannya. Negara yang bertanggung jawab tidak melalaikan tanggung jawab semacam ini ke seluruh dunia,” kata Biden.
(AP PHOTO/ISHANT CHAUHAN)
Warga India antre menunggu pengisian ulang tabung oksigen untuk pasien Covid-19 di salah satu agen di New Delhi, India. Sabtu (8/5/2021).
Biden melanjutkan, meski penelitian lembaga intelijen telah selesai, upaya AS untuk memahami dan mencari asal-muasal pandemi tidak akan berhenti hingga ada penjelasan yang memadai.
"Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk melacak akar wabah ini yang telah menyebabkan begitu banyak rasa sakit dan kematian di seluruh dunia sehingga kami dapat mengambil setiap tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mencegahnya terjadi lagi,” kata Biden.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, WHO tidak akan mengesampingkan hipotesis apa pun dalam menyelidiki asal-usul Covid-19. Organisasi yang berbasis di Geneva akan membentuk komite baru untuk mengembangkan langkah selanjutnya dalam mempelajari virus SARS-CoV-2, terutama setelah tim pertama mengingatkan bahwa waktu semakin tipis untuk bisa membuktikan asal-usul virus tersebut. Tantangan ini terutama terjadi karena dunia melewatkan beberapa pekan pertama untuk mengumpulkan antibodi pada orang-orang yang pertama kali terpapar Covid-19.
Sebagaimana yang disampaikan pada laman jurnal saintifik Nature, tim tersebut menyebutkan, butuh survei antibodi yang sangat luas pada orang-orang dan komunitas peternakan hewan liar yang menjadi pemasok ke pasar-pasar di Wuhan. Diperkirakan sedikitnya 14 juta orang terlibat dalam industri ini.
Senator Mark Warner, seorang Demokrat yang mengetuai komite intelijen Senat, mengatakan, laporan itu menggarisbawahi perlunya China untuk berhenti menghalangi penyelidikan internasional terhadap pandemi global yang telah menelan begitu banyak nyawa dan mata pencarian di seluruh dunia.
Pada saat yang sama, dia juga mendesak warga AS untuk menghentikan retorika kebencian dan diskriminasi warga AS keturunan Asia, seperti yang dikhawatirkan oleh aktivis hak asasi manusia. (AP/REUTERS)