Perayaan Idul Adha Terusik Bom dan Roket
Perayaan Idul Adha di Afghanistan diwarnai dengan serangan roket. Di Irak, puluhan orang tewas akibat bom bunuh diri menjelang perayan Idul Adha. Militer Israel dan Lebanon juga berbalas serangan.
KABUL, SELASA — Hari raya Idul Adha di Irak, Afghanistan, dan perbatasan Lebanon-Israel dinodai ledakan bom dan tembakan roket. Tiga roket menarget istana presiden Afghanistan saat shalat Idul Adha, Selasa (20/7/2021). Bom bunuh diri menewaskan puluhan orang di Irak dan dua roket diluncurkan dari Lebanon ke Israel, beberapa jam menjelang hari raya Idul Adha.
Kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), Selasa pagi, mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri yang menghancurkan pasar yang sangat sibuk di timur Baghdad, ibu kota Irak. Menurut sumber dari kalangan medis, bom menewaskan 36 orang dan melukai 50 orang.
Dalam pesan yang diunggah ke Telegram, NIIS mengatakan, pelaku bom bunuh diri adalah Abu Hamza al-Iraqi. Ia meledakkan diri di tengah kerumunan besar pengunjung pasar kota Sadr, Senin malam waktu setempat. NIIS menyebutkan, sedikitnya 30 orang tewas dan 35 orang terluka.
Media lokal melaporkan, serangan bom di kota Sadr ini yang terburuk dalam beberapa tahun terakhir di Irak. Saat terjadi ledakan, pasar dipenuhi pengunjung yang ingin membeli berbagai kebutuhan untuk Idul Adha, Selasa. Pejabat dan warga Irak menyebutkan, serangan itu dilakukan oleh kelompok biadab dan sesat.
Baca juga : Liputan Perang Irak (1): Disambut Ledakan Bom Saat Menembus Irak
Presiden Irak Barham Salih menyebut pengeboman di kota Sadr yang berpenduduk mayoritas Syiah itu sebagai ”kejahatan yang keji” dan menyatakan belasungkawa. ”Mereka menargetkan warga sipil kami di kota Sadr pada malam Idul Adha,” cuit Salih di Twitter. ”Mereka tidak mengizinkan orang bersukacita, malah bertindak sesat.”
Sumber di kalangan medis menyebutkan, delapan wanita dan tujuh anak-anak termasuk di antara para korban tewas. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak, Unicef, mengonfirmasi bahwa banyak anak tewas dan terluka dalam serangan itu. ”Serangan keji menjelang Idul Adha ini adalah pengingat mengerikan dari kekerasan yang terus menarget anak-anak Irak,” kata Unicef.
Komando Operasi Baghdad, badan keamanan gabungan militer dan kementerian dalam negeri Irak, menggelar penyelidikan atas ledakan itu. Polisi dan tim forensik mencari petunjuk di balik reruntuhan. Perdana Menteri Mustafa al-Kadhemi mengadakan pertemuan darurat dengan aparat militer dan keamanannya, Selasa.
Pada Januari lalu, kelompok NIIS mengklaim bertanggung jawab atas bom bunuh diri ganda yang menewaskan 32 orang di pasar yang ramai di Baghdad. Ledakan itu adalah serangan paling mematikan di ibu kota Irak dalam tiga tahun terakhir. Kekerasan serupa biasa terjadi di Baghdad sejak AS menginvasi Irak pada 2003.
”Terorisme dan kegagalan pemerintah terus merenggut hidup kami,” cuit Alaa Sattar, aktivis pemuda. ”Otoritas berwenang tidak punya apa-apa selain membagikan ucapan belasungkawa.” Pengguna Twitter lain menulis, ”Setiap hari raya, selalu ada tragedi di Baghdad. Kita mustahil merayakannya seperti umat yang lainnya.”
Baca juga : Liputan Perang Irak (2): Berkawan Rompi Bismillah
Irak menyatakan NIIS telah dilumpuhkan pada akhir 2017 setelah perang selama tiga tahun. Namun, sel-sel tidur NIIS terus beroperasi di daerah gurun dan pegunungan dengan menarget pasukan keamanan atau infrastruktur negara.
Serangan roket
Di Afghanistan, tiga roket mendarat di dekat istana presiden di Kabul, Selasa, saat Presiden Ashraf Ghani dan para petinggi negara mulai menjalankan shalat Idul Adha di taman dekat istana. Meski belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab, ini merupakan serangan roket pertama ke Kabul sejak Taliban mulai meningkatkan kembali perlawanan terhadap pasukan pemerintah.
Liburan Idul Adha yang tenang dibuyarkan oleh suara roket yang membahana di Zona Hijau. Di kawasan yang selalu dijaga ketat aparat keamanan ini terdapat istana presiden dan beberapa kantor kedutaan besar asing, termasuk Kedutaan Besar Amerika Serikat.
Dalam sebuah video yang diunggah di laman Facebook resmi istana presiden Afghanistan, tampak puluhan orang jemaah pria tetap melanjutkan shalat mereka meski roket terdengar melewati udara di atas kepala mereka dan meledak di dekat mereka.
Presiden Ghani, yang mengenakan pakaian tradisional Afghanistan dan serban, berdiri di depan. Ia bergeming saat orang banyak merunduk. ”Taliban tidak memiliki niat dan kemauan untuk perdamaian,” kata Ghani. ”Kami telah membuktikan bahwa kami memiliki niat, kemauan, dan pengorbanan untuk perdamaian.”
Ghani menyesalkan keputusan pemerintahnya yang membebaskan 5.000 tahanan Taliban demi memulai pembicaraan damai tahun lalu. Ia menyebut langkah itu sebagai ”kesalahan besar” yang hanya memperkuat pemberontakan Taliban.
”Kami membebaskan 5.000 tahanan untuk memulai pembicaraan damai. Namun, sampai hari ini Taliban belum menunjukkan niat serius atau berarti untuk negosiasi damai.”
Baca juga : Kompleksitas Konflik di Afghanistan
Ghani juga menyerang negara tetangga, Pakistan, yang dituding Kabul menyembunyikan pemimpin Taliban, memberikan perlindungan dan bantuan yang aman bagi pemberontak Taliban. Dalam pertempuran terbaru di Spin Boldak, kota perbatasan Afghanistan, anggota Taliban tampak mendapat perawatan khusus di sebuah rumah sakit Pakistan.
Pakistan juga menuding Kabul telah mengizinkan kelompok militan Tehreek-e-Taliban (Taliban Pakistan) untuk berlindung di Afghanistan. Dari sana mereka diduga telah meluncurkan banyak serangan yang menarget militer Pakistan.
Istana presiden Afganistan tahun lalu juga diserang saat ratusan orang sedang menghadiri pelantikan Ghani. NIIS mengaku bertanggung jawab atas serangan saat itu. Serangan terbaru terjadi bersamaan dengan meningkatnya serangan Taliban di seluruh negeri menjelang penarikan akhir pasukan asing, 31 Agustus 2021.
Serangan tiga roket itu juga terjadi sehari setelah lebih dari selusin misi diplomatik di Kabul menyerukan segera diakhirinya serangan Taliban. Korps diplomatik asing mengatakan, serangan itu bertentangan dengan klaim bahwa mereka ingin mengupayakan kesepakatan politik untuk mengakhiri konflik.
Pernyataan itu dikeluarkan tak lama setelah perundingan damai yang rapuh di Doha pada akhir pekan lalu antara Pemerintah Afghanistan dan Taliban. ”Serangan Taliban bertentangan langsung dengan klaim mereka untuk mendukung perdamaian yang sedang dirundingkan,” demikian pernyataan para diplomat asing itu.
”(Serangan) ini telah mengakibatkan kematian warga Afghanistan yang tidak bersalah, termasuk pembunuhan yang ditargetkan terus-menerus, pemindahan penduduk sipil, penjarahan dan pembakaran gedung, penghancuran infrastruktur vital, serta kerusakan jaringan komunikasi.”
Selama berbulan-bulan, para pihak yang bertikai bertemu di dalam dan di luar Doha, ibu kota Qatar. Namun, pertemuan itu hanya mencapai sedikit kemajuan. Perundingan tampaknya telah kehilangan momentum karena Taliban terus membuat kemajuan di medan perang.
Baca juga : Perundingan Taliban-Pemerintah Afghanistan Minim Kesepakatan
Sebuah pernyataan bersama pada Minggu malam menyebutkan, pemerintah Afghanistan dan Taliban telah sepakat tentang perlunya mencapai ”solusi yang adil”, dan untuk bertemu lagi minggu depan. ”Kami juga sepakat bahwa tidak boleh ada jeda dalam negosiasi,” kata Abdullah Abdullah, Ketua Dewan Tinggi untuk Rekonsiliasi Nasional Afghanistan.
Balasan
Dua roket diluncurkan ke Israel dari Lebanon, Senin malam. Meski tidak ada korban jiwa atau kerusakan fasilitas, militer Israel mengatakan, pihaknya telah membalas dengan tembakan artileri. Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz menyebutkan, insiden itu bisa dikaitkan dengan kondisi pemerintahan yang tidak stabil di Lebanon.
Militer Israel mengatakan, salah satu roket ditembak jatuh oleh sistem pertahanan rudal Iron Dome. Satu lagi mendarat di area terbuka. Tentara Lebanon mengatakan, Israel telah menembaki daerah Wadi Hamoul saat fajar, tetapi tidak ada korban luka atau kerusakan yang terjadi.
Baca juga : Lebanon-Israel Rundingkan Batas Laut
Israel berperang tahun 2006 melawan Hezbollah, yang menguasai Lebanon selatan, dengan roket-roket canggih. Faksi kecil Palestina di Lebanon telah menembaki Israel secara sporadis di masa lalu.
Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) mengatakan, pihaknya mengontak langsung tentara Lebanon dan Israel untuk ”mendesak pengendalian maksimum dan menghindari eskalasi lebih lanjut”. UNIFIL sedang menyelidiki insiden tersebut. (AFP/AP/REUTERS)