Wakil Presiden dan Anaknya Lolos dari Serangan Bom
Wakil I Presiden Afghanistan Amrullah Saleh kembali menjadi target pembunuhan.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
KABUL, RABU — Sebuah serangan bom menarget konvoi rombongan Wakil Presiden Afghanistan Amrullah Saleh. Bom itu meledak, menewaskan sedikitnya 10 orang dan melukai belasan orang, Rabu (9/9/2020).
Saleh yang tengah bersama putra bungsunya di dalam salah satu mobil selamat meskipun mengalami sedikit luka bakar pada bagian tangan dan wajahnya.
Hanya berselang beberapa saat setelah kejadian, Saleh tampil di layar televisi dan mengumumkan bahwa dirinya dalam kondisi baik meskipun mengalami luka.
Dalam rekaman yang juga diunggah ke laman media sosial pemerintah dan para pejabat Afghanistan, Saleh tampak dalam kondisi sehat. Hanya telapak tangan kirinya terlihat terbalut perban putih.
”Saya dan putra bungsu saya dalam kondisi baik-baik saja. Saya mengalami luka bakar ringan di wajah dan tangan akibat ledakan,” kata Wakil I Presiden Afghanistan ini.
Dia mengatakan belum bisa memberikan detail kejadian kepada publik. Dia juga sekaligus meminta maaf serta mengucapkan belasungkawa kepada para korban ledakan yang diduga ditargetkan kepada dirinya.
Kementerian Dalam Negeri Afghanistan dalam pernyataannya menyebutkan, bom meledak saat konvoi tengah melewati kawasan padat pertokoan di salah satu sudut Kota Kabul, yang sebagian besar menjual tabung gas.
Bom yang menyasar ke konvoi kendaraan Saleh akhirnya menyulut ledakan, kemudian membakar sejumlah toko yang ada di sekitar lokasi. Sepuluh bangunan toko hancur dan kaca jendela bangunan hingga radius beberapa puluh meter dari lokasi kejadian hancur berantakan. Mobil-mobil yang terparkir juga hancur akibat ledakan itu.
Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri, Tariq Arian, sebelumnya mengonfirmasi kepada kantor berita AP bahwa pengeboman itu menargetkan konvoi Saleh. Mengenai jumlah korban, Arian semula mengabarkan dua warga sipil tewas. Namun, kemudian bertambah menjadi 10 orang dan 15 orang terluka.
Juru bicara Wakil Presiden Razwan Murad menyebut serangan itu sebagai tindakan terorisme yang keji terhadap diri Saleh dan keluarganya.
Lolos dari ledakan, Saleh telah bertemu dengan Presiden Ashraf Ghani. Ghani dalam pernyataannya mengutuk serangan tersebut yang dinilainya mencoba merusak proses damai yang tengah coba dilanjutkan kembali oleh pemerintah dan Kelompok Taliban.
”Kelompok teroris dan pendukungnya tidak dapat merusak keyakinan kuat rakyat akan perdamaian, demokrasi, dan masa depan cerah negara kami,” kata Ghani. Meski menyebut ada peran asing di dalam serangan itu, Ghani tidak menyebut secara detail hal tersebut.
Kelompok Taliban sendiri membantah terlibat dalam serangan itu. Juru bicara Kelompok Taliban di Afghanistan, Zabihullah Mujahid, menyatakan ledakan itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan Kelompok Taliban.
Menjadi target
Serangan terhadap Saleh merupakan upaya pembunuhan kedua yang ditujukan kepadanya. Tahun lalu, mantan Kepala Badan Intelijen Afghanistan ini selamat dari upaya pembunuhan menjelang pemilihan presiden.
Namun, bom bunuh diri yang diduga ditujukan kepadanya itu merenggut nyawa 20 orang, sebagian besar adalah warga sipil, dan puluhan lainnya terluka.
Sejumlah informasi menyebutkan bahwa kekerasan bersenjata yang terjadi pada akhir-akhir ini ditujukan untuk menggagalkan upaya perundingan intra-Afghanistan.
Juru bicara kantor politik Kelompok Taliban yang baru, Mohammad Naeem, pengganti juru bicara lama Suhail Shaheen, melalui akun media sosial Twitter miliknya, Selasa (8/9/2020), menyatakan, Taliban memandang bahwa pembebasan anggota Taliban yang ditahan belum selesai. Mereka tidak akan berunding sebelum seluruh tahanan dibebaskan.
Beberapa hari lalu, tim aju Pemerintah Afghanistan sudah tiba di Doha, Qatar, untuk bersiap memulai perundingan. Utusan Khusus Pemerintah AS, Zalmay Khalilzad, juga telah bertemu para petinggi Taliban di Qatar dan mendesak percepatan perundingan intra-Afghanistan. Taliban tidak bergeming. (AP/AFP)