Aramco Nikmati Kenaikan Laba Bersih Hampir Empat Kali Lipat
Perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, mencatat kenaikan laba bersih hampir empat kali lipat di kuartal kedua 2021. Pemicunya, kenaikan harga minyak akibat naiknya permintaan setelah pembatasan pandemi dilonggarkan.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
RIYADH, SENIN — Keuntungan bersih perusahaan raksasa minyak asal Arab Saudi, Aramco, meningkat hampir empat kali lipat pada kuartal kedua tahun 2021 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Keuntungan Aramco ini terdongkrak oleh kenaikan harga minyak dan pulihnya permintaan atas minyak. Berkat keuntungan itu, situasi keuangan di perusahaan tersebut dinyatakan hampir kembali seperti sebelum masa pandemi Covid-19.
Kenaikan laba bersih Aramco diumumkan oleh CEO Aramco Amin Nasser melalui pernyataan tertulis pada hari Minggu (8/8/2021). ”Beberapa faktor yang memungkinkan peningkatan keuntungan itu ialah kenaikan harga minyak menjadi 70 dollar Amerika Serikat (AS) akibat meningkatnya permintaan pasar serta berbagai pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat selama pandemi,” katanya.
”Negara-negara maju atau yang sudah melakukan vaksinasi Covid-19 pada mayoritas warganya telah membuka kembali gerbang ekspor-impor seperti semula,” ujar Nasser.
Laba bersih Aramco pada kuartal kedua 2021 adalah 25,5 miliar dollar AS. Jumlah ini hampir empat kali lebih besar dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020. Ketika itu, laba bersih Aramco hanya 6,6 dollar AS. Pandemi mengakibatkan berbagai pembatasan di negara-negara dunia sehingga permintaan pasar terhadap minyak pun anjlok.
Secara keseluruhan, laba bersih di perusahaan yang 98 persen sahamnya dimiliki Kerajaan Arab Saudi ini turun 44,4 persen dibandingkan dengan tahun 2019. Pemerintah Arab Saudi ketika itu juga mulai memikirkan cara mendatangkan pendapatan dari sektor-sektor lain di luar ekspor minyak.
Peningkatan keuntungan Aramco tersebut menyusul hal serupa yang dialami perusahaan-perusahaan utama minyak lainnya. ExxonMobil bulan lalu mengumumkan pendapatan bersih pada kuartal kedua tahun ini mencapai 4,69 miliar dollar AS atau 1,10 dollar AS per lembar sahamnya. Setahun lalu, mereka merugi 1,08 miliar dollar AS atau 26 sen dollar AS per saham.
Royal Dutch Shell melaporkan keuntungan kuartal tertinggi dalam lebih dari dua tahun, dengan meraup 5,53 miliar dollar AS. Tahun lalu mereka membukukan pendapatan 638 juta dollar AS.
Pada Jumat pekan lalu, harga minyak ditutup pada harga 70,70 dollar AS per barel atau meningkat lebih dari 35 persen sejak awal tahun ini. Posisi harga minyak saat ini terdongkrak oleh kesepakatan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan para mitranya—dikenal dengan sebutan OPEC+—untuk memangkas produksi minyak dunia.
”Hasil kami pada kuartal kedua mencerminkan pemulihan kuat dalam permintaan kebutuhan energi di seluruh dunia, dan kami bergerak menuju paruh kedua tahun 2021 secara lebih tahan dan lebih fleksibel, seiring dengan momentum pemulihan global,” kata Nasser.
Permintaan meningkat
Menurut Nasser, permintaan minyak global akan terus meningkat. Di akhir tahun 2021, ia memperkirakan permintaan minyak mencapai 99 juta barel per hari (bpd) dan di tahun 2022 menjadi 100 juta bpd. ”Oleh sebab itu, Aramco akan berusaha menggenjot kapasitas produksi menjadi 13 juta bpd,” ujarnya.
Berkat kenaikan laba ini, Aramco bisa membagi dividen ke pemegang sahamnya sebesar 18,75 miliar dollar AS. Bagi hasil dari Aramco ini adalah sumber pendapatan utama Arab Saudi. Meskipun demikian, Aramco diperkirakan akan membuka kesempatan lebih banyak bagi pihak luar untuk membeli saham mereka.
Pada saat yang sama, Aramco juga mulai banyak berinvestasi di sektor-sektor lain. Analis perusahaan ekuitas EFG Hermes, Yousef Husseini, berpendapat bahwa melebarkan investasi hingga ke luar negeri ini adalah strategi diversifikasi pendapatan Aramco agar tidak murni bergantung pada penjualan minyak.
Seperti dilansir Bloomberg, Direktur Keuangan Aramco Zaid Al-Murshed mengatakan, Aramco tetap menjajaki kerja sama dengan perusahaan Reliance Industries dari India. Kerja sama ini adalah untuk pengolahan minyak mentah menjadi berbagai zat kimia sehingga meningkatkan pendapat dengan penjualan produk turunannya.
Menurut rencana, Aramco akan membeli 20 persen saham Reliance yang setara dengan 15 miliar dollar AS. Negosiasi ini terhenti akibat pandemi Covid-19 merebak tahun lalu. Akan tetapi, dalam keterangan pers tertulis dari Reliance, negosiasi akan dilanjutkan menjelang akhir tahun 2021. (AP/AFP/REUTERS)