Bom Taliban Menarget Penjabat Menhan, 8 Orang Tewas
Serangan bom Taliban mengguncang kawasan Zona Hijau di Kabul, Afghanistan. Sedikitnya 8 orang tewas. Penjabat menteri pertahanan yang hendak disasar lolos dari serangan itu.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
KABUL, RABU - Serangan bom yang menargetkan penjabat Menteri Pertahanan Afghanistan, Bismillah Khan Mohammadi, menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai 20 orang. Seorang pejabat, Rabu (4/8/2021), mengatakan, Mohammadi tidak terluka dalam serangan itu. Kelompok Taliban mengklaim bertanggung jawab.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Mirwais Stanekzai, Rabu, mengatakan, jumlah korban kemungkinan besar bertambah. Ledakan terjadi pada Selasa malam di kawasan kelas atas atau Zona Hijau yang dijaga ketat di Kabul, ibu kota Afghanistan.
Otoritas berwenang mengatakan, tak lama setelah ledakan, terjadi baku tembak yang juga menewaskan empat anggota Taliban. Beberapa warga sipil tewas dalam serangan tersebut.
Serangan ini terjadi ketika kelompok Taliban terus gencar dengan serangan yang mengancam sejumlah ibu kota provinsi di wilayah selatan dan barat negara itu. Taliban terus meraih kemenangan, yang memicu kekhawatiran luas di Afghanistan bahwa pasukan pemerintah sangat lemah tanpa bantuan asing.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid, dalam satu pernyataan, mengaku bertanggung jawab atas serangan bom di Kabul. Menurutnya, serangan itu untuk membalas dendam terhadap serangan baru-baru ini oleh pasukan pemerintah di berbagai provinsi.
Menurut Stanekzai, wisma tempat tinggal Mohammadi menjadi sasaran serangan itu, tetapi Mohammadi tidak terluka. Partai Jamiat-e-Islami, partai afiliasi Mohammadi, memberitahu bahwa pelaksana tugas menteri pertahanan itu tidak berada di wisma ketika serangan terjadi.
Keluarga Mohammadi telah dievakuasi dengan selamat dan aman. “Empat pelaku penyerangan ditembak dan tewas setelah lima jam baku tembak,” kata Stanekzai.
Lingkungan mewah
Bom meledak di lingkungan Sherpur yang mewah. Lingkungan ini terletak di bagian ibu kota yang dikenal sebagai Zona Hijau dan dijaga dengan sangat ketat oleh aparat keamanan. Selain ada kantor-kantor perwakilan asing, kawasan itu juga merupakan tempat tinggal beberapa pejabat senior pemerintah. Petugas masih menyelidiki bagaimana para penyerang bisa masuk ke kawasan itu.
Beberapa jam setelah serangan pada Selasa malam itu, Kementerian Pertahanan merilis video. Dalam video ini, Mohammadi mengatakan bahwa pengawalnya terluka dalam serangan bunuh diri itu. “Saya meyakinkan rekan senegara saya bahwa serangan semacam itu tidak akan berdampak pada kesediaan saya untuk membela warga negara saya dan negara saya,” katanya.
Ferdaws Faramarz, juru bicara kepala Kepolisian Kabul, mengatakan bahwa ratusan warga di Zona Hijau dipindahkan ke tempat yang aman. Aparat keamanan menggeledah dari rumah ke rumah. Juru bicara Kementerian Kesehatan Dastgir Nazari menambahkan, para korban luka dalam serangan itu telah dibawa ke rumah sakit di Kabul.
Dalam sejumlah serangan bom sebelumnya, Taliban jarang mengklaim bertanggung jawab. Kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) sering mengklaim beberapa serangan di Kabul. Namun, banyak serangan bom bunuh diri dan pembunuhan lainnya “gelap” karena tidak ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab. Dalam kasus-kasus serangan seperti itu, Taliban dan pasukan pemerintah saling menuding.
Departemen Luar Negeri AS mengecam keras serangan pengeboman di kawasan Sherpur, Zona Hijau Kabul. "Saya belum dalam posisi untuk menghubungkannya secara resmi, tetapi tentu saja itu menunjukkan semua ciri dari serentetan serangan Taliban yang telah kita lihat dalam beberapa pekan terakhir," kata Ned Price, juru bicara Deplu AS, di Washington.
“Kami terus mendukung mitra kami di Afghanistan. Saya pikir, poin yang lebih luas dari semua ini adalah bahwa ada konsensus internasional yang luas bahwa tidak ada solusi militer untuk konflik tersebut. Itulah sebabnya kami mencari cara dan sarana yang dapat membantu agar negosiasi damai yang sedang berlangsung berhasil baik.”
Pada hari sebelumnya, Selasa (3/8/2021), Washington mengatakan bahwa salah satu dari sekian banyak kekhawatiran tentang Afghanistan adalah kemungkinan terjadinya perang saudara skala besar.
Kekerasan meningkat
Sejak AS mengumumkan rencananya pada April 2021 bahwa akan menarik penuh pasukannya tanpa syarat dari Afghanistan mulai Mei setelah hampir 20 tahun konflik, kekerasan telah meningkat di seluruh negeri. Taliban meraih keuntungan di banyak wilayah dan mengepung sejumlah ibu kota provinsi, termasuk Kandahar, bekas benteng pertahanan terakhir Taliban pada 2001.
Perundingan damai antara pemerintah Afghanistan dan negosiator Taliban digelar pada akhir Februari tahun lalu di Doha, Qatar. Namun, hingga kini belum ada kemajuan substantif. Jubir Deplu AS, Ned Price, mengatakan bahwa Taliban melihat "manfaat dari solusi yang dinegosiasikan, mereka terlibat di Doha."
"Jika mereka berusaha untuk menentang apa yang telah mereka katakan, mereka akan menjadi paria internasional. Dan kekhawatiran kita semua, salah satu dari sekian banyak kekhawatiran, hasilnya perang saudara," kata Price kepada wartawan.
Taliban dan pemerintah Afghanistan tidak bertemu dalam perundingan Doha tahun lalu. Utusan Khusus AS untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad, mengatakan, saat itu Taliban menuntut "bagian terbesar dari kekuasaan" di setiap pemerintahan baru.
Dalam sebuah pernyataan pada Selasa, AS juga mengecam keras serangan terhadap PBB di Afghanistan pekan lalu. Dewan Keamanan PBB juga "menyatakan keprihatinan mendalam mereka tentang tingginya tingkat kekerasan di Afghanistan setelah serangan militer Taliban, dan (DK PBB) menyerukan agar kekerasan segera dihentikan."
Dewan tersebut juga meminta Taliban dan pemerintah Afghanistan untuk "terlibat dalam proses perdamaian yang inklusif, dipimpin oleh Afghanistan dan dimiliki oleh Afghanistan." (AP/REUTERS)