Melalui serangan pada beberapa pekan terakhir, Taliban merebut sekitar 50 distrik dari militer pemerintah. Serangan untuk mengepung ibu kota Afghanistan itu antara lain dilaporkan menyebabkan sebuah rumah sakit hancur.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
KABUL, RABU — Melalui serangan bersenjatanya selama beberapa pekan terakhir, Taliban berhasil merebut sekitar 50 distrik di sekitar Kabul dari militer pemerintah. Setelah strategi mengepung ibu kota Afghanistan tercapai, Taliban akan segera menyerang ibu kota Afghanistan untuk menjungkalkan pemerintahan yang ada.
Serangan demi serangan terus dilakukan oleh Kelompok Taliban terhadap wilayah yang dikuasai oleh pasukan keamanan pemerintah. Di utara, Taliban telah merebut Kota Shir Khan Bandar, sebuah kota pelabuhan yang berbatasan dengan Tajikistan dan membuat para pekerja bea cukai serta anggota pasukan keamanan melarikan diri mencari tempat perlindungan ke negara tetangga.
Sebuah roket yang diduga ditembakkan anggota Kelompok Taliban menghantam rumah sakit di Provinsi Kunar, Afghanistan, Rabu (23/6). Akibatnya, persediaan vaksin Covid-19 dan beberapa vaksin krusial untuk anak-anak, seperti polio, di wilayah tersebut rusak. Kekerasan dan serangan bersenjata yang dilakukan Kelompok Taliban di wilayah utara Afghanistan untuk memperkuat posisinya dinilai semakin mengkhawatirkan pascamundurnya pasukan koalisi Amerika Serikat (AS) dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO.
Terkait roket yang menghantam rumah sakit di Provinsi Kunar, juru bicara lapangan Taliban, Zabihullah Mujahid, membantah. Ia menyatakan bahwa Taliban tidak meluncurkan serangan roket tersebut.
Pertempuran yang terus berlangsung antara Kelompok Taliban dan pasukan pemerintah sama sekali tidak mencerminkan adanya upaya perundingan damai intra-Afghanistan yang saat ini mandek. Kepala Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Afghanistan (UNAMA) Deborah Lyons mengatakan, semua indikator yang bisa membawa kemajuan bagi Afghanistan saat ini dalam kondisi stagnan atau bahkan negatif.
”Semua tren utama, mulai dari politik, keamanan, proses perdamaian, ekonomi, darurat kemanusiaan, hingga Covid, negatif atau stagnan,” kata Lyons dalam pertemuan dengan Dewan Keamanan PBB yang dilakukan secara daring.
Lyons mengatakan, saat ini Taliban telah merebut lebih dari 50 distrik dari 370 distrik di negara itu. Sebagian besar distrik berada di sekeliling ibu kota Kabul. Secara tidak langsung, posisi itu menunjukkan bahwa Taliban kini tengah berupaya untuk merebut dan menguasai ibu kota begitu semua pasukan asing hengkang dari Afghanistan pada 11 September nanti.
Jika Taliban melanjutkan aksi-aksi mereka, terutama penggunaan kekerasan bersenjata, Lyons mengkhawatirkan bahwa hal itu akan memperpanjang penderitaan rakyat Afghanistan dan menghancurkan banyak hal yang telah dibangun dalam 20 tahun terakhir. Kekhawatiran khusus yang diutarakan Lyons adalah soal hak-hak perempuan yang bisa hilang jika Taliban berkuasa.
Dalam forum yang sama, Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Linda Thomas-Greenfield menekankan bahwa dunia tidak akan menerima Taliban menguasai Kabul dan pemerintah Afghanistan. ”Dunia tidak akan mengakui pendirian pemerintahan di Afghanistan dari pihak mana pun yang dipaksakan, atau pemulihan Imarah Islam. Hanya ada satu jalan ke depan, yaitu penyelesaian politik melalui perundingan dan inklusif,” kata Thomas-Greenfield.
Taliban menganggap keberadaan pasukan AS dan koalisi menghalangi usahanya untuk merebut kekuasaan di Afghanistan. Oleh sebab itu, mereka senang dengan keputusan Presiden Joe Biden yang menarik seluruh militernya dari negara itu. Taliban mengganggap militer Pemerintah Afghanistan sebagai budak atau kaki tangan AS.
Oleh sebab itu, setelah pasukan AS dan NATO keluar dari Afghanistan, Taliban yakin militer pemerintah tidak akan mampu memberikan perlawanan berarti jika anggotanya menyerbu Kabul dan merebut kekuasaan pemerintah dari tangan Presiden Ashraf Ghani.
”Ketika Amerika pergi, mereka (pasukan pemerintah) tidak akan bertahan, bahkan selama lima hari,” kata Mullah Misbah, komandan Kelompok Taliban di Provinsi Ghazni.
Taliban serius dalam upaya menguasai Kabul. Selama beberapa pekan terakhir, mereka berhasil merebut 50-an distrik yang posisinya mengepung Kabul. Serangan ini memaksa para pemimpin militer negara itu mundur dari sejumlah distrik pedesaan. Taliban, misalnya, menguasai dua distrik di Ghazni, sebuah provinsi penting yang menghubungkan ibu kota dengan wilayah kekuasaan Taliban di Kandahar.
Dengan begitu, mereka kini hadir di hampir setiap provinsi yang ada di Afghanistan dan mengepung kota-kota besar. Ini adalah strategi yang sama yang pernah mereka gunakan pada pertengahan 1990-an saat mereka menguasai sebagian besar wilayah Afghanistan sebelum digulingkan oleh invasi AS pascaserangan 11 September 2001.
”Orang Amerika yang arogan mengira mereka bisa menghapus Taliban dari muka bumi. Tapi Taliban mengalahkan mereka, AS dan sekutunya. Dan, Insya Allah, sebuah rezim Islam akan didirikan di Afghanistan setelah mereka pergi,” kata Misbah.
Pihak berwenang Afghanistan berkeras bahwa mereka mampu membalikkan momentum Taliban, dengan alasan kurangnya senjata berat lawan mereka dan kerentanan terhadap serangan udara pasukan Afghanistan.
Namun, Kelompok Taliban yakin strategi penaklukkan itu akan berhasil setelah pasukan AS ditarik sepenuhnya. ”Anda tahu dan semua orang tahu bahwa Amerika dan sekutu NATO mereka dan pemerintahan Kabul telah dikalahkan 100 persen,” kata Qari Hafizullah Hamdan, seorang komandan Taliban dari Distrik Qarabagh. Dia meyakini, dalam waktu dekat, warga Afghanistan akan mengalami kegembiraan dan kebebasan penuh. (AFP/REUTERS)