Taliban menguasai aneka persenjataan buatan AS dan sekutunya. Perwira militer dan pejabat intelijen AS serta sekutunya cemas apakah Taliban akan menjual aset-aset itu kepada pesaing AS dan sekutunya.
Oleh
Kris Mada
·4 menit baca
Sejak Revolusi Saur 1978, Amerika Serikat tidak pernah berhenti memasok senjata ke Afghanistan. Miliaran dollar AS dihabiskan untuk pasokan yang kini sebagian dimiliki kelompok penentang Washington.
”Kami tidak punya gambaran lengkap, terus terang, tentang di mana perangkat pertahanan yang hilang. Walakin, sejumlah besar telah jatuh ke tangan Taliban dan jelas mereka tidak akan mengembalikannya,” kata Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, Selasa (17/8/2021), di Washington.
Setelah diputuskan harus keluar sepenuhnya dari Afghanistan, pasukan AS meninggalkan berbagai persenjataan di sejumlah pangkalan. Sebagian besar sengaja ditinggalkan untuk aparat Afghanistan. Sebagian lagi ditinggalkan karena dinilai tidak taktis untuk dibawa keluar Afghanistan.
”Peralatan canggih dibawa pulang pasukan AS. Serangan kilat Taliban membuat mereka menguasai kendaraan, senjata ringan, dan amunisi,” kata peneliti Conflict Armament Research, Justine Fleischner.
Beberapa pekan terakhir, milisi Taliban memang secara terbuka menunjukkan aneka persenjataan AS yang mereka rebut dari aparat Afghanistan. Selama puluhan tahun, milisi Taliban kerap terlihat menyandang senapan AK-47. Kini, mereka menyandang senapan M4 dan M16 buatan AS. Senapan-senapan itu standar senjata tentara AS dan sekutunya. Aparat Afghanistan mendapat ribuan pucuk senjata itu dari AS.
Selama hampir 20 tahun, Washington menghabiskan 2 triliun dollar AS untuk operasi di Afghanistan. Lebih dari 80 miliar dollar AS dipakai untuk membentuk aparat Afghanistan. Selain pelatihan, anggaran digunakan untuk beragam senjata, mulai dari pistol sampai helikopter serbu UH-60 BlackHawk.
AS mengira beragam pelatihan dan aneka senjata itu membuat aparat Afghanistan bisa melawan Taliban. Faktanya, karena beragam faktor, Taliban menundukkan aparat Afghanistan dengan mudah. ”Pemimpin Afghanistan menyerah dan melarikan diri. Militer Afghanistan menyerah, bahkan kerap tanpa perlawanan,” ujar Presiden AS Joe Biden.
Biden mengatakan, tentara di banyak negara sangat menginginkan aneka persenjataan dan peralatan yang dipasok kepada aparat Afghanistan. Sayangnya, aparat Afghanistan tidak memanfaatkan itu untuk menghadapi Taliban. Akibatnya, kini Taliban menjadi salah satu kelompok bersenjata dengan persenjataan paling modern.
Pampasan
Jurnalis Bild, Julian Roepcke, menunjukkan sejumlah kendaraan patroli dan pesawat nirawak buatan AS yang disita Taliban. Jurnalis media Jerman itu, antara lain, menunjukkan foto milisi Taliban menyita ratusan mobil lapis baja, termasuk mobil antiranjau darat (MRAP).
Setiap MRAP berharga hingga 550.000 dollar AS. Tidak hanya di Herat, salah satu dari enam provinsi yang dikuasai Taliban mulai 13 Agustus 2021, ratusan mobil sejenis juga disita Taliban di sejumlah provinsi lain. Ada beragam jenis mobil lapis baja dan mobil pengangkut biasa. Semua tersebar di beberapa pangkalan aparat Afghanistan dan bekas pangkalan AS.
Tidak hanya peralatan perang darat yang disita Taliban. Di Herat, Taliban juga mengangkut beberapa kotak berisi pesawat nirawak mini Scan Eagle. Setiap pesawat itu berharga 4 juta dollar AS.
Peneliti pada International Institute for Strategic Studies, Joseph Dempsey, memverifikasi Taliban menyita dua helikopter Mi-17 di Herat. Salah satu helikopter angkut menengah buatan Rusia itu bisa beroperasi. Setidaknya baling-baling helikopter itu berputar kencang.
Meski demikian, belum ada informasi apakah helikopter itu bisa terbang atau tidak. Sementara satu lagi malah sama sekali tidak diketahui bisa hidup atau tidak. Pertanyaan senada diajukan untuk helikopter serbu Mi-35 yang disita di Kunduz.
Masalah lain, menurut Dempsey, tidak diketahui apakah Taliban mau merawat aneka helikopter dan pesawat yang mereka sita. Selama puluhan tahun bergerilya, Taliban hanya teruji di darat. Tidak ada bukti mereka punya kemampuan serangan udara. Dalam video dari Herat memang terlihat baling-baling Mi-17 berputar. Walakin, tidak ada informasi lebih lanjut apakah helikopter itu bisa terbang.
Sementara di Mazar-i-Sharif, Taliban antara lain menyita helikopter MD-350F buatan AS dan pesawat serbu ringan A-29B Super Tucano buatan Brasil. Dalam video dan foto yang beredar, terlihat pesawat dan helikopter itu tengah dalam perawatan.
Pampasan terbesar diperoleh di Kandahar dan Ghazni. Di Ghazni ada MD-350F dan UH-60 BlackHawk. Helikopter serbu buatan AS itu dalam kondisi tidak siap operasi. Sementara di Kandahar, Taliban menyita MD-350F, UH-60, dan Mi-17. Ada pula pesawat ringan C-208 di ruang perawatan.
Helikopter MD-350F di Kandahar tanpa baling-baling. Dengan demikian, helikopter itu jelas tidak bisa dioperasikan. Dari dua UH-60, satu berada di apron dan satu lagi sedang diperbaiki.
Tidak semua aset udara Afghanistan disita Taliban. Selain pesawat yang dipakai mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani untuk melarikan diri ke Oman, ada puluhan helikopter dan pesawat dilarikan ke Uzbekistan.
Dalam pernyataan resmi Uzbekistan disebut sudah terdata 22 pesawat dan 24 helikopter Afghanistan mendarat di Uzbekistan. Mereka diawaki 585 tentara Afghanistan. Di antara helikopter yang dilarikan ke Uzbekistan ada dua UH-60.
Sebagian perwira militer dan pejabat intelijen AS serta sekutunya tidak cemas dengan pertanyaan apakah Taliban bisa mengoperasikan aneka aset udara itu. Mereka cemas apakah Taliban akan menjual aset-aset itu kepada pesaing AS dan sekutunya. Pesaing AS dan sekutunya bisa mendapatkan akses teknologi persenjataan di aneka aset udara yang kini dikuasai Taliban. (AFP/REUTERS)