Jika Terancam, AS Isyaratkan Siap Serbu Lagi Afghanistan
AS siap melancarkan serangan udara di Afghanistan jika merasa ada ancaman terhadap AS dari sana. Sejumlah jenderal AS telah berada di Afghanistan untuk memimpin operasi membantu pemerintah setempat.
Oleh
kris mada
·5 menit baca
KABUL, SELASA — Militer Amerika Serikat secara resmi mengakhiri pendudukan 20 tahun di Afghanistan. Meski demikian, militer AS memastikan siap sewaktu-waktu menyerbu Afghanistan kapan pun jika merasa terancam.
Isyarat itu diungkapkan Panglima Komando Tengah AS Jenderal Kenneth McKenzie di Kabul, Senin (12/7/2021). McKenzie datang ke Kabul untuk menerima kendali operasi Afghanistan dari Jenderal Austin Miller. Selama beberapa tahun terakhir, Miller menjadi panglima Komando Operasi AS di Afghanistan. Mulai Senin, kewenangan Komando Operasi AS di Afghanistan akan dialihkan pada Komando Tengah (Central Command) yang mengurus operasi AS di Afghanistan dan sebagian besar Timur Tengah.
Pengalihan wewenang dari Komando Operasi AS di Afghanistan ke Komando Tengah menandai secara resmi AS mengakhiri pendudukan di Afghanistan. Sebelum ini, AS telah menarik tentara dan aset militernya dari Afghanistan. Pada 2 Juli 2021 dini hari, AS dan sekutunya meninggalkan Pangkalan Udara Bagram yang menjadi simbol pendudukan Washington terhadap Kabul.
Selepas pengalihan wewenang, McKenzie kini berwenang memerintahkan serangan udara ke aneka sasaran di Afghanistan. McKenzie memastikan serangan udara hanya akan dilakukan sebagai upaya melawan terorisme. Washington akan menyerang sel-sel Al Qaeda dan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) yang masih bertahan di Afghanistan.
”Saya akan menggunakan kewenangan untuk melakukan semua upaya melawan teror yang diperlukan untuk melindungi tanah air dari ancaman yang berasal dari Afghanistan. Saya akan terus memimpin upaya AS memberikan dukungan teknis, keuangan, dan logistik bagi pasukan Afghanistan selepas penarikan (tentara AS) selesai. Hal terpenting adalah meneruskan dukungan kepada warga Afghanistan, dan tentaranya, kami yakin kepada Anda. Kami yakin Anda bisa melindungi negara ini,” kata McKenzie.
Bukan hanya McKenzie yang bertolak ke Kabul. Dari Qatar, Brigadir Jenderal Curtis Buzzard dilaporkan juga terbang ke Afghanistan untuk membantu pengelolaan dana bagi pasukan Afghanistan. Dana itu termasuk untuk operasi angkatan udara. Washington juga mengutus Laksamana Muda Peter Vesely untuk memimpin pasukan khusus pelindung Kedutaan Besar AS dan Bandar Udara Kabul.
Keberadaan mereka menunjukkan AS tidak benar-benar meninggalkan Afghanistan. Dalam kesepakatan dengan Taliban pada Februari 2020, Washington berjanji menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan pada 1 Mei 2021.
Presiden AS Joe Biden memerintahkan percepatan penarikan pasukan AS pada April 2021. Ia menentang pendapat sejumlah perwira dan pejabat intelijen AS yang mengingatkan bahaya penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Peringatan itu, antara lain, disampaikan Miller.
Perang berlanjut
Di sela serah terima jabatan di Kabul, McKenzie mengatakan, Taliban tidak mau solusi politik dan memilih berperang. Hal itu diindikasikan dengan aneka serangan milisi Taliban di berbagai penjuru Afghanistan.
Peningkatan kekerasan oleh Taliban juga disoroti Miller. Seperti McKenzie, Miller tidak yakin Taliban mau solusi politik. ”Sebagai salah satu perwira militer AS yang pernah berbicara dengan Taliban, saya pernah mengatakan kepada mereka, penting bagi sayap militer menghadirkan kondisi untuk kesepakatan politik dan damai di Afghanistan. Kita bisa melihat semua kekerasan di berbagai penjuru negeri. Dengan kekerasan ini, sangat sulit mencapai kesepakatan politik,” katanya.
Ia mengaku sudah mengingatkan kepada Taliban bahwa mereka bertanggung jawab atas kekerasan di Afghanistan. ”Kekerasan akan berlawanan dengan kehendak warga. Harus dihentikan. Kesepakatan politik akan membawa perdamaian ke Afghanistan. Bukan hanya perang 20 tahun terakhir, termasuk juga 42 tahun terakhir,” ujarnya.
Ia merujuk pada fakta perang di Afghanistan sudah meletus sejak 1978 setelah rangkaian kudeta sejak 1974. Uni Soviet menyerbu Afghanistan pada 1979. Washington terlibat membantu milisi Afghanistan melawan Mokswa. Setelah Moskwa terusir, milisi yang dibantu Washington malah membantu pihak yang memusuhi AS. Puncaknya, Menara Kembar WTC di New York dan sejumlah lokasi lain di AS diserang pada September 2001.
Serangan itu memicu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk pertama kalinya menggunakan Pasal 5 dalam piagam mereka. Pasal itu menetapkan, serangan terhadap salah satu anggota NATO adalah serangan terhadap seluruh NATO. AS bersama sekutunya di NATO menyerbu Afghanistan karena dituding menyembunyikan Osama bin Laden dan Al Qaeda yang melancarkan serangan ke New York dan lokasi lain di AS.
Biden menegaskan, tujuan serangan ke Afghanistan sudah tercapai sepenuhnya kala Osama tewas di Pakistan pada 2011. Seharusnya, kematian Osama mengakhiri pendudukan di Afghanistan. Faktanya, AS dan sekutunya terus memperpanjang pendudukan sampai akhirnya Presiden Donald Trump memutuskan AS mundur dari Afghanistan. Biden menuntaskan keputusan pendahulunya itu.
Khawatir
Kekhawatiran Miller bertambah karena wilayah Afghanistan yang direbut Taliban terus bertambah. Pada 10 Juli 2021, Taliban mengklaim mengendalikan 85 persen wilayah Afghanistan. Selain di Helmand dan Kandahar yang merupakan tempat kelahiran dan markas utama mereka, Taliban juga menduduki berbagai distrik di Afghanistan utara. Taliban juga menguasai pintu pelintasan Islam Qala, pintu utama perbatasan Afghanistan-Iran.
Miller menyoroti tentara Afghanistan yang kelelahan, lalu menyerah kepada Taliban. Hal itu terjadi di berbagai distrik yang diduduki Taliban. Hal lain yang dirisaukan Miller adalah kebangkitan milisi sipil. Kelompok-kelompok itu membuat perdamaian akan semakin sulit tercapai sebab semakin banyak kelompok bersenjata di Afghanistan.
Terpisah, juru bicara Departemen Pertahanan AS John Kirby mengatakan, klaim itu bukan berarti benar-benar bisa terus menguasai suatu wilayah. ”Saya kira ini waktunya tentara Afghanistan benar-benar ke lapangan dan mempertahankan negara mereka,” ujarnya.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Afghanistan Fawad Aman menyebut, serbuan ke kubu-kubu Taliban terus berlanjut. Serbuan di Provinsi Laghman, antara lain, menewaskan pemimpin Taliban di sana, Abulrahman.
Tentara Afghanistan antara lain menyerbu Taliban di Nangarhar, Maidan Wardak, Khost, Kandahar, Farah, Herat, Badghis, Sar-e Pol, Jowzjan, Nimruz, Helmand, Badakhshan, Kunduz, Takhar, dan Kapisa sepanjang Senin. Fawad mengklaim ratusan milisi Taliban tewas dalam serangan itu.
Selain jet tempur dan helikopter serbu, Kabul menurunkan pasukan komando. Dalam foto-foto yang disiarkan Fawad di media sosial, pasukan komando Afghanistan mengenakan perlengkapan seperti tentara AS dan sekutunya. (AFP/REUTERS)