Terancam Kalah dalam Enam Bulan, Afghanistan Ubah Strategi Perang
Militer Afghanistan merombak strategi perang melawan Taliban. Mereka berencana mengonsolidasikan pasukan untuk mempertahankan kawasan-kawasan vital.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
KABUL, JUMAT — Intelijen Amerika Serikat memperingatkan, pemerintahan Presiden Ashraf Ghani bisa jatuh hanya dalam waktu enam bulan. Militer Afghanistan lantas merombak strategi perang melawan Taliban setelah tertatih-tatih berjuang dengan menghadapi kekalahan di banyak wilayah.
Perombakan strategi perang Ghani itu disampaikan para pejabat Afghanistan dan Amerika Serikat, seperti dikutip Reuters, Jumat (23/7/2021). Pasukan Afghanistan akan lebih terkonsentrasi di daerah-daerah atau kota-kota rawan, termasuk ibu kota Kabul, pos-pos perbatasan, dan semua infrastruktur vital lainnya.
Dua hari sebelumnya, Rabu (21/7/2021), Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley mengatakan, Taliban telah menguasi separuh dari total pusat distrik Afghanistan. Hal itu menyebabkan situasi keamanan memburuk.
Menurut Milley, memburuknya situasi keamanan telah menjadi persoalan serius bagi Afghanistan dalam beberapa pekan ini. Sementara itu Taliban terus meningkatkan serangan dan merebut sebagian besar distrik di banyak provinsi, serta mengklaim telah merebut 90 persen wilayah perbatasan.
Milley juga mengatakan, sedikitnya 200 dari 419 pusat distrik berada di bawah kendali Taliban. Bulan lalu, dia mengatakan Taliban menguasai 81 pusat distrik di Afghanistan.
Serangan Taliban terjadi saat penarikan pasukan asing mendekati batas, 31 Agustus 2021. Dalam setiap serangan, Taliban berhasil merebut beberapa distrik strategis dan pos perbatasan. Strategi politik yang berisiko ialah menyerahkan wilayah kepada Taliban.
Para pejabat mengatakan, strategi semacam itu akan memusingkan militer. Penyebabnya ialah banyak pasukan Afghanistan berusaha mencegah hilangnya ibu kota provinsi, yang amat bisa menghancurkan negara itu.
Klaim Taliban bahwa mereka telah menguasai 90 persen perbatasan Afghanistan adalah "omong kosong belaka," kata Kementerian Pertahanan Afghanistan, Jumat. Pasukan pemerintah dilaporkan masih mengendalikan penuh wilayah perbatasan.
”Ini adalah propaganda tak berdasar,” kata wakil juru bicara Kementerian Pertahanan, Fawad Aman.
Konsolidasi pasukan Afghanistan telah diakui secara publik. Namun, tidak dilaporkan secara rinci sebelumnya. Konsolidasi dilaksanakan bertepatan dengan penarikan militer AS menjelang berakhirnya misi militer secara resmi pada 31 Agustus, atas perintah dari Presiden Joe Biden.
Kelompok Taliban menguasai wilayah yang semakin luas di Afghanistan. Pentagon, Rabu (21/7/2021), memperkirakan, sedikitnya setengah dari seluruh distrik Afghanistan telah jatuh ke tangan Taliban. Bahkan, Taliban telah mencapai pinggiran kota di separuh dari total ibu kota provinsi dan terus berjuang keras untuk mengisolasi pasukan pemerintah.
Intelijen AS telah memperingatkan bahwa pemerintah Afghanistan bisa jatuh hanya dalam waktu enam bulan. Seorang pejabat Afghanistan, yang tidak bersedia disebutkan identitasnya, mengatakan, itu sebabnya Kabul melakukan ”reorientasi” pasukan.
Menurut pejabat Afghanistan tersebut, perubahan strategi perang diperlukan untuk membantu pasukan Kabul menguasai wilayah strategis dan mempertahankan infrastruktur. Salah satu infrastruktur penting adalah bendungan yang dibangun berkat bantuan India dan jalan raya utama.
Walau demikian, konsolidasi pasukan juga berarti membiarkan daerah lain tidak dijaga. Keputusan ini pun sulit karena komunitas atau kelompok etnik Afghanistan akan merasa mereka ditinggalkan.
”Bagaimana Anda mengomunikasikan hal ini kepada publik yang gelisah, dan dapat dimengerti, selama beberapa minggu terakhir di mana Taliban telah mengambil alih distrik?” tanya pejabat Afghanistan itu.
”Karena bagian utama dari reorientasi ini akan memerlukan, setidaknya dalam jangka pendek, Taliban mengisi kekosongan yang kita tinggalkan,” imbuhnya.
Milley mengatakan, strategi itu akan ”menyerahkan pusat-pusat distrik” untuk melindungi pusat-pusat populasi yang lebih besar, seperti ibu kota Kabul. Dia mengatakan, Taliban tampaknya memiliki ”momentum strategis”.
”Ada kemungkinan pengambilalihan penuh Taliban atau kemungkinan sejumlah skenario lain,” kata Milley pada konferensi pers, Rabu. Dia menambahkan, ”Saya rasa permainan akhir belum ditulis.”
Jenderal Kenneth McKenzie, pimpinan Komando Tengah AS, yang mengawasi pasukan AS di Afghanistan dan mendukung pasukan Ghani, mengatakan, Kabul tahu bahwa mereka harus memilih pertempuran mereka.
”Anda tidak dapat mempertahankan segalanya. Jika Anda bertahan di mana-mana, Anda tidak membela di mana pun. Jadi, saya pikir Afghanistan menyadari bahwa mereka perlu berkonsolidasi,” kata McKenzie, tanpa memberikan rincian.
McKenzie mencatat kekhawatiran AS selama bertahun-tahun tentang bagaimana pasukan Afghanistan menjaga pos pemeriksaan, termasuk di daerah terpencil atau daerah perlawanan, yang sangat rentan dan memiliki nilai strategis yang kecil.
”Jadi, saya pikir sekarang mereka sedang dalam proses mengakui bahwa Anda harus mundur, Anda harus mengonsolidasikan (pasukan), Anda harus mempertahankan area yang benar-benar kritis,” kata McKenzie.
Kementerian Pertahanan Afghanistan tidak segera menanggapi permintaan komentar. Kemajuan Taliban dalam meraih kemenangan teritorial menakutkan warga Afghanistan. Perang 20 tahun berhasil melemahkan Al Qaeda pascaserangan 11 September 2001 di AS, tetapi gagal mendamaikan Afghanistan.
Biden telah berjanji untuk memberikan bantuan keuangan kepada pasukan Afghanistan. Dia juga berjanji melipatgandakan upaya diplomatik untuk menghidupkan kembali pembicaraan damai yang terhenti antara Pemerintah Afghanistan dan Taliban.
Taliban belum menanggapi seruan dari 15 misi diplomatik dan perwakilan NATO di Afghanistan pada Senin untuk menghentikan serangan militer mereka. Kubu Taliban dan pemerintah Afghanistan juga gagal menyepakati gencatan senjata selama liburan Idul Adha dalam pembicaraan di Doha, Qatar.
Di masa lalu, Taliban telah menyerukan gencatan senjata singkat selama libuaran Idul Adha dengan mengatakan bahwa mereka ingin membiarkan warga Afghanistan menikmati liburan dengan damai.
Para pejabat militer AS percaya bahwa Taliban berusaha untuk mengakhiri perang dengan kemenangan di medan perang, bukan di meja perundingan. (REUTERS/AP/AFP)