Untuk membayar dividen dan cicilan pembayaran akuisisi perusahaan Sabiq, Saudi Aramco berencana mencari utang. Akibat konsumsi minyak global anjlok, di triwulan III-2020 laba bersih Aramco terpangkas hampir 45 persen.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
RIYADH, SENIN — Perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, berencana mencari utang tambahan. Dana utang ini, antara lain, akan digunakan untuk membayar dividen dan mencicil pembayaran akuisisi produsen petrokimia, Sabic.
Dalam laporan Reuters dan Bloomberg, Senin (16/11/2020), disebutkan bahwa setidaknya 15 bank dan lembaga keuangan internasional sudah dikontak Aramco. Bank dan lembaga keuangan itu akan menjual pemasaran surat utang Aramco.
Dalam dokumen yang diserahkan kepada pihak berwenang di Arab Saudi, Aramco sudah mengontak, antara lain, Goldman Sachs, Citi, HSBC, JPMorgan, Morgan Stanley, dan NCB Capital. Selain itu, mereka juga menghubungi BNP Paribas, BOC International, BofA Securities, Credit Agricole, First Abu Dhabi Bank, Mizuho, MUFG, SMBC Nikko, dan Societe Generale.
Belum diketahui berapa total dana yang akan dihimpun Aramco lewat penerbitan obligasi global kali ini. Pada 2019, Aramco menghimpun dana 12 miliar dollar AS dari penerbitan beberapa seri obligasi.
Tahun lalu, Aramco menerbitkan sejumlah obligasi dengan tenor antara 3 tahun sampai 50 tahun. Total pesanan surat utang 2019 mencapai 100 miliar dollar AS atau hampir 10 kali lipat dari nilai yang dicari perseroan. Pada kurs Rp 14.000 per dollar AS, maka utang yang didapat Aramco pada 2019 bernilai Rp 168 triliun.
Selain utang, tahun lalu Aramco menghimpun dana dari pasar lewat penawaran saham perdana (IPO). Total 29,4 miliar dollar AS atau Rp 411,6 triliun didapat dari IPO 2019. Dengan demikian, Aramco menggalang total Rp 579,6 triliun sepanjang 2019.
Bayar dividen
Selepas mendapat utang dan menjual saham pada 2019, pendapatan Aramco pada 2020 menurun. Sebab, konsumsi minyak anjlok karena perlambatan perekonomian di tengah pandemi Covid-19. Pada triwulan III-2020, laba bersih Aramco terpangkas hampir 45 persen.
Padahal, Aramco berjanji membayar dividen total 75 miliar dollar AS sepanjang 2020. Pada semester II-2020, separuh dari janji dividen itu akan dibayar. Selain itu, Aramco harus mulai mencicil pembayaran setelah membeli 70 persen saham Saudi Basic Industries (Sabic) senilai 69,1 miliar dollar AS.
”Seharusnya tidak akan ada kekurangan pesanan saat dunia sedang mencari tawaran kupon. Walakin, harga minyak yang konsisten rendah dan ancaman potensi pendapatan dalam jangka panjang akan tecermin di harga,” kata Hasnain Malik, Kepala Strategi Permodalan pada Tellimer.
Peluang Aramco di masa depan memang membaik. Hal itu antara lain tecermin dari perubahan peringkat oleh lembaga pemeringkat, Fitch, yang memberikan status stabil kepada Aramco. Sebelumnya, peluang Aramco dianggap negatif. Rating serupa diberikan Fitch untuk obligasi Arab Saudi. Mayoritas saham Aramco masih dipegang oleh Pemerintah Arab Saudi.
Dalam perdagangan Senin, surat utang Aramco yang dijual dalam dollar AS dan jatuh tempo pada 2020 ditransaksikan dengan kupon 2,05 persen. Kupon atau imbal hasil surat utang di pasar sekunder bisa berbeda dari imbal hasil resmi. Perubahan imbal hasil bisa terjadi pada potensi risiko dari penerbit surat utang. Semakin besar potensi risiko, imbal hasil bisa semakin tinggi pula.
Pada 2020, risiko Aramco sempat dianggap tinggi gara-gara penurunan harga minyak. Akibatnya, Ficth memberi peringkat negatif pada perusahaan minyak terbesar di dunia itu.
Sebagai bagian dari langkah efisiensi operasi, Aramco memangkas pegawai dan mengurangi aneka belanja operasi. Bahkan, perusahaan itu mempertimbangkan menjual sebagian aset. Sementara rasio utang terhadap modal mencapai 21,8 persen. Padahal, perseroan menargetkan rasio tertingginya 15 persen.
Semasa IPO, nilai Aramco ditaksir mencapai 2,1 triliun dollar AS. Dengan taksiran itu, Aramco menjadi perusahaan paling mahal di bumi sampai saat ini. Apple berada di peringkat kedua setelah pada Agustus 2020 ditaksir bernilai 2 triliun dollar AS. Nilai Apple melonjak hampir 100 persen dalam 1,5 tahun terakhir. (AP/REUTERS)