Kemenangan Taliban Naikkan Nilai Strategis Posisi Qatar
Kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan akan memperkuat peran Qatar di Afghanistan. Jika apa yang dilakukan Doha terhadap Taliban diibaratkan semacam ”investasi”, Qatar kini mulai memetik hasilnya.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·3 menit baca
Jatuhnya kembali kota Kabul ke tangan kelompok Taliban pada Minggu (15/8/2021) pekan lalu, yang menandai kemenangan Taliban di Afghanistan, serta-merta menaikkan nilai strategis Qatar dalam konteks isu Afghanistan dan geopolitik. Qatar dalam beberapa tahun terakhir ini merupakan negeri yang terhitung paling dekat dengan Taliban.
Qatar berani mengambil keputusan memberikan izin kepada Taliban untuk membuka kantor perwakilan di Doha sejak 2014. Hal itu merupakan pengakuan resmi Qatar terhadap Taliban saat kelompok tersebut masih menjadi gerakan oposisi bersenjata di Afghanistan. Sampai saat ini, masih banyak pemimpin Taliban yang memilih berdomisili di Doha.
Kota Doha kemudian menjadi tempat digelarnya perundingan intensif antara Amerika Serikat dan Taliban sejak 2018. Salah satu perundingan itu menghasilkan kesepakatan pada 29 Februari 2020, yang salah satunya berisi penarikan pasukan AS dan koalisinya dari Afghanistan dengan imbalan jaminan Taliban untuk tidak menjadikan Afghanistan sebagai pangkalan atau titik awal serangan terhadap AS dan sekutunya. Kesepakatan itu menjadi pintu bagi Taliban menguasai kembali Afghanistan.
Dengan sentralnya posisi Doha bagi kelompok tersebut, para pemimpin teras Taliban, seperti Mullah Abdul Ghani Baradar, Mullah Sirajuddin Haqqani, dan Mullah Mohammed Yaqoob, sering bolak-balik antara Qatar dan Afghanistan. Hal ini mengantarkan terjalinnya kedekatan hubungan antara elite Taliban dan elite penguasa Qatar.
Taliban tentu tidak melupakan jasa Qatar ini. Karena itu, kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan akan memperkuat peran Qatar di Afghanistan. Jika apa yang dilakukan Doha terhadap Taliban diibaratkan semacam ”investasi”, Qatar kini mulai memetik hasilnya.
Inilah yang dibaca para pemimpin dunia saat ini. Maka, Presiden AS Joe Biden dan Kanselir Jerman Angela Merkel menghubungi Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani untuk meminta ikut membantu kelancaran proses evakuasi warga asing dan warga Afghanistan dari Kabul ke negara-negara lain.
Sampai saat ini, Qatar terus berperan turut membantu proses evakuasi warga asing dan Afghanistan dari Kabul ke negara lain. Bahkan, Doha menjadi tempat transit warga asing dan warga Afghanistan yang berhasil dievakuasi dari Kabul menuju AS dan sejumlah negara Eropa.
Sasaran kritik
Bagi Qatar, kemenangan Taliban di Afghanistan menjadi bukti bahwa jalan yang mereka tempuh dengan menjadi tuan rumah kantor perwakilan Taliban dan tempat perundingan AS-Taliban merupakan kebijakan yang benar. Selama ini Qatar sering menjadi sasaran kritik dari lawan-lawan politiknya di kawasan karena negara itu dekat dengan Taliban dan menjadi tempat kantor perwakilan Taliban yang dianggap gerakan radikal dan bahkan dicap organisasi teroris oleh beberapa negara.
Apalagi saat Qatar diblokade total oleh kuartet Arab (Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab/UEA, dan Mesir) pada 2017. Tuduhan kedekatan Qatar dengan kelompok radikal, termasuk Taliban, menjadi salah satu basis alasan kuartet Arab memblokade Qatar. Negeri yang dipimpin Sheikh Tamim ini dinilai mendukung gerakan radikal.
Blokade atas Qatar itu telah berakhir melalui keputusan Konferensi Tingkat Tinggi Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) di kota Al-Ula, Arab Saudi, Januari lalu. Kini, negara mana pun yang mempunyai kepentingan di Afghanistan butuh Qatar untuk membantu mengamankan kepentingannya di negeri yang dikontrol Taliban tersebut.
Berkat kemenangan Taliban di Afghanistan, posisi Qatar khususnya pun semakin kuat di mata negara kuartet Arab yang pernah memblokadenya. Peran Qatar sangat diharapkan dapat membujuk Taliban agar bersikap lebih moderat dan konsisten melaksanakan janjinya yang cukup positif setelah berkuasa lagi di Afghanistan.
Janji Taliban tersebut meliputi rencana membentuk pemerintahan inklusif, menghormati HAM, lebih terbuka terhadap masyarakat internasional, dan tidak akan menjadikan Afghanistan sebagai tempat perlindungan jaringan teroris internasional.
Qatar tampaknya sudah memainkan peran tersebut. Utusan Khusus Qatar untuk Afghanistan, Mutlaq bin Majed al-Qahtani, Selasa (24/8/2021), mengunjungi Kabul dan bertemu dengan salah satu pemimpin Taliban, Abdul Ghani Baradar, mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai, dan Ketua Komite Rekonsiliasi Afghanistan Abdullah Abdullah dalam upaya mendorong terbentuknya pemerintahan inklusif di Afghanistan.