Taliban Rebut 8 Ibu Kota Provinsi dalam 6 Hari Pertempuran
Kelompok Taliban merebut delapan ibu kota provinsi hanya dalam enam hari pertempuran melawan pasukan Pemerintah Afghanistan.
KABUL, RABU -- Kelompok Taliban dilaporkan telah merebut 65 persen wilayah Afghanistan setelah mengambil alih Faizabad, ibu kota Provinsi Badakhshan, Rabu (11/8/2021). Faizabad menjadi ibu kota provinsi kedelapan yang jatuh ke tangan Taliban dalam pertempuran selama enam hari terakhir melawan pasukan Pemerintah Afghanistan.
Faizabad jatuh ke tangan Taliban tepat saat Presiden Ashraf Ghani mendarat di Mazar-i- Sharif, ibu kota Provinsi Balkh, untuk mengonsolidasikan kekuatan pasukan pemerintahannya. ”Taliban telah merebut kota itu,” kata Zabihullah Attiq, seorang tokoh di Badakhshan, merujuk kota Faizabad.
Ibu kota tujuh provinsi lain yang telah jatuh ke tangan Taliban, yakni kota Zaranj, Kunduz, Shibirghan (Sheberghan), Taleqan (Taloqan), Sar-e Pul, Samangan, dan Lashkar Gah. Sebagian besar kota itu berada di Afghanistan utara. Taliban kini mengincar Mazar-i-Sharif, basis pertahanan milisi anti-Taliban.
Jawad Mujadidi, anggota Dewan Provinsi Badakhshan, mengatakan, setelah pertempuran panjang yang melelahkan di Faizabad, pasukan pemerintah mundur ke distrik tetangga. Taliban telah merebut sebagian besar wilayah provinsi itu dan mengepung Faizabad sebelum melancarkan serangan, Selasa (10/8).
”Sayangnya, setelah berjam-jam pertempuran sengit, ANDSF mundur,” kata Mujadidi merujuk pada Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan (ANDSF). ”Dengan jatuhnya Faizabad, seluruh (wilayah) timur laut telah berada di bawah kekuasaan Taliban.”
Baca juga: Afghanistan Makin Genting, Puluhan Anak Tewas dan Wartawan Dibunuh
Badakhshan berbatasan dengan Tajikistan, Pakistan, dan China. Seorang pejabat senior Uni Eropa (UE) mengatakan, Taliban kini telah menguasai 65 persen wilayah Afghanistan. Kelompok itu setidaknya telah merebut atau mengancam akan merebut 11 ibu kota provinsi dari 34 provinsi di Afghanistan.
Seorang anggota parlemen di Kunduz, Rabu, mengatakan, ratusan tentara Afghanistan mundur ke bandara di luar Kunduz dan menyerahkan diri setelah Taliban merebut kota itu. Menurut Amruddin Wali, anggota Dewan Provinsi Kunduz, tentara, polisi, dan milisi pro-Kabul telah ”menyerah kepada Taliban dengan semua perlengkapan militer mereka”.
Taliban telah merebut banyak wilayah di Afghanistan utara. Taliban juga telah menguasai perbatasan dengan Tajikistan dan Uzbekistan, seperti dilansir harian Rusia, Kommersant, mengutip Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu.
Kondisi tersebut meningkatkan kekhawatiran Moskwa terkait keamanan. Rusia melihat beberapa negara bekas Uni Soviet sebagai halaman belakang mereka. Shoigu mengatakan, Taliban telah berjanji untuk tidak melintasi perbatasan. Namun, Rusia akan terus mengadakan latihan dengan sekutunya di kawasan.
Afghanistan bagian utara selama bertahun-tahun adalah wilayah paling damai. Tidak banyak anggota Taliban di wilayah itu. Namun, sejak awal Mei saat Amerika Serikat memulai penarikan pasukan, tekanan Taliban ke wilayah utara sangat kuat. Selama pemerintahannya pada 1996 hingga 2001, Taliban tidak pernah sepenuhnya mengendalikan utara. Namun, kali ini mereka tampak berniat menguasainya sebelum mengepung ibu kota Kabul.
Baca juga: Kuasai 50 Distrik, Taliban Kepung Kabul
Pejabat Pemerintah Afghanistan telah meminta Pakistan untuk menghentikan bantuan dan pasokan logistik bagi Taliban yang mengalir di perbatasan. Pakistan membantah telah memberikan dukungan kepada Taliban Afghanistan. Isu ini sering menjadi subyek pertikaian diplomatik antara Kabul dan Islamabad.
Ketika pasukan Taliban menguasai Spin Boldak, dekat perbatasan Afghanistan-Pakistan, warga pro-Taliban yang ada di seberang perbatasan bersorak-sorai mengibarkan bendera Taliban. Komunitas di wilayah perbatasan Pakistan memperlihatkan dukungan kuat kepada Taliban Afghanistan.
Pemerintah Afghanistan telah menarik diri dari distrik perdesaan yang sulit dipertahankan. Hal itu dilakukan agar pasukan lebih fokus mempertahankan kota-kota atau daerah-daerah yang berpenduduk padat. Namun, di beberapa tempat, pasukan pemerintah menyerah tanpa perlawanan.
Ghani konsolidasi
Presiden Ghani saat ini terus berusaha mengonsolidasikan kekuatan di beberapa provinsi. Di Mazar-i-Sharif, dia bertemu dengan para pemimpin utama di wilayah itu, misalnya, Atta Mohammad Noor dan panglima perang terkenal Abdul Rashid Dostum, untuk membicarakan pertahanan kota.
”Presiden Ghani dijadwalkan bertemu dengan pemerintah daerah dan pejabat keamanan, pemimpin politik dan jihad, tetua suku, serta orang-orang berpengaruh,” cuit kantor Kepresidenan Afghanistan di Twitter.
Mazar-i Sharif adalah kota terbesar keempat di Afghanistan dengan jumlah penduduk lebih dari 300.000 jiwa. Kota ini merupakan urat nadi antara Kabul di bagian tenggara, Herat di barat, dan Uzbekistan di bagian utara.
Jatuhya Mazar-i-Sharif akan menjadi pukulan besar bagi Kabul. Selain itu, juga akan menunjukkan keruntuhan total kendali Ghani atas seluruh wilayah Afghanistan utara, yang menjadi benteng pertahanan milisi anti-Taliban.
Di Afghanistan selatan, pasukan pemerintah menahan gerak laju Taliban yang berusaha mencapai penjara utama di Kandahar untuk membebaskan rekan-rekan mereka yang ditahan. Tolo News, yang dikutip Reuters, melaporkan pertempuran sengit terjadi di kota Farah, Afghanistan barat, dekat perbatasan Iran.
Baca juga: Taliban Tawarkan ”Sistem Islam Sejati” untuk Akhiri Masalah Afghanistan
Taliban terus memperluas wilayah kontrolnya ketika Amerika Serikat dan negara-negara mitra anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mendekati batas akhir penarikan penuh pasukan mereka, 31 Agustus ini. Penarikan pasukan telah dimulai bertahap sejak awal Mei lalu sebagai salah satu hasil kesepakatan damai Taliban-AS di Doha, Qatar, Februari tahun lalu.
Biden tak menyesal
Presiden AS Joe Biden mendesak para pemimpin Afghanistan untuk mempertahankan tanah air mereka sendiri dan tak bergantung pada kekuatan asing. Di Washington, Selasa (10/8), Biden mengatakan tak menyesali keputusannya menarik mundur pasukan AS dari Afghanistan.
Biden menyebutkan, AS menghabiskan lebih dari 1 triliun dollar AS selama 20 tahun dalam perang Afghanistan dan kehilangan ribuan tentara. Menurut dia, AS memberikan dukungan udara, makanan, peralatan, dan gaji yang signifikan kepada pasukan Afghanistan.
Komisioner Tinggi HAM PBB Michelle Bachelet di Geneva, Swiss, mengungkapkan, ada laporan pelanggaran yang dikategorikan sebagai kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan oleh Taliban. Kelompok ini dilaporkan telah mengeksekusi pasukan pemerintah yang telah menyerahkan diri. ”Laporan itu sangat mengganggu,” ujar Bachelet.
Enam negara anggota UE memperingatkan para pemimpin blok tersebut agar tetap mendeportasi para pencari suaka Afghanistan yang tiba di Eropa. Mereka khawatir kemungkinan akan terulang krisis pengungsi tahun 2015-2016 saat lebih dari 1 juta migran, terutama dari Timur Tengah, membanjiri Eropa.
AS dan NATO akan menuntaskan penarikan penuh pasukannya akhir bulan ini. Taliban berjanji kepada AS tidak akan menjadikan Afghanistan sebagai basis terorisme internasional. Taliban juga berjanji tidak akan menyerang pasukan asing saat mereka mundur, tetapi juga tidak ingin gencatan senjata dengan pemerintah Afghanistan. (AFP/AP/REUTERS)