Taliban Tawarkan ”Sistem Islam Sejati” untuk Akhiri Masalah Afghanistan
Kelompok Taliban menawarkan terbentuknya suatu ”sistem Islam sejati” di Afghanistan dengan pengaturan khusus terkait hak-hak kaum perempuan.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
WAKIL KOHSAR/AFP
Foto dokumentasi pada 3 Juni 2021 ini memperlihatkan Mullah Misbah, Komandan Taliban dan Direktur Kesehatan Masyarakat Provinsi Ghazni yang dikuasai Taliban, saat berbicara selama wawancara dengan AFP di sebuah rumah sakit di Distrik Andar, Ghazni. Taliban menawarkan ”sistem Islam sejati” sebagai solusi paling pas untuk menyelesaikan masalah di Afghanistan.
KABUL, MINGGU — Perdamaian Afghanistan menjauh setelah kekerasan meningkat secara drastis. Taliban, kelompok yang dituduh paling bertanggung jawab atas gelombang kekerasan baru, mengatakan tetap berkomitmen pada perdamaian. Taliban juga menawarkan ”sistem Islam sejati” sebagai solusi paling pas untuk menyelesaikan masalah di negara itu.
Kelompok Taliban, Minggu (20/6/2021), mengatakan, komitmen mereka untuk menciptakan perdamaian di Afghanistan tidak pernah surut. Mereka juga menginginkan terbentuknya suatu ”sistem Islam sejati” di Afghanistan. Di dalamnya termasuk mengatur hak-hak kaum perempuan yang harus selaras dengan tradisi budaya dan ajaran Islam.
Pernyataan Taliban tersebut muncul di tengah lambatnya kemajuan perundingan damai intra-Afghanistan, antara mereka dan perwakilan Pemerintah Afghanistan, di Doha, Qatar. Juga muncul saat gelombang kekerasan baru terus meningkat secara drastis di seluruh negeri menjelang penarikan akhir pasukan asing pada 11 September 2021.
Dunia internasional terus menyuarakan keprihatinan yang serius atas macetnya negosiasi antara Kabul dan Taliban. Para pejabat pemerintah mengatakan, Taliban belum mengajukan proposal perdamaian tertulis, yang dapat digunakan sebagai titik awal pembicaraan yang lebih substantif.
”Kami memahami bahwa dunia dan warga Afghanistan memiliki pertanyaan tentang sistem yang akan dipakai setelah penarikan pasukan asing,” kata Mullah Abdul Ghani Baradar, Kepala Kantor Politik Taliban, seraya menambahkan bahwa isu itu paling baik dibahas selama negosiasi di Doha.
”Sebuah sistem Islam sejati adalah cara terbaik untuk solusi atas semua masalah di Afghanistan,” kata Baradar. ”Partisipasi kami dalam negosiasi dan dukungannya di pihak kami menunjukkan secara terbuka bahwa kami percaya masalah dapat diselesaikan dengan saling memahami.”
Kompas
Mullah Abdul Ghani Baradar (tengah) dan anggota lain Taliban saat tiba untuk menghadiri konferensi internasional tentang perdamaian Afghanistan di Moskwa, Rusia, 18 Maret 2021.
Baradar menambahkan, kaum perempuan dan minoritas akan dilindungi. Para diplomat dan pekerja lembaga swadaya masyarakat atau pegiat kemanusiaan dapat bekerja dengan aman. Taliban akan menyediakan fasilitas khusus bagi perempuan untuk bekerja dan dididik.
”Kami menganggapnya sebagai komitmen untuk mengakomodasi semua hak warga negara kami, baik itu laki-laki maupun perempuan, berdasarkan aturan suci agama Islam dan tradisi masyarakat Afghanistan,” katanya.
Tidak dijelaskan apakah Taliban akan mengizinkan perempuan untuk menjalankan peran-peran publik. Juga apakah tempat kerja dan sekolah akan dipisahkan berdasarkan jender. Juru bicara kelompok itu tidak segera menanggapi terkait isu tersebut.
Pada Mei lalu, analis intelijen Amerika Serikat merilis sebuah penilaian yang meragukan komitmen Taliban dalam penegakan hak-hak kaum perempuan. Bahkan, kelompok militan itu akan mengambil langkah mundur untuk menjauhi semua kemajuan yang telah dicapai dalam penegakan hak-hak perempuan di negara itu.
WAKIL KOHSAR/AFP
Dalam foto yang diambil pada 3 Juni 2021 tampak anggota Taliban berteduh di sebuah pasar di Distrik Andar, Provinsi Ghazni, Afghanistan.
Sebelum digulingkan oleh invasi pimpinan AS pada tahun 2001, Taliban memberlakukan aturan Islam secara ketat. Hal itu termasuk melarang anak perempuan untuk sekolah dan bekerja di luar rumah serta melarang mereka berada di depan umum tanpa didampingi anggota keluarga laki-laki.
Pergantian menteri
Sementara itu, dari Kabul dilaporkan, Presiden Ashraf Ghani, Sabtu (19/6/2021) malam, di istana presiden di Kabul, mencopot menteri pertahanan, menteri dalam negeri, dan kepala staf angkatan bersenjata. Pergantian tiga posisi penting tersebut terjadi karena meningkatnya jumlah korban dari pasukan keamanan Afghanistan dalam pertempuran sengit yang kian tajam dengan Taliban.
Bismillah Khan Mohammadi ditunjuk sebagai menteri pertahanan sementara, menggantikan Asadullah Khalid, yang baru saja kembali dari luar negeri setelah sakit berkepanjangan. Abdul Sattar Mirzakwal diangkat sebagai menteri dalam negeri yang baru menggantikan Hayatullah Hayat. Sementara Jenderal Wali Mohammad Ahmadzai diangkat sebagai kepala staf militer yang baru, menggantikan Jenderal Yasin Zia.
Pergantian tiga pejabat teras tersebut juga terjadi pada saat pasukan keamanan Afghanistan bersusah payah memerangi Taliban di 28 dari 34 provinsi Afgahnistan. Taliban mengklaim telah merebut lebih banyak wilayah dalam beberapa pekan terakhir.
Pada Jumat lalu, 24 anggota pasukan khusus Afghanistan tewas dan puluhan lainnya terluka dalam pertempuran untuk merebut kembali sebuah distrik yang dikuasai Taliban di Provinsi Faryab. Taliban telah melancarkan serangan besar selama berbulan-bulan untuk memperluas pengaruhnya di seluruh Afghanistan saat AS mulai menarik pasukan sejak 1 Mei lalu dengan batas akhir penarikan 11 September 2021.
AFP/WAKIL KOHSAR
Dalam foto yang diambil pada 28 Maret 2021 ini tampak seorang anggota milisi ”Sangorian” anti-Taliban menembak dengan senapan mesin berat dalam pertempuran melawan Taliban di desa Mukhtar, pos terdepan di pinggiran Lashkar Gah, Provinsi Helmand, Afghanistan.
Baku tembak antara pasukan pemerintah dan kelompok Taliban juga terjadi di Pakistan barat laut, Sabtu semalam. Militer Pakistan, Minggu pagi, mengatakan, dua anggota Taliban dan satu tentara tewas dalam baku tembak tersebut.
Militer menyebutkan, pasukan keamanan melakukan operasi di daerah Spinwam di Waziristan Utara. Di sana menjadi tempat persembunyian pasukan lokal dan asing, termasuk dari Afghanistan. Waziristan utara dan enam wilayah suku lainnya berada di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan barat laut, yang menjadi pusat bentrokan pasukan pemerintah dan Taliban Pakistan. (REUTERS/AFP)