Pasokan vaksin AstraZeneca dari India ke sejumlah negara masih belum menentu. Sejak April 2021, pasokan terhenti karena India memprioritaskan kebutuhan domestik menyusul meroketnya kasus di negara tersebut.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
NEW DELHI, RABU — Pasokan vaksin AstraZeneca dari India ke sejumlah negara masih belum menentu. Sejak April 2021, pasokan terhenti karena India memprioritaskan vaksin untuk kebutuhan domestik menyusul meroketnya kasus di negara tersebut. Sementara kabar mutakhir masih belum jelas.
Vaksin AstraZeneca produksi Institut Serum India atau SII merupakan salah satu vaksin yang didistribusikan ke sejumlah negara melalui skema Covid-19 Vaccines Global Access (Covax) yang dikelola GAVI, termasuk untuk Indonesia. Namun, sejak April lalu, pasokan terhenti karena produksi diprioritaskan untuk kebutuhan domestik menyusul meroketnya kasus Covid-19 di India.
”Kami berharap SII akan bisa kembali mengirimkan vaksin pada triwulan ketiga ini. Namun, kami masih belum bisa memastikan hal itu,” kata seorang juru bicara GAVI dalam pernyataan tertulisnya, Selasa lalu. Sambil menunggu vaksin dari SII, selama satu bulan terakhir, Covax telah mengamankan lebih dari 1 miliar dosis vaksin tambahan baik melalui pengadaan secara langsung maupun melalui pembagian dosis.
Namun, sampai saat ini belum ada keterangan dari SII mengenai keterangan GAVI itu. Tidak ada juga pernyataan dari Kementerian Luar Negeri India.
Namun, sumber yang dekat dengan SII justru menyebutkan bahwa untuk saat ini, SII masih fokus memenuhi kebutuhan dalam negeri India. Oleh karena itu, SII kemungkinan baru akan bisa mengekspor lagi pada akhir tahun ini.
Orang-orang melewati pemberitahuan yang mengumumkan bahwa Covishield, vaksin coronavirus Covid-19 AstraZeneca-Oxford sudah habis di pusat vaksinasi di Mumbai, India, Selasa (20/4/2021). Kementerian Kesehatan Bangladesh menyebutkan, SII baru akan bisa mengekspor vaksinnya lagi ke Bangladesh sekitar bulan Agustus. Sampai sejauh ini, Bangladesh baru menerima 7 juta dosis vaksin AstraZeneca dari 30 juta dosis yang dipesan ke SII.
Sebenarnya India masih membutuhkan banyak vaksin. Bahkan, India juga akan menerima bantuan 3-4 juta dosis vaksin Pfizer dan Moderna melalui fasilitas Covax pada Agustus mendatang. Namun, ketika hendak dikonfirmasi, Pfizer dan Moderna belum memberikan jawaban.
Sebagai produsen vaksin terbesar di dunia, India sudah menyumbangkan atau menjual vaksin sebanyak 66 juta dosis sebelum April. Produksi vaksinnya pun telah mencapai 358,1 juta dosis, terbanyak setelah China.
Para ahli mengatakan, India perlu memberikan 10 juta dosis vaksin per hari untuk kebutuhan domestik agar bisa memenuhi target vaksinasi seluruh penduduknya yang berusia dewasa per Desember. India sudah memberikan vaksin sekitar 4 juta dosis sehari dalam seminggu.
Selain vaksin Moderna dan Pfizer, India juga mendekati Johnson & Johnson (J&J) untuk mendapatkan vaksin. J&J telah menandatangani perjanjian manufaktur dengan perusahaan Biological E Ltd India, tetapi proses produksi belum dimulai.
Petugas kesehatan menyiapkan dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca-Oxford di pusat vaksinasi Rumah Sakit Rajawadi, Mumbai, India, Rabu (28/4/2021). Dari 1,4 miliar jiwa populasi India, baru 10 persen orang yang menerima satu dosis vaksin dan 1,5 persen telah menerima dosis kedua.
Sementara itu, Pemerintah Singapura tidak memasukkan vaksin Sinovac Biotech ke dalam perhitungan vaksinasi nasional. Kementerian Kesehatan Singapura dalam pernyataan tertulisnya, Rabu, menyebutkan, angka vaksinasi nasional hanya mencerminkan mereka yang divaksinasi di bawah program vaksinasi nasional. ”Untuk saat ini, hanya mereka yang divaksin dengan Moderna Inc dan Pfizer-BioNTech/Cominarty saja,” sebut pernyataan itu.
Vaksin Moderna Inc dan Pfizer-BioNTech/Cominarty menunjukkan tingkat efikasi hingga 90 persen dalam uji klinisnya. Sementara tingkat efikasi Sinovac berkisar 51 persen hingga 84 persen.
Saat ini, vaksin CoronaVac Sinovac bukan bagian dari program vaksinasi nasional di Singapura. Pemerintah setempat juga masih menunggu data yang dibutuhkan dari perusahaan itu. Meski demikian, Singapura mengizinkan penggunaan vaksin itu oleh lembaga kesehatan swasta karena ada izin penggunaan darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Klinik swasta yang terpilih dapat memanfaatkan stok 200.000 dosis CoronaVac yang tersedia saat ini.
Direktur Layanan Medis Singapura Kenneth Mak melihat bukti-bukti dari negara-negara lain bahwa orang yang sudah divaksin Sinovac ternyata masih bisa tertular Covid-19. Sekitar 17.000 orang di Singapura sudah menerima satu dosis CoronaVac hingga 3 Juli. Data ini akan dimasukkan ke dalam pencatatan vaksinasi nasional.
Konsekuensinya, penerima vaksin Sinovac masih harus melakukan tes Covid-19 untuk menghadiri acara-acara tertentu atau saat hendak memasuki tempat-tempat tertentu. Sebaliknya, mereka yang sudah mendapatkan vaksin lengkap dengan vaksin Moderna atau Pfizer dibebaskan dari persyaratan itu. Vaksin yang tidak termasuk dalam program vaksinasi nasional tidak memiliki data yang terdokumentasi tentang perlindungannya terhadap Covid-19, terutama terhadap varian Delta yang saat ini beredar.
Sedikitnya 3,7 juta jiwa atau 65 persen dari penduduk Singapura sudah mendapat setidaknya satu dosis vaksin Pfizer atau Moderna. Targetnya, vaksinasi mencapai dua pertiga jumlah penduduk per 9 Agustus 2021. (REUTERS/LUK)