Meski Optimistis Bisa Melawan, Anti-Taliban Serukan Perundingan
Keterbatasan dana dan orang memicu keraguan akan kemampuan Taliban mengelola Afghanistan. Selama bertahun-tahun, Taliban hanya teruji di medan perang. Taliban belum pernah mengelola wilayah.
KABUL, SENIN — Kondisi Taliban dan Afghanistan membuat kelompok anti-Taliban optimistis bisa melawan. Meski demikian, sebagian dari mereka akan memprioritaskan perundingan demi mencegah pertumpahan darah.
Dalam pernyataan pada Minggu (22/8/2021), Taliban mengumumkan pengerahan milisi ke Panjshir untuk menumpas perlawanan di sana. Perkembangan situasi di Panjshir simpang-siur. Taliban mengklaim, milisinya sudah menyerang milisi di Panjshir.
Baca juga: Taliban Menjalankan Negara Tanpa Uang
Sementara Barisan Perlawanan Nasional (NRF) menyebut, tidak ada baku tembak apa pun di Panjshir. Baku tembak terakhir terjadi di Baghlan. Pimpinan NRF Ahmad Massoud menyebut, NRF mendukung kelompok perlawanan di Baghlan. Meski demikian, NRF dinyatakan belum bergerak di Baghlan.
Taliban juga mengakui sebagian distrik di Baghlan direbut lagi dari mereka. Namun, Taliban tidak menjelaskan siapa yang mereka hadapi di sana. Dalam pernyataan pada Sabtu, Taliban akan segera mengirim pasukan ke sana.
Ketua Hubungan Luar Negeri NRF Ali Maisam Nazary mengatakan, pasukan Taliban terlalu tersebar. Karena itu, NRF dan kelompok lain yang melawan Taliban yakin bisa kembali menghadapi Taliban. ”Mereka terlalu tersebar. Mereka tidak bisa berada di mana-mana dalam satu waktu. Sumber daya mereka terbatas. Mereka tidak didukung mayoritas masyarakat,” ujarnya.
Direktur Riset pada Center for Naval Analyses Jonathan Schroden mengatakan, berbagai sumber menyebut total milisi Taliban tidak sampai 100.000 orang. Jika harus menyebarnya ke ratusan distrik, kekuatan Taliban di masing-masing distrik akan menipis. ”Taliban memang mudah menguasai banyak distrik. Namun, mempertahankannya akan jadi perkara lain. Butuh orang amat banyak,” kata dia.
Selain orang, sumber dana Taliban untuk mengelola seluruh Afghanistan juga tidak jelas. Penjabat Gubernur Bank Sentral Afghanistan di masa pemerintahan Ashraf Ghani, Ahmad Amjady, menaksir Taliban hanya punya akses ke paling banyak 18 juta dollar AS dana pemerintah. Padahal, operasional bulanan pemerintah membutuhkan rata-rata 500 juta dollar AS.
Salah satu faktor Taliban bisa merebut sejumlah distrik adalah aparat setempat tidak melawan. Aparat tidak melawan karena komandan mereka sudah menyerah atau tidak punya cukup perbekalan.
Sebelum Kabul jatuh, markas besar tentara Pemerintah Afghanistan mengakui kesulitan memasok perbekalan ke berbagai pangkalan. Sebab, jalan raya dikuasai Taliban dan pasokan harus dikirim lewat udara. Dengan penarikan pasukan AS, pengiriman pasokan terhambat. Selama ini pengiriman pasokan mengandalkan pesawat dan helikopter.
Ahmad Massoud mengatakan, sebagian bekas tentara Afghanistan kini bergabung dengan NRF. Mereka tetap melawan karena beberapa pekan lalu terpaksa menyerah. Mereka marah dengan para komandan yang dituding mengkhianati pasukan. Mereka juga marah karena menilai Taliban terus melanggar janji.
Baca juga: Taliban Maju dengan Senjata Amerika
Beberapa hari terakhir, beredar foto dan video mantan aparat Afghanistan dibunuh milisi Taliban. Padahal, mantan aparat itu menyerahkan diri ke Taliban setelah Taliban mengumumkan pengampunan massal terhadap seluruh pegawai dan aparat di masa pemerintahan Hamid Karzai dan Ashraf Ghani.
Sejumlah laporan AS dan Eropa juga menyebut, Taliban memegang daftar orang yang pernah bekerja untuk pasukan AS dan sekutunya. Kini, mereka dan mantan aparat Afghanistan diburu milisi Taliban.
Selain mantan tentara Afghanistan, Ahmad menyebut, NRF juga sudah lama menumpuk senjata dan amunisi. ”Karena kami tahu, hari ini (waktu untuk kembali melawan Taliban) akan datang. Kami juga punya persenjataan dari orang-orang Afghanistan yang menanggapi ajakan saya untuk bergabung dengan gerakan perlawanan di Panjshir,” tutur pemuda yang menyelesaikan pendidikan tinggi di Inggris itu.
Dengan semua sumber daya itu, NRF siap melawan Taliban. Namun, Ahmad menyatakan akan mengutamakan solusi damai. Ia meminta Taliban tidak memaksakan kehendak untuk berkuasa sendirian. Taliban harus mau berbagi kekuasaan dan membentuk pemerintahan yang melibatkan semua pihak. ”Satu-satunya cara untuk maju adalah mencari solusi damai untuk membentuk pemerintahan inklusif,” kata dia.
Satu-satunya cara untuk maju adalah mencari solusi damai untuk membentuk pemerintahan inklusif.
Ahmad Massoud merupakan anak Ahmad Shah Massoud. Ayah Ahmad adalah salah satu panglima Mujahiddin dalam perang melawan Uni Soviet dan salah satu komandan Aliansi Utara dalam perang melawan Taliban sejak 1996. Aliansi Utara bersama AS menggulingkan Taliban pada 2001. Ahmad Shah Massoud dibunuh Taliban beberapa bulan sebelum AS menyerbu Afghanistan.
Selain Ahmad, panglima Aliansi Utara adalah Abdul Rashid Dostum. Kini, keberadaan Dostum tidak diketahui setelah rumahnya di Mazar-I-Sharif diserbu Taliban pada awal Agustus 2021. Sebagian menduga Dostum lari ke Uzbekistan.
Pekan lalu, Tashkent menyebut hampir 50 helikopter dan pesawat militer Afghanistan masuk Uzbekistan. Pesawat-pesawat diawaki dan mengangkut lebih dari 500 tentara. Selain itu, Uzbekistan juga dimasuki lebih dari 200 tentara Afghanistan yang diizinkan masuk karena alasan kemanusiaan.
Belum diketahui kelanjutan nasib ratusan tentara dan puluhan aset militer Afghanistan itu. Sebab, kini tidak jelas siapa yang berwenang memerintahkan pergerakan seluruh tentara dan aset militer itu.
Baca juga: Beragam Wajah Taliban
Meski menduduki Kabul, Taliban belum diakui berbagai pihak di dalam dan luar Afghanistan. Selain NRF, penentang Taliban di dalam negeri adalah kelompok perlawanan yang dipimpin Amrullah Saleh. Mantan Wakil Presiden Afghanistan itu mengklaim menjadi pejabat presiden setelah Presiden Ashraf Ghani lari ke Uni Emirat Arab.
Nazary mengatakan, NRF menerima dan menghormati Saleh di Panjshir. Sebab, Saleh memutuskan tetap di Afghanistan dan melawan Taliban. Namun, NRF tidak mengikuti Saleh.
Saleh berkeras memimpin pemerintahan Afghanistan yang sah. Ia mengaku mengikuti konstitusi Afghanistan yang memberikan Wapres kewenangan menjadi penjabat presiden bila presiden tidak mampu menjalankan tugasnya. Ghani dinilai tidak mampu karena lari ke Dubai. (AFP/REUTERS/RAZ)