Maroko-Israel Perkuat Hubungan, Teken Tiga Kesepakatan dan Bahas Palestina
Hubungan diplomatik antara Maroko dan Israel terus diperkuat pasca-normalisasi hubungan mereka, Desember 2020. Kunjungan Menlu Israel Yair Lapid ke Rabat pekan ini menegaskan hubungan mereka.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·5 menit baca
RABAT, KAMIS — Hubungan diplomatik Maroko dan Israel terus diperkuat pasca-normalisasi hubungan mereka pada akhir tahun 2020. Dalam kunjungan pertama pejabat tinggi Israel ke Rabat, Rabu (11/8/2021), dua negara menandatangani tiga kesepakatan penting dan membahas prospek perdamaian Israel-Palestina.
Kurang dari setahun setelah Tel Aviv dan Rabat menormalisasi hubungan, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid memulai kunjungan dua hari, yang berakhir Kamis ini, ke Maroko. Dia bertemu mitranya, Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita. Keduanya menandatangani tiga kesepakatan.
Lapid dan Bourita menandatangani tiga nota kesepakatan, yakni terkait konsultasi politik, penerbangan, dan budaya. Lapid mengatakan, kesepakatan akan ”membawa inovasi dan peluang negara kita untuk kepentingan anak-anak kita—dan anak-anak mereka—untuk masa yang akan datang”.
Selain itu, mereka juga membicarakan prospek perdamaian Timur Tengah, khususnya antara Palestina dan Israel. Bourita menekankan pentingnya untuk melanjutkan ”kembali negosiasi langsung dan serius dengan cepat”antara otoritas Palestina dan Israel.
Kunjungan Lapid itu merupakan yang pertama oleh menteri Israel sejak 2003. Pertemuan Lapid dan Bourita adalah pertemuan pertama di Maroko sejak penandatanganan ”Kesepakatan Abraham” (Abraham Accord) yang dimediasi AS antara Israel dan empat negara Arab: Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko.
Lapid dan Bourita menekankan pentingnya warisan kuno Yahudi di Israel terkait dengan kerajaan Maroko. Perjalanan dua hari Lapid akan ditutup dengan peresmian misi penghubung Israel di Rabat, Kamis ini waktu setempat.
Menurut Bourita, pertemuannya dengan Lapid bertujuan untuk ”melanjutkan kontak secara teratur dalam kerangka hubungan diplomatik yang damai, bersahabat, dan normal”.
Terkait prospek perjanjian perdamaian Timur Tengah, Bourita mengatakan, hal itu ada dalam agenda Maroko. Bourita mengungkapkan, Raja Mohamed VI ”telah menekankan perlunya untuk memecahkan kebuntuan” perdamaian Palestina-Israel. Negosiasi menuju solusi yang komprehensif agar dimulai lagi.
Perdamaian Timur Tengah itu meliputi ”sebuah negara Palestina dalam perbatasan 1967, di mana Jerusalem Timur sebagai ibu kotanya, dan hidup berdampingan dengan negara Israel,” kata Bourita.
”Hari ini, ada kebutuhan mendesak untuk memulai langkah-langkah membangun kembali kepercayaan antara semua pihak. Baik dalam bidang perdamaian, stabilitas, maupun kemakmuran di kawasan, sambil tetap tenang dan menahan diri dari apa pun yang dapat memperburuk ketegangan,” kata Bourita.
Negosiasi, kata Bourita, harus ”pada akhirnya mengarah pada solusi berdasarkan solusi dua negara”. Topik ini tidak disebutkan dalam pernyataan Lapid. Dia hanya mengatakan, mereka membahas tentang warisan Yahudi di Maroko dan harapan bahwa normalisasi hubungan dengan Maroko akan berlaku untuk dunia yang lebih luas.
Kesepakatan Abraham telah mengguncang kawasan itu. Keyakinan lama bahwa Israel tidak dapat menormalkan hubungan dengan dunia Arab, telah dibalikkan. Prasyarat dalam normalisasi hubungan adalah mengakhiri konflik Palestina-Israel yang telah berlangsung puluhan tahun. Palestina menolak Kesepakatan Abraham.
Perjanjian kerja sama
Israel dan Maroko menandatangani perjanjian kerja sama penerbangan dan perjanjian lain termasuk bidang budaya, olahraga, dan pemuda. Lapid dan Bourita juga menandatangani nota kesepahaman tentang pembentukan mekanisme konsultasi politik antara kementerian luar negeri kedua negara.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri Israel menyebutkan, perjanjian itu ”akan membawa inovasi dan peluang negara kita untuk kepentingan anak-anak kita—dan anak-anak mereka—untuk tahun-tahun mendatang”.
Israel dan Maroko sedang mengajar anak-anak di sekolah tentang ”kekuatan harapan” di dunia ”yang merosot”, sebut pernyataan Lapid. Lapid dijadwalkan menjadi PM Israel pada 2023 di bawah pemerintahan koalisi delapan partai Israel.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price yang berbicara kepada wartawan di Washington mengucapkan selamat kepada Israel dan Maroko. ”Kami percaya bahwa hubungan normal antara Israel dan tetangga Arabnya akan menciptakan peluang baru bagi perdamaian dan kemakmuran untuk berkembang di kawasan itu,” katanya.
Maroko dan Israel memiliki sejarah panjang hubungan formal dan informal. Banyak orang Israel memiliki garis keturunan yang berasal dari Maroko, yang masih menjadi rumah bagi komunitas kecil yang terdiri dari beberapa ribu orang Yahudi.
Menteri Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Israel Meir Cohen, bagian dari delegasi, lahir di Essaouira, di Pantai Atlantik. ”Baginya ini adalah pulang kampung,” kata Lapid dalam pernyataannya.
Di masa depan, orang-orang Israel ”tidak akan bepergian ke sini sebagai turis, mereka akan bepergian sebagai keluarga untuk menjelajahi warisan dan kenangan mereka,” ujar Lapid.
Sejarah hubungan diplomatik
Israel dan Maroko memiliki hubungan diplomatik tingkat rendah pada 1990-an. Namun, Maroko memutuskannya setelah intifada kedua Palestina meletus pada tahun 2000. Kedua negara mempertahankan hubungan informal. Ribuan orang Israel bepergian ke Maroko setiap tahun.
Sebagai bagian dari kesepakatan untuk membangun hubungan formal dengan Israel, AS setuju untuk mengakui klaim Maroko atas wilayah Sahara Barat yang telah lama disengketakan. Pemerintahan Joe Biden mengatakan akan meninjau keputusan itu. Pencaplokan Sahara Barat oleh Maroko pada tahun 1975 tidak diakui oleh PBB.
Kunjungan itu dilakukan saat Israel menunjukkan bukti lain dari kesepakatan tersebut. Seorang pejabat senior Bahrain, Sheikh Abdulla bin Ahmed Al Khalifa, mengunjungi Israel pekan ini. Ia bertemu dengan seorang jenderal Israel dan pejabat lainnya.
Sheikh Abdulla, wakil menteri untuk urusan politik di Kementerian Luar Negeri Bahrain, menghadiri upacara penandatanganan pada Rabu untuk kemitraan antara Institut Diplomasi Internasional Abba Eban Israel dan lembaga pemikir Derasat, Bahrain.
”Setahun yang lalu, tidak ada apa-apa di antara kedua negara kita. Hari ini, kita telah menempuh perjalanan yang sangat jauh,” kata Sheikh Abdullah. ”Kita yakin dapat mengatakan bahwa kita memiliki dasar yang kuat untuk mengembangkan hubungan bilateral ini.”
Israel dan negara-negara Teluk secara diam-diam telah meningkatkan hubungan selama bertahun-tahun. Hubungan mereka terjalin saat negara-negara Teluk mulai memandang Iran sebagai ancaman bersama. (AP/AFP/REUTERS)